Setelah mendapat telepon dari pria misterius itu lagi, Arvin bergegas menuju ruangannya. Bian pun mengekor dengan raut muka tak kalah panik. Tidak pernah sekali pun terlintas di benaknya mengenai kejadian malam ini. Pria itu menghubungi Arvin lagi. Ini gila.
Sampai di tempat tujuan, Bian segera menyalakan komputernya. Mengecek nomor yang baru saja Arvin berikan. Dia memeriksa apakah itu nomor yang sama atau sudah berganti lagi. Karena bagaimana pun, nomor yang menghubungi rekanya bulan lalu, sudah dipastikan tidak mungkin bisa digunakan lagi.
Benar saja. Keduanya berbeda. Nomor yang menghubungi Arvin kali ini berasal dari perusahaan lokal. Jelas sekali dari angka awal yang tertera di sana.
Semangat Bian membuncah seketika. Berpikir ini akan mudah. Mula-mula, dia mencoba menghubunginya lagi. Masih tidak tersambung sama seperti ketika Arvin mencobanya. Ah, tentu saja. Karena jika bisa dihubungi balik, maka pria misterius itu sama saja dengan menyerahkan diri.