Paginya Naya bangun kesiangan, dia tidak menemukan suaminya disisinya. Firman mungkin telah pergi kerja. Naya kemudian beranjak dia harus membersihkan dirinya.
Usai mandi Naya keluar dari kamarnya, rambutnya sudah disisir rapi gadis itu hanya menggunakan kaos oblong dan celana pendek selutut. Aroma masakan menggugah selera Naya memenuhi ruangan ini, terlihat Firman berkutat dengan masakannya. Ternyata jatah libur pria itu masih ada, Naya tersenyum melihat suaminya yang terlihat tampan saat memasak.
" Mas, kenapa tidak membangunkan Naya saja untuk melakukan semua ini". Naya sedikit tidak enak hati dengan suaminya.
" Kamu tidurnya nyenyak sekali sayang, jadinya mas tidak tega untuk membangunkan kamu" . Firman tersenyum menatap istrinya, Cantik. Naya kemudian membantu suaminya tersebut menata makanan itu di atas meja.
" Mas, mau makan apa?". Naya heran melihat banyaknya menu yang ada di meja itu.
" Nasi, sama soup saja sayang". Firman memang sengaja masak banyak hari ini selain karena banyak bahan masakan yang tersedia juga karena dia berencana untuk mengajak istrinya tersebut berkencan, agar mereka semakin dekat sebelum disibukkan oleh kerjanya masing-masing.
" Kamu gak sarapan sayang?" Firman heran istrinya tersebut hanya mengambilkan makan untuknya.Naya menggeleng pelan.
" Aku makan buah saja, siang baru makan makanan berat mas" . Firman hanya ber oh ria, kemudian mulai makan. Mereka makan dalam keheningan
Usai makan Firman mengajak Naya untuk jalan-jalan keluar rumah.
" Mau kemana sih mas?" Naya bertanya heran melihat firman yang sudah bersiap dengan pakaian yang santai tapi rapi, tampan suaminya itu.
"Nonton, makan, atau kemana saja deh yang kamu suka". Naya tersenyum, dia menghampiri suaminya. Tapi langkahnya terhenti, suaminya menatapnya dari atas ke bawah.
" Ganti celana dan pakai cardigan, mas kurang suka kamu pakaian seperti ini diluar rumah". Firman mengatakannya dengan lembut agar tidak tersinggung istrinya ini. Firman bukan tipe orang yang senang melihat pakaian pasangannya yang terbuka, apalagi mereka akan ke tempat umum
" Iya mas, tunggu ya". Naya menurut dengan keinginan suaminya itu, demi kebaikannya juga.
Usai mengganti pakaian Naya menghampiri firman, Firman tak dapat menahan tangannya yang bergerak mengacak-acak rambut istrinya itu.
"Mas, kan berantakan lagi rambutnya" Naya memalingkan mukanya. Bukannya merasa bersalah firman malah semakin gemas, dirinya malah memeluk istrinya itu.
**
Dalam perjalanan ke bioskop Naya dan Firman tenggelam dalam pikiran masing-masing. Suasana sangat hening, semua berjalan seperti mimpi untuk Naya mengingat banyaknya kegagalan yang pernah dilewatinya, dia pernah gagal menikah, dia pernah hampir diperkosa calon suaminya, dia pernah diselingkuhi pacarnya dahulu. Kini, dia telah menikah dengan seseorang yang buka pacarnya, mereka hanya mengenal kemudia memutuskan menikah dengan firman yang juga memiliki banyak kegagalan dengan kekasih-kekasihnya yang dulu. Mereka menyatukan kembali keping-keping kepercayaan, yang pernah dirusak oleh orang-orang yang pernah datang di hidup mereka. Firman, lelaki yang semula dianggapnya dingin, cuek terhadap perempuan, malah berbanding terbalik setelah menikah, bahkan suaminya itu senang sekali menggodanya. Naya tenggelam bersama pikirannya dan menatap jalanan. Firman hanya melirik istrinya itu, dia juga mengingat-ingat kembali pertemuan pertamanya dengan Naya, mereka saling mengenal karena kakak Naya adalah sahabatnya. Tidak pernah terpikir kalau nantinya dia akan menikah dengan Naya. Setelah menikah dengan Naya, ia baru tahu gadis itu agak sedikit pemalu. Hari-harinya menjadi lebih berwarna dengan kehadiran Naya, firman berharap semoga pernikahan nya ini menjadi berkah, walau banyak rintangan yang akan menghalanginya ke depan, ia akan berusaha sebisa mungkin untuk mempertahankan pernikahannya ini.
"Sayang, sudah sampai nih. Mikirin apasih" . Firman mengusap kepala istrinya itu, dia juga mengurut kerutan dikenang gadis itu, istrinya ini seperti memikirkan hal berat.
" Hehehe, tidak mikirin apapun mas". Naya tersenyum lembut pada suaminya itu. Kemudian mereka turun dari mobil.
" Mas mau makan apa? Biar nonton sambil ngemil". Naya tampak bersemangat, dia kemudian berjalan dan menarik tangan suaminya itu.
" Popcorn saja ya, minumannya samain saja sayang". Firman mengikuti istrinya itu, ia tidak memedulikan sekitarnya. Sedangkan tanpa disadarinya ada seseorang yang memerhatikan mereka, memerhatikan Naya tepatnya.
" Mas, kita mau nonton film apasih". Naya bukan gadis yang suka nonton, jika ada waktu senggang dia lebih suka membaca buku atau membersihkan bunga dirumah orang tuanya dulu.
" Mas juga tidak tahu sayang, mas kan selama ini cuma menemani yang nonton film sayang" . Firman menjawab pasrah, dia juga bukan tipe laki-laki romantis yang memberi kejutan pada kelasihnya. Selama ini, kekasihnya lah yang memilih film. Dia hanya menemani mereka dan juga membayarkan.
" Kita nonton yang romantis saja yah mas, mau nonton horor tidak mendukung masih siang" . Naya tersenyum semanis mungkin biar suaminya itu setuju, walaupun selama ini suaminya itu setuju-setuju saja dengan semua yang dibuatnya.
" Serah kamu sayang, mas ngikut". Usai membeli tiket mereka masuk ke dalam bioskop. Banyak anak-anak muda yang juga masuk. Sepertinya akan sangat ramai.
"Mas, kita duduknya dimana ?" . Naya melihat bagian depan sudah penuh, banyak penonton yang hadir.
" Kita agak ke belakang saja sayang". Firman membimbing tangan istrinya itu, mereka diduduk agak belakang.
Beberapa saat kemudian, film mulai berjalan, semua tampak menikmati film. Ditengah film yg berlangsung setelah adegan ciuman yang dilakukan oleh pemain dalam film tersebut, Naya dibuat tidak fokus oleh pasangan di depannya yang juga sepertinya terpengaruh film tadi. Naya, agak risih dengan hal seperti ini. Apalagi ini tempat umum. Gadis itu kemudian mendekatkan tubuhnya pada suaminya dan memeluk lengan suaminya, dan menutup mata. Firman acuh tak acuh dengan pasangan di depannya. Dia memperbaiki posisi istrinya itu, dan tersenyum melihat istrinya itu.
" Kita pindah tempat sayang?" . Firman melihat istrinya itu kurang nyaman, memang adegan difilm itu banyak menampilkan adegan dewasa, firman juga tidak tahu kalau ada yang mempraktekkan adegan tersebut ditempat nonton. Bagi orang lain biasa, tapi bagi istrinya itu merisihkan. Mereka kemudian pindah ketempat kosong yang agak ujung.
" Mas, juga pernah begituan ya saat nonton dengan kekasih mas?". Naya gagal mengendalikan rasa penasarannya. Firman hanya tersenyum dengan pertanyaan istrinya itu.
" Mas, tidak sejauh itu sayang. Mas lebih tertarik untuk mencobanya bersama kamu" . Firman juga mengedipkan matanya genit. Naya kemudian mencubit perut suaminya itu, jiwa menggoda suaminya sudah hidup lagi. Gadis itu sedikit beringsut menjauh dari suaminya. Firman hanya terkekeh dengan perilaku istrinya itu.
Usai nonton firman dan Naya mencari makan, mereka hanya berbicara seperlunya saja. Naya agak hati-hati dengan suaminya ini, suaminya semakin genit setiap saat. Sedangkan firman, sedikit bingung dengan perilaku istrinya yang berubah itu. Mereka pun makan dalam diam, usai makan firman hanya mengikut langkah istrinya itu.
"Mas, kita langsung pulang gitu?" . Naya heran juga dengan suaminya yg hanya mengikutinya dari tadi.
" Mas ngikut kamu sayang, kamu mau kemana lagi?" Firman hanya menjawab seperlunya saja. Laki-laki itu langsung masuk ke dalam mobilnya yang diikuti oleh Naya.
" Kan mas yg ajak Naya keluar, mas dong yang tentuin tempat?". Naya menyerahkan pada suaminya.
" Mas jarang keluar, mas banyak menghabiskan waktu dengan memeriksa tugas mahasiswa atau melakukan riset-riset, jadi mas kurang tahu tempat-tempat yang sering dikunjungi orang kalau kencan".
" Memang, kita lagi kencan Mas?" Naya mengulum senyum samar.
" Iya dong, biar kita makin dekat". Firman masih memandang jalanan
" Mas kapan masuk kantor?". Naya lebih tertarik membahas itu. Bagaimana nanti mereka akan menjaga hubungan mereka dengan kesibukan mereka. Tidak menutup kemungkinan masa lalu mereka akan menghampiri mereka kembali.
" Besok sih, mas disuruh papa berhenti jadi dosen, disuruh papa melanjutkan perusahaan papa, kamu tahukan aku anak tunggal, papa juga sudah tidak sesehat dulu lagi". Naya menganggukkan kepalanya.
"Memang mas bukan ASN? main berhenti saja?" . Naya kelihatan tertarik membahas kehidupan suaminya itu.
" Bukan, mas jadi dosen di yayasan yang di kelola oleh Mas dan teman-teman Mas. Jadi tidak masalah,mas tinggal mencari pengganti mas saja". Suaminya itu kemudian menyalakan radio saat mereka terjebak lampu merah.
"Seperti itu ya, aku tidak harus berhenti dari pekerjaanku kan nantinya mas?". Naya mewanti-wanti, walaupun mereka pernah membahasnya dulu, Naya merasa perlu mendengar lagi jawaban suaminya.
"Mas terserah kamu, asal kamu bahagia. Asal kamu tidak lupa sama mas, apalagi kita kan sedang punya PR dengan pernikahan ini" . Naya mengernyit heran? PR, memang ini sekolahan.
"PR apaan sih mas?". Gadis itu bingung. Suaminya itu kemudian tersenyum masnis.
"PR agar kita saling mencintai dan keluaga kita menjadi keluarga sakinah, mawadah, dan warahmah". Naya manggut-manggut, biar bagaimanapun pernikahan akan lebih bahagia kalau ada cinta di dalamnya.