"Satin" Menatap Kuburan Ibunya Air matanya seakan tidak ada habisnya mengalir, Sebuah Kuburan Di Bawah Tumpukan Sampah Yang Di Gali Para Tetangganya yang Baik Hati Mungkin Saat ini Bisa di Bilang Satin Tinggal Persis Di Taman Bekas Kampus Depan Kebun Raya Bogor.
Kebanggaan Orang Bogor Itu Yaitu Tugu Kujang telah di Tutupi Timbunan Sampah Yang Melimpah Ruah, Serta Telah Menutupi Jalan Utama Kota Itu, Sedangkan Yang dulunya Sebuah Istana Kini Menjadi Sebuah Kawasan Kumuh dengan Bangunan Seng,Bersusun, Ya..Semacam Rumah Susun Yang Sangat Kumuh dan Lusuh,Namun di Zaman ini, Itu Adalah Lambang Kekayaan Mereka Yang Memasuki Kawasan Itu, Bisa di Kategorikan Kelas Menengah.
Berbeda Seperti "Satin "Yang Rakyat Jelata Bisa Sebut ,Tuna Wisma Alias Gembel yang Masih Waras Bukan Orang Gila Atau Pengemis.
Gadis Ini Bersifat Sangat optimis Untuk Bertahan Hidup Iya Selalu Mencari Cara Untuk Mendapatkan Makanan, Entah Umbi-umbian, Seperti Singkong Liar, Ubi Liar, Buah Apapun Yang Sekiranya Bisa Mengganjal Perutnya,Karena Harga Beras Sangat Mahal Bahkan kaum Menengah pun tidak Sanggup Membeli, Mereka Membeli Beras Dengan Mengumpulkan Uang Setahun Penuh Dan Hanya Untuk Hari Raya Saja.
Iya Menyeka Air mata Berusaha Tegar di Antara Kepedihanya Kehilangan Keluarga Satu-satunya,yaitu Ibunya.
" Emak Satin Bingung Mau Kemana.? Ucap Gadis ini.
Terdengar Suara Bi Eha...
"Neng..Geus atuh..Ulah Ceurik,, gues Takdir...iklaskeun Neng..., Ayeuna Eneng Tinggal Jeung Bi Eha,,Nya...??
[ Nak..Sudahlah jangan di tangisi,ikhlaskan ini semua adalah takdir Sekarang Tinggal Sama Bi Eha ya..?? ]
Ucap Wanita Paruh Baya Yang Baik Hati Itu, Yang Merupakan Tetangga Terdekat yang Sudah Seperti Keluarga Itu.
" nuhun Bi .., Ucap Satin.
[ Terimakasih Bi Ucap Satin ]
Mereka Terbiasa Menggunakan Bahasa Sunda, Bahasa Leluhur mereka Meski Sudah Jarang Yang Menggunakan Bahasa Sunda Halus,Sering Kali Mereka Menggunakan Bahasa Sunda Kasar Seadanya.
Satin Dan Bi Eha Kembali Ke Rumah Mereka Rumah Kumuh Terbuat dari Kardus.,, bi Eha Membawakan Dua Potong Ubi bakar, yang Mereka Tanam di Sekitaran Rumah kardus Mereka. ya di Atas Tumpukan Sampah.
"Eneng Hayu Atuh Di Emam..., Ucap Bi Eha.
[ Ayo Nak..di Makan Ucap Bi Eha ].
Satin Sangat Berterima Kasih Pada Tetangga Baik Hatinya Ini, Iya Memakan ubi Tersebut dengan Lahap.
Tak Lama Dalam Lamunannya, Satin Teringat Pesan Emaknya, dulu Kalau Ada Apa-apa Gali Lah Di Balik Tikar Rumah Kardus Mereka
," Ana" Menabung Selama 18 Tahun dengan Kerja Serabutanya di dalam Sebuah Kaleng, dan Menguburnya.
Akhirnya Satin Menutup Pintu Rumah nya. dan Menggali Tanah Di Balik Tikarnya, Iya Menemukan Kaleng Berisi Uang.Tiga juta Rupiah. dan Sebuah Surat Yang Lusuh di Tulis Di atas Karton Tipis, Iya Membaca Pesan Ibunya Agar Iya Pergi Ke Jakarta Mencari Adik Ibunya yang Bernama "Anita" Iya Seorang Pedagang.
Ibunya Tidak Tau Kerasnya Kota Jakarta Zaman Ini, Bahkan Ibunya Tidak Tau Kalau Anita Itu Sebenarnya Pemasok Para Gadis yang Akan di Jual serta Barang-barang Berharga lainnya Yaitu Pakaian Tambalan Yang Masih Bisa Di Beli Kaum Miskin Rakyat Jelata Dengan Harga Mahal.
Berbekal Uang Itu, Satin Untuk Yang Terakhir Kalinya Berdiri di Atas Tumpukan Sampah Itu yang Mengeras Dan Menggunung itu.
"Emak..Apa Bener Mak ..Dulu Ini Istana dan Tempat Orang Sekolah..?? kenapa Sekarang Jadi Begini Maak..?? Kenapa Emak nyuruh Satin Kejakarta Maa..?.. Benak Satin Yang Memandang Tugu Kujang, di Antara Gunung Sampah Itu.
Satin Menangis Kembali Mengingat Iya Harus Pergi Ke kota Yang Sama Sekali Iya Tidak Kenal membawa Dirinya.,Yang Masih Murni, di Mana Zaman Ini Banyak Kekerasan Seksual Terjadi, Apalagi Gadis Yang Murni Akan Di Jual Mahal Untuk Anggota Kerajaan Yang Sedang Mencari Wanita Murni Untuk Melahirkan Keturunan Mereka.
Karena Negara Sekarang Berbentuk Kerjaan, Sangat Sulit Mendapatkan Wanita Murni, sedangkan Untuk Mempertahankan garis Turunan Darah Biru Mereka Harus Melalui Gadis Yang Bersih, Sementara Seluruh Gadis Di Kota telah Terjangkit HIV semua dan Penyakit Kotor Semua.
Satin Menuruni Gunung Sampah Itu dan Menuju Gubuknya. di Sana Di Temuinya Ada Bi Eha dan Mang Engkos.
" Bi Eha..Mang Engkos..., Satin Mau Pamit..,Nanti Mang Engkos Jual Aja Gubuk Ini Lumayan Mang Buat Lebaran. Ucap Satin..,,
"Emang Eneng Teh Mau Kamana.?? Tanya Mang Engkos.
" Nyari Bi Anita Adik Emak..Bi Eha..." Ucap Satin.
" Kahade Perawan Neng...Bisi aya nu Jahil Ucap Mang Engkos Lelaki Paruh Baya itu.
[Hati-hati Anak Gadis ,Dengan Orang Yang Berniat Jahat..Ucap Mang Engkos.]
Pergilah" Satin "Setelah Perpisahan Yang Mengharu Biru dengan Penduduk Gubuk Kardus itu.