Chereads / kumpulan cerpen / Chapter 2 - Penasaran

Chapter 2 - Penasaran

Wasdi, baru saja pulang nonton dangdutan di desa Kalimati.

Wasdi adalah penduduk desa Kalibuntu.

Desa Kalimati dan Kalibuntu adalah desa tetangga, tapi beda propinsi desa Kalimati terletak di propinsi Jawa Tengah, sedang desa Kalibuntu terletak Jawa Barat.

Kedua desa tersebut hanya dibatasi dengan sungai Cisanggarung sebagai penghubung kedua desa tersebut. Biasanya pada siang hari ada perahu penyebrangan dengan tarif tiga ribu rupiah sekali menyebrang per-orang.

Akan tetapi, berhubung sudah larut malam Wasdi pulang melalui jalan darat--walaupun agak jauh dan melewati pekarangan yang sangat lebat dengan pohon bambu--dengan berjalan kaki.

Adalah Wasdi, seorang pemberani dengan tingkat rasa ingin tahu sangat tinggi. Setiap hal yang terjadi, harus diselidiki dan diusut secara tuntas sampai dia benar-benar yakin.

Singkat cerita, Wasdi akhirnya sampai di tengah pekarangan pohon bambu yang sangat lebat.

Sedang asyik berjalan, karena jalanan licin Wasdi pun terpeset dan jatuh hingga sendal jepit yang digunakan putus, dengan terpaksa ia hanya memakai alas kaki sebelah saja, kemudian melanjutkan perjalanan.

Namun ... baru beberapa meter langkahnya terhenti, dengan penerangan seadanya dari senter HP, ia lalu mendekati apa yang dilihatnya, rasa panasarannya mulai timbul, akhirnya, Wasdi jongkok memastikan apa isi bungkusan yang dilihatnya, sialnya senter mati karena HP-nya lowbat.

Dengan rasa penasaran yang semakin menggebu, Wasdi mulai membuka bungkusan tersebut dalam keadaan gelap, kemudian Wasdi merabanya.

"Hmm ... kalo diraba dari bentuknya sih sepertinya ... Itu," gumamnya. Tapi rupanya ia kurang yakin dengan penglihatannya, karena gelap.

Akhirnya dia cium-cium tangannya, untuk memastikan bau, dari apa yang barusan dirabanya.

Kali ini, ia manggut-manggut dengan pasti. Tetapi hatinya masih belum yakin. Karena Wasdi memiliki rasa penasaran yang tinggi. Ia pun benar-benar mencobanya, maka dicoleklah isi dari bungkusan itu, kemudian dicobanya.

Dan akhirnya Ia benar-benar yakin,

"Sialan! ternyata memang t*i," makinya kesal.

seketika rasa penasarannya hilang, dan Ia pun melanjutkan perjalanan dengan meludah sepanjang jalan.