"wah ... Bukankah Hana sangat cantik Ketua? Meski tertutup topeng sekalipun, wajah cantiknya tetap terlihat. Dia benar-benar dream girl." Seorang tentara bernama Bobi terpesona dengan kecantikan perempuan yang sedang membawakan tarian Flamenco di atas panggung.
"heh!!" Ander tersenyum kambing. "sepertinya sebutan teaser girl lebih pantas untuknya."
Bobi menatap Jenderal nya dengan ekspresi bingung, lalu ia bertanya, "kenapa teaser girl, Ketua?"
"bukankah setelah menari dia akan menggoda para pengunjung bar?"
"Hana tidak seperti itu. Dia berbeda dengan penari lain, Hana adalah penari berkelas yang tidak sembarang orang bisa mendekatinya." Tentara itu membela gadis idamannya.
"benarkah? Lalu apa yang sedang ia lakukan sekarang?" Tanya Ander sambil menatap ke arah Hana yang sedang bersalaman dengan Wali kota.
"mereka kan cuma bersalaman."
"setelah itu dia akan menggoda pak Wali kota." Ander mengatakan itu seolah ia paham betul dengan kelakuan penari-penari yang ada di bar ini.
Karena Ander tidak menyukai pesta seperti ini, ia pun mengajak bawahannya untuk pergi. "lebih baik kita berlatih sekarang."
Namun, belum sempat mereka meninggalkan bar, tiba-tiba langkah mereka terhenti karena seseorang menahan tangan Ander.
Kemudian Ander menoleh ke belakang, begitu juga dengan Bobi yang ikut menoleh seperti atasannya.
"wow ... Hana," Bobi ternganga, lalu menatap tubuh penari itu dari atas ke bawah. Tatapan matanya itu terhenti di tangan Hana, di mana tangan itu sedang memegang tangan Jenderal Ander.
"Ke ... Ketua, Hana memegang tangan anda? Wow." Saking kagumnya, mata Bobi berbinar. Mulutnya pun terbuka, namun dengan cepat ia menutup mulut itu dengan tangan kirinya.
Beruntung sekali Ketua bisa berpegangan tangan dengan 'dream girl' yang selalu dinanti banyak lelaki.
"mau ke mana? Kenapa tidak minum dulu denganku?"
Ander menatap tajam ke arah perempuan itu, tapi Hana bergerak cepat, ia langsung menarik tangan Jenderal tentara itu dan membawanya ke depan panggung, duduk bersama Wali kota.
"kenapa buru-buru sekali, aku bahkan belum sempat minum denganmu." Pak Wali kota menepuk pundak Ander, lalu memberinya sebuah gelas kotak berisi bir yang bercampur dengan es batu.
"minumlah," ujar Wali kota.
"tidak, terima kasih pak, saya harus menyetir." Tolak Ander dengan sopan.
"ayolah." Pak Wali kota terus memaksa, hingga akhirnya Hana berbaik hati untuk menggantikan Jenderal Ander meminum minuman itu.
Ia menerima gelas yang dari tadi disodorkan Wali kota. "biar saya saja pak." Ucapnya lalu menenggak bir itu sampai habis.
Semua orang yang ada di sana langsung bersorak, ini adalah pertama kalinya Hana minum setelah bertahun-tahu menari di sini.
"wah ... Kau keren juga." Puji pak Wali kota.
Hana hanya tersenyum, ia rela menggantikan Ander karena ia tertarik dengan ketampanan dan kegagahan Jenderal yang sekarang duduk di sampingnya ini.
Selain tampan dan gagah, Ander dikenal dengan image Jenderal hangat tapi dingin. Hangat kepada masyarakat, dan dingin terhadap musuh.
Di kota ini, semua orang pasti mengenal Jenderal Ander, tak terkecuali Hana.
"mau lagi?" Tawar pak Wali kota. Tapi Hana menggeleng.
"aku hanya sanggup satu gelas, pak."
"baiklah." Akhirnya pak Wali kota meminum bir nya sendiri. Sambil sesekali berbincang dengan Jenderal kesayangannya, Jenderal yang sudah sangat berjasa kepada masyarakat. Yap, siapa lagi kalau bukan Ander.
Mereka terlibat dalam perbincangan yang hangat, pembahasannya pun macam-macam. Mulai dari dunia kemiliteran hingga wanita.
Tak terasa malam yang begitu panjang itu berlalu begitu saja. Dan Ander beserta Bobi pun pamit karena masih ada latihan yang harus mereka lakukan.
Mereka pun meninggalkan bar itu lalu menuju ke markas militer dan melakukan latihan malam bersama tentara-tentara yang lain.
* * *
Di bawah terik matahari yang begitu menyengat, Ander sedang mengawasi latihan para prajuritnya di sebuah hutan tempat mereka biasa berlatih. Kemudian Ander menghentikan latihan itu karena para prajurit harus mengisi kembali tenaga mereka.
"fox, 015, 48, kalian cari makan siang untuk semua anggota." Perintah Ander pada ketiga bawahannya.
"siap laksanakan, Ketua." Mereka memberi hormat lalu pergi berburu.
Sejenak Ander menatap kepergian prajuritnya, kemudian Bobi datang dan membawakannya air minum.
"ini Ketua." Ucap Bobi sambil menyodorkan botol minum itu ke atasannya.
Ander pun menerimanya, "terima kasih."
Ander membuka penutup botol itu, lalu meminumnya sambil duduk di sebatang pohon yang tumbang terkena angin.
Bobi pun mengikutinya duduk di pohon itu. Sambil menatap ke arah Ander, ia memberanikan diri untuk bertanya, "Ketua," panggilnya. "minggu depan, apakah anda mau datang ke bar Lovely lagi? Ku dengar, hari itu jadwal Hana menari."
Selesai minum, Ander langsung menatap Bobi dengan tatapan tajam. "lalu apa hubungannya denganku?"
Bobi yang ditatap seperti itu oleh atasannya hanya bisa menunduk. Kemudian menjawab, "ya, siapa tahu Ketua ingin melihat 'dream girl' itu menari."
"teaser girl!" Ander mengoreksi. Sejak malam itu, ia benar-benar menjuluki penari itu dengan julukan 'teaser girl'. Apalagi saat perempuan itu menarik tangannya dengan mesra dan menggantikannya 'minum'. Ander semakin yakin kalau dia adalah perempuan penggoda.
"terserah Ketua mau menyebutnya apa, tapi dia tetap akan menjadi 'dream girl' bagiku."
"Cih!" Ander tersenyum geli.
"Ketua! Ketua!"
Fox berlari dari arah pedalaman hutan dengan ekspresi ketakutan, panik dan hampir menangis.
Ander dan Bobi langsung berdiri.
"ada apa?" Tanya Ander.
"itu Ketua, huh ... huh ... huh ... " Fox masih ngos-ngosan.
"atur napasmu dulu!" seru Bobi yang nampak penasaran.
Fox pun menarik napas panjang, lalu menghembuskannya pelan. Setelah napasnya stabil, ia melanjutkan, "di sana, di tengah hutan, ada mayat seorang perempuan."
Bobi terkejut, tapi Ander langsung bersiap, "tunjukkan jalannya padaku!"
"siap Ketua!" Fox memberi hormat, kemudian mereka berlari ke arah pedalaman hutan dengan Fox yang memimpin jalan.
Tak lama kemudian mereka sampai, di sana ada seorang perempuan yang tergeletak di bawah pohon besar.
Sejak mereka menemukan perempuan itu, baik 015, Fox, maupun 48, tidak ada yang berani menyentuh perempuan itu.
Akhirnya Ander mendekat, lalu berjongkok dengan sebelah lututnya menempel tanah. Dengan hati-hati Ander menyibakkan rambut yang menutupi wajah perempuan itu.
Keempat bawahannya pun mengintip dengan wajah cemas, dan saat wajah perempuan itu terlihat dengan jelas, mata mereka langsung berbinar.
"wah, cantik juga." Kata 015 dengan kagum.
"Sstt!" Bobi meliriknya tajam, dan 015 pun langsung menunduk. Tidak pantas ia tergoda dengan kecantikan mayat seperti itu.
Ander mengarahkan tangannya ke leher perempuan itu, lalu menyentuh nadinya. Ekspresinya yang tadi tegang, kini berubah menjadi tenang.
Lalu ia langsung menggendong perempuan itu dan menatap tajam ke arah Fox, 015, dan 48. "kalian, push up sebanyak 50x, baru boleh kembali ke camp!"
"siap laksanakan, Ketua!" tanpa tahu apa-apa dan tanpa bertanya, mereka langsung mengambil posisi dan melakukan push up.
Kemudian Ander menyuruh Bobi untuk membawa hasil buruan ke camp.
Sesampainya di camp, semua prajurit langsung menatapnya dengan ekspresi bingung. Bertanya-tanya tentang siapa perempuan yang digendong Jenderal Ander. Tapi tak satu pun dari mereka yang berani bertanya langsung.
Bobi meletakkan hewan buruan itu di dekat sisa-sisa api unggun semalam, kemudian ia berjalan ke arah tenda dan membantu Ander mambuka tenda itu.
Ander pun masuk, begitu juga dengan Bobi. Kemudian ia membaringkan perempuan itu di atas tikar.
"Ketua, kenapa membaringkan mayat di sini?" Tanya Bobi.
"dia masih hidup." Jawab Ander sambil menoleh ke arah bawahannya itu. "tapi napasnya sangat lemah. Kamu, beri dia napas buatan!" perintah Ander pada Bobi.
Bobi pun menggeleng sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan. "aku tidak bisa melakukannya Ketua tidak bisa!"
"kenapa?"
"takut kebablasan."
Ander pun menepuk jidatnya, bagaimana bisa dirinya memiliki bawahan dengan pertahanan lemah seperti itu? Akhirnya, karena tidak mau perwmpuan ini semakin kehabisan napas, Ander pun maju. Ia mendekatkan wajahnya ke wajah perempuan itu. Kemudian membuka mulut perwmpuan itu dan ... Mulut mereka menempel.
Deg ... Deg ... Deg ...
Ini pertama kalinya bibir Ander bersentuhan dengan bibir orang lain. Dan debaran jantungnya membuat pertahannya semakin melemah hingga ia nyaris terlena. Tapi sebelum itu terjadi, akhirnya Ander mampu menahan diri untuk tidak lanjut melumat bibir merah muda milik perempuan itu.
"eh, Ketua, dia bergerak."
Ander langsung melepaskan mulutnya dan menatap ke arah perempuan itu.
"air ... air ... "
Dengan cekatan Ander langsung mengambilkan air minum, lalu mendudukkan perempuan itu dan membantunya minum. Kemudian membaringkannya lagi.
Mereka menunggu sampai perempuan itu benar-benar sadar, setelah itu Ander mulai mengajukan pertanyaan padanya.
"kenapa kamu bisa pingsan di tengah hutan?"
Tapi, bukannya menjawab, perempuam itu malah menangis.
"Jenderal, tolong aku, tolong." Perempuan itu memohon sambil memegang tangan Ander.
Ander pun bertanya, "kesulitan apa yang sedang kau hadapi?"
"aku, wali kota, dia, dia dan anak buahnya mengejarku. Aku tidak mau menjadi istri ketiganya. Tolong selamatkan aku Jenderal, hiks ... "
Ander mendesah, kemudian mengepalkan tangannya. Meskipun dirinya adalah tentara kesayangan Wali kota, tapi Ander sangat tidak menyukai pak Wali kota, terlebih karena beliau selalu menyalahgunakan kekuasaannya untuk menikahi gadis-gadis cantik yang ada di kota. Dan yang resmi menjadi istrinya hanya dua orang, sedangkan beberapa lainnya hanya menjadi simpanan.
"siapa namamu?" Tanya Ander.
"Lalita, Lalita Mohana."
Ander melepaskan tangannya dari genggan Lalita, kemudian ia berganti menggenggam tangan perempuan itu dengan erat. "jangan menangis lagi ya, aku akan menolongmu."
Hanya mendengar perkataan Jenderal Ander, perasaan Lalita langsung tenang, air mata pun berhenti keluar dari matanya. Ia benar-banar percaya kalau Ander pasti bisa menolongnya.
Tak lama kemudian, seorang prajurit mendatangi tenda itu dan melapor.
"lapor Ketua, di luar ada pak Wali kota yang ingin bertemu dengan Ketua." Lapor prajurit itu sambil memberi hormat.
Ander dan Bobi pun keluar, di sana sudah ada pak Wali kota dan beberapa anak buahnya yang menunggu.
"selamat siang pak." Ucap Ander.
"ya, selamat siang." Jawab pak Wali kota lalu merangkul Ander dan mengajaknya menjauh dari tentara-tentara yang ada di sana. Mereka berhenti di dekat tenda di mana ada Lalita di dalamnya, kemudian pak Wali kota bertanya, "Apa kau melihat ada perempuan masuk ke hutan? Dia cantik dan memakai baju putih panjang."
Ander mengerutkan alisnya pura-pura mengingat. "apa yang bapak maksud adalah perempuan itu?" Tanya Ander lalu membuka pintu tenda.
emudian pak Wali kota menengok ke dalam tenda, dan seketika Lalita kaget, tubuhnya gemetar ketakutan. Ia sudah sangat percaya dengan Jenderal Ander, tapi kenapa laki-laki itu malah memberitahu Wali kota?
"ya. Perempuan itu, dia yang aku cari."
"kenapa pak Wali kota mencari calon istriku?"
Bersambung ...