Setelah mematikan panggilan dari ibunya, Elis membuka satu persatu pesan dan membalasnya. Sementara Aldo yang diam menunggu sambil mengamati dirinya dari atas ranjang merasa tersbaikan.
"Ehem!"
Elis menoleh ke arah Aldo. Melihat Aldo menatapnya dengan ekspresi seperti itu, Elis tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum. Tapi, untuk menghampiri pria itu dia masih merasa malu.
"Aku dengar apa yang ibu katakan," ucap Aldo. Karena Elis hanya diam saja.
"Kau mendengarnya? Ya sudah," jawab Elis. Malu-malu.
"Tentu saja. Ya sudah, kau jangan suka marah-marah, ya Sayang," ucap Aldo beranjak menghampiri Elis sambil memeluknya dari belakang.
"Aku sudah tidak marah kok sama kamu. Jangan gini, donk!" ucap Elis sambil mencoba melepaskan lengan Aldo yang melingkar pada pinggangnya.
"Kenapa? Tidak boleh?" ucap Aldo sambil mencumbu pipi dan leher Elis dari belakang. Kumis tipis Aldo yang mulai tumbuh memberi sensasi tersendiri saat mengenai kulit gadis itu. Sehingga, ia pun mengelijang.
