"Riyan! Apa yang kau lakukan!" seru Elis dengan nada sedikit tinggi.
Riyan yang kebetulan tengah diam-diam membuka ponsel milik gadis yang baru saja meneriakinya terperanjat kaget. Seketika, benda itu pun melompat lolos dari genggamannya. "Ada apa, Lis?" tanya Riyan dengan wajah pucat karena takut kalau Elis marah besar dan mengusirnya. Jika sampai itu terjadi, rencananya untuk mengawasi dia berhubungan dengan Aldo atau tidak jelas akan gagal total. Karena dia percaya, tidak ada yang bisa melakukan sesuatu yang lebih baik unutknya selain dirinya sendiri. Sebab orang lain tidak akan pernah memberi hasil yang sempurna sekalipun sudah dibayar mahal sekalipun.
"Kenapa kau kemarin membayarkan kos-kosanku selama setahun? Apa, sih maumu?" ucap Elis dengan suara sedikit merendah.
"Aku? mauku? E... anu." Riyann nampak sedikit salah tingkah karena sempat salah sangka. Lalu, ia pun beranjak menarik lengan Elis membawanya masuk ke dalam dan duduk bersama di atas karpet.
