"Sepertinya Aku mulai mengagumimu sejak nasihat sebelum Malam tahun baru Itu."
****
Bukannya menyelesaikan pekerjaan, Zaid malah memikirkan Nadira. Zaid merasa Ada Yang aneh Pada dirinya terhadap Nadira. Apakah Ia mulai menyukai muslimah cantik Itu? Apakah dia benar benar mulai jatuh cinta? Kepalanya dipenuhi oleh pikiran seperti Itu.
Zaid beranjak Dari kursi kerjanya, Ia berdiri dijendela ruangannya. Zaid menatap Pemandangan kota Dari atas. Indah. Ia menghela napas. Zaid bersandar didinding dekat jendela. Matanya menatap kosong ke bawah. Pikirannya Masih berputar - putar. Apakah benar Ia jatuh cinta pada seorang karyawati nya, Nadira?
"Tok!! Tok!!" Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Zaid.
"Silahkan masuk." Seru Zaid pada seseorang dibalik pintu ruangannya. Zaid kembali ke meja kerjanya. Duduk Dan menanti seseorang dibalik pintu Itu masuk.
Pintu terbuka dan menampakkan seorang Wanita yang tidak asing dimata Zaid. Zaid terkejut.
"Haiii..!!" Sapa nya Pada Zaid dengan mimik wajah yang begitu ceria.
Zaid tak menanggapinya berlebihan. Ia hanya memberi sedikit senyuman. Kemudian, kembali menunjukkan wajah malasnya.
Dengan Pede-nya, wanita Itu berjalan menghampiri Zaid. Lalu duduk dihadapan Zaid dan meletakkan Tas mahalnya dimeja kerja Zaid. Hal itu malah membuat Zaid menjadi Risih. Ya, Zaid adalah type Pria yang tidak suka banyak barang - barang, entah itu didalam rumah, ruangan kerja, apalagi meja kerja yang ukurannya minim.
"Zaid, pagi tadi aku nitip sandwich ke karyawati kamu, udah kamu makan?" Ia bertanya dengan Cara bicaranya Yang terlalu alay bagi seorang Zaid.
"Ya, sudah ku makan. Terimakasih. Stephani." Jawab Zaid, malas.
Meskipun begitu, Stephani Masih saja berusaha menggoda Zaid. Padahal Keluarga Zaid sudah menolaknya. Risih. Itu Yang Zaid rasakan ketika ada Stephani.
Zaid meletakkan kotak makan milik Stephani Di meja kerja.
"Ku kembalikan." Kata Zaid.
Stephani tersenyum riang, Ia memasukkan kotak makannya ke Dalam Tasnya. Dan tak lama kemudian Stephani keluar Dari ruangan Zaid.
Zaid merasa lega. Ia Lebih suka sendiri ketika sedang bosan.
****
Tepat pukul 20.00 WIB
"Insyaa Allah.. insyaa Allaahh.. insyaa Allaah.. you'll find your way.."
Handphone Nadira berdering.
Nadira Yang tengah memasak 2 potong Ayam Goreng, yang rencananya untuk ibu Dan ayahnya. Nadira memang suka memasak. Bahkan memasak untuk orang lain pun Nadira selalu siap. Aneh.
Nadira berjalan ke dekat wastafel untuk meraih Handphone nya Yang berdering. Ketika Nadira sudah menggenggam handphone nya, tertera Nama orang Yang sudah tidak asing bagi Nadira.
"Pak Zaid?" Gumamnya. Lalu menekan tombol warna Hijau yang berarti Ia mengangkat telepon dari Zaid.
"Assalamualaikum" Nadira memulai pembicaraan.
"Waalaikumsalam" jawab Zaid dari sebrang telepon.
"Ada perlu apa, Pak?"
"Eu.. Nad, kamu ingat waktu kamu tidak Setuju dengan perayaan Malam tahun baru?" Zaid memulai Topik.
"Oh iya Pak, kenapa?" Jawab Nadira, santai.
"Eu.. dari Hari Itu sampe sekarang Aku jadi sering kepikiran.." Zaid tidak melanjutkan ucapannya.
"Kepikiran apa, Pak ?" Nadira mulai penasaran.
"Maaf ya Nad, entah kenapa pikiranku selalu saja tertuju ke kamu." Zaid to the point.
Nadira Yang mendengar itu terkejut. Jantungnya berdenyut kencang. Lidahnya kelu.
"Halo, Nad? Eu.. ucapanku Salah ya, maaf Nad. Kalo Aku Ga omongin ini, pikiranku bisa kacau." Jelas Zaid.
"Nadi.." Panggil sang ibu pada Nadira.
"Oh.. eu.. Maaf Pak, saya dipanggil ibu. Assalamualaikum." Lamunan Nadira buyar. Menutup telpon pun sambil gelagapan. Haha.
"Waalaikumsalam." Balas Zaid meski telepon sudah ditutup duluan Oleh Nadira.
Nadira kembali ke penggorengan. Daaaann...
"Astaghfirullah!!! Astaghfirullah gosonggg!!" Nadira terkejut. Ia berteriak hingga ibu nya menghampirinya di dapur.
Nadira sibuk mengangkat ayam goreng nya yang gosong Itu. Lalu ibunya datang.
"Ya Allah, Nadi.. gosong lagi?" Tanya ibunya lembut sambil membantu Nadira.
"Iya bu.. maafin Nadi, tadi Nadi ditelepon atasan Nadi, jadinya.." belum Nadira menyelesaikan ucapannya, ibunya sudah bicara.
"Iya.. Ga Papa.. lain kali dimatiin dulu ya kompornya." Dengan lembut ibunya berkata. Membuat Nadira tenang. Nadira memeluk sang ibu, manja. Lalu ibunya mengusap sayang pucuk kepala Nadira.
****
Alhamdulillah thanks Readers💛 Jangan lupa Vote💛 Kritik&Saran sangat dibutuhkan💛 follow Ig author @mayalestari31_