Chereads / Kiya & Arigel / Chapter 5 - BAB 3

Chapter 5 - BAB 3

Sebenarnya, melewati tiga jam pelajaran Bahasa Inggris adalah hal yang paling menyenangkan bagi Kiya. Tapi, berhubung Kiya sedang berada dalam mode bahagia karena kejadian tadi pagi, Kiya jadi tidak terlalu fokus.

Seperti beberapa jam yang lalu, ia nampak fokus pada pelajaran Miss Anna di depan, tapi pikirannya asik memutar balik kejadian mulai dari pertemuannya dengan Derys sampai waktu dirinya diantar oleh cowok itu. Tadi itu adalah pertama kalinya ia benar-benar berdua dengan Derys setelah beberapa bulan ini dirinya mengusik pikiran Kiya.

Bukan tanpa alasan dia menyukai Derys. Derys begitu baik padanya. Terlebih lelaki itu memiliki tampang dan IQ di atas rata-rata. Jika ada nominasi cowok paling ideal di sekolahnya, pasti Derys akan berada di urutan paling atas.

Udah kaya, ganteng, pinter, baik lagi. Siapa yang tidak akan terpesona jika berada didekatnya?

Berbicara soal Derys memang nggak ada habisnya. Selalu saja ada hal menarik untuk di bahas. Semua isi sekolah tahu ka-

"KIYA!!"

Kiya tersentak dari lamunannya. Ia mendongak dan melihat Ari sudah ada di samping mejanya.

Boleh nggak Kiya marah? Tadi Bang Gio mengganggu mimpinya, sekarang juga Ari mengacaukan lamunannya soal Derys.

"Apasih? Ganggu aja lo!" Ketus Kiya. Gadis itu mulai merapikan mejanya. Memasukkan buku bahasa inggris dan kotak alat tulisnya ke dalam loker mejanya, karena jam pelajaran sudah berakhir kisaran sepuluh menit yang lalu dan sekarang adalah jam istirahat.

Kiya baru sadar akan hal itu karena sedari tadi pikirannya asik memutar ulang scene romantisnya bareng Derys. Ditambah lagi, dia sadar karena Yeri, teman sebangkunya sudah menghilang entah kemana.

"HP lo kemana? Di telfon ngga diangkat. WA juga centang satu."

"Gue silent. Terus gue matiin soalnya datanya juga habis. Mau beliin?"

Ari menghela nafas, "Iya, nanti."

Mata Kiya langsung berbinar antusias. "Seriusan lo?"

"Hm." gumam Ari tidak panjang lebar.

"Yaudah ayo makan." Ia segera menarik lengan Kiya keluar dari kelas menuju kantin. Sepanjang jalan, Kiya terus mengoceh panjang lebar. Tapi dari sekian ocehan nggak bermutu Kiya soal konser BTS, fan-meeting NCT, harga original VCD single terbaru EXO, ada satu hal yang berhasil membuat Ari kesal.

"Oh iyaa, Ri!! Gue seneng banget hari ini. Percaya nggak percaya lo harus percaya soalnya ini fakta!" seru Kiya heboh. Ari langsung jadi risih karna seketika menjadi pusat perhatian dan Kiya dengan tidak tahu malunya menarik-narik tangan Ari untuk menyalurkam euforia yang dirasakannya.

"Apaan? Malu kali diliatin." Ucap Ari tajam sambil mengondisikan Kiya supaya tenang.

"Tadi kan gue kesiangan, Bang Gio nggak bisa nganterin karena ada kelas pagi, terus lo juga udah berangkat duluan tadi. Terpaksa gue nunggu angkot. Mana jarang banget lagi ada angkot, sekalinya ada malah rame banget penumpangnya. Jadinya gue jalan kaki, sambil nyari angkot. Sampe ada drama jatuh segala gue gara-gara ngira diikutin sama penjahat. Ngeselin!"

Ari langsung menghentikan langkahnya.

Ia menatap tajam Kiya, membuat gadis itu mengangkat alis nya bingung. "Jatuh dimana?"

"Ya, disana."

"Disana mana, Kiya?"

"Ih ya di jalan sana pokoknya. Mana jatuhnya gue nggak elite lagi." dengus Kiya.

"Luka nggak?"

"Dikit." Jawab Kiya.

Ari melihat ke arah luka Kiya yang berada di lututnya. Nggak parah sih, cuma luka kecil dan baret-baret biasa. Tetap saja, yang namanya Kiya itu ceroboh. Udah SMA masih aja bisa jatuh kayak anak kecil.

"Lain kali kalau jalan tuh hati-hati. Kakinya dipake yang bener. Nggak usah petakilan kalau lagi dijalan."

Ngeselin banget kan. Tipe cuek kayak Ari sekalinya ngomong langsung bisa nembus dada. Ngena di hati.

"Iya, iyaa." Jawab Kiya. Daripada debat soal insiden jatuhnya tadi, Kiya lebih memilih mengiyakan saja dan melanjutkan ceritanya.

"Nah, habis itu, orang yang gue kira penjahat itu ternyata Derys. Kaget dong gue. Mana mobilnya baru lagi, duh padahal baru minggu kemarin dia bawa BMW. Terus dia nawarin gue buat bareng, untung gue masih punya malu nggak guling-guling di jalan." senyum Kiya malu-malu.

Ari tidak menggubris ocehan Kiya. Ia memilih melanjutkan jalannya agar cepat sampai kantin dan makan.

"Menurut lo, Derys suka ke gue nggak?" tanya Kiya tiba-tiba.

"Nggak lah." jawab Ari.

"Ih kok gitu?! Sok tahu banget sih!!"

Ari berdecih, "Derys itu baik banget ke semua orang, bukan cuma ke lo. Lo aja yang kegeeran." Ari menoleh sekilas ke arah Koya yang mulai merengut.

"Lagian nih ya, mana mau Derys sama lo. Udah bantet gendut, cerewet, hidup lagi."

Plaakkk

"KIYA!!!" Ari mengaduh ketika Kiya menampar mulutnya dengan keras.

"Biar nggak kebiasaan tuh mulut." sarkas Kiya.

"Bilang aja lo cemburu. Susah amat. Gini-gini lo juga suka sama gue kan?" cibir Kiya.

Pernyataan Kiya telak menamparnya. Ari berdehem mengembalikan imagenya kemudian menarik Kiya cepat-cepat memasuki kantin.