Arthur memacu kendaraannya lebih lambat dari yang biasa dia lakukan. Hal itu tentu memancing reaksi Darren yang sangat berlebih. Temannya yang duduk di kursi penumpang itu, menatapnya dengan ekspresi yang sangat berbeda.
Darren sesekali tersenyum. Kemudian menyeringai. Entah apa yang ada di otak pria itu. Yang jelas, dia tengah memikirkan sesuatu tentang Arthur. Sesuatu yang hanya dia dan Tuhan yang mengetahuinya.
"Kau kerasukan apa? Siput?" Darren berseloroh. Tidak kuat menahan diri untuk tidak mengejek temannya itu.
Arthur tidak memberi respons apa-apa. Dia hanya fokus pada jalan di depan sana.
Merasa tidak mendapat respons yang berarti, pandangan Darren teralihkan ke jalan raya di depan sana. Tampak sedikit bosan. Lalu, atensinya beralih ke arah samping. Memperhatikan gedung-gedung pencakar langit yang hampir menghiasi sepanjang perjalanan mereka.