"...."
tubuhku sakit, apa terjadi sesuatu padaku? aku tak dapat merasakan punggungku.
sebuah ingatan yang samar datang menghampiriku seperti kejutan listrik, diriku yang di hujani sebuah tebasan di punggung.
aku ngantuk.....
***
aku membuka mataku hal pertama yang aku lihat adalah sebuah api yang tengah menyala di pelita menerangi seisi ruangan, nampak tenang dan menyejukkan di tengah kegelapan malam.
"bocah apa kau sudah bangun?"
seorang wanita dengan menghembuskan asap rokoknya berbicara padaku. iya terlihat seperti orang yang berusia 40 tahun dengan wajah yang memiliki bekas luka bakar pada dahi ke bawah pipi kirinya.
aku mencoba untuk bangkit secara perlahan nampaknya tubuhku sangat kaku karena sulit untuk di gerakkan.
".... sudah. Jangan terlalu memaksakan diri, sebagai informasi kau sudah tidur selama 8 bulan lukamu cukup parah dan amat hebat kau bisa bertahan hidup dengan luka seperti itu.... perkenalkan namaku adalah Ela, ada seorang lagi yang ingin aku kenalkan padamu tapi iya sedang tidur. Apa kau ingat namamu? bocah" katanya dengan santai sambil menghisap rokok miliknya.
aku mencoba untuk mengingat namun yang ku rasakan hanyalah sengatan listrik yang membuat kepalaku sakit ".... aku tak bisa mengingat namaku". kataku lemah.
wanita itu menghisap rokoknya kuat kuat lalu menghembuskan banyak sekali asap dan ia berkata.
"...Ok, jangan terlalu di paksakan aku akan membuat makanan untukmu, kau pasti lapar karena sudah lama tak makan" suara perutku pun malah berbunyi.
"... nampaknya kau sudah sangat lapar, tunggu sebentar".
"ba.. baik makasih" kataku dengan malu, kemudian iya meninggalkan kamar.
tak lama berselang iya datang dengan roti serta sop dan minuman, ia menyuguhkan ku semua itu. aku memakannya dengan sangat lahap seperti orang yang sudah tak makan berminggu - minggu tepatnya berbulan bulan tubuhku sangat kurus dan lemah setelah selesai makan aku merasa hidup kembali seperti bangkit dari sesuatu aku menatap Ela yang membaca sebuah surat kabar, aku yang penasaran kemudian bertanya "apakah itu menarik?".
"Hmm? ah, tidak juga hanya sebuah berita mengenai kerajaan asia yang melakukan genjatan senjata dengan pihak iblis, apa topik ini terlalu berat untuk anak seusiamu?"
"sama sekali tidak perperangan sudah sering terjadi di tempatku dulu aku dan adik adikku selalu di hadapkan dengan hidup dan mati setiap saat...."
tunggu adik? kenapa tiba2 aku berbicara seperti itu? benar aku memiliki adik namanya..... ah aku ingat namanya lia dan alex saat itu aku melindungi mereka dari orang2 jahat itu, kemudian aku mencoba bangkit dengan paniknya.
wanita itu menahanku agar tetap berada di kasur. "tenanglah bocah, apa ingatanmu sudah kembali? tak ada yang dapat kau lakukan dengan tubuh kurusmu itu, istirhat menjadi tujuan utamamu untuk sekarang"
benar tak ada yang bisa aku lakukan.
"maaf baru bertanya sekarang, ini di mana ya?"
"..... hutan timpal, pernah dengar? sebuah hutan yang jauh ke selatan dari kerajaan Asia hutan yang penuh dengan makhluk buas, namun sisi baiknya di sini banyak makanan dan ekosistem yang sangat nyaman di tinggali, oi bocah bisa kau ceritakan kenapa kau bisa sekarat seperti itu saat aku temukan?"
"ah baik baik kau sudah bertanya dari tadi, aku melindungi adik2ku dari sebuah grup aneh yang memiliki mata hampir keluar saat mereka molotot dengan saat memikirnnya kembalipun benar - benar membuatku ketakutan, awalnya kami berlari menjauhi perang yang akan terjadi di desa kami perang antara iblis dan kerajaan asia. namun saat aku dan adik adik kelelahan, kami melihat sesuatu yang mengerikan pembunuhan massal yang di lakukan oleh suku yang aku sebutkan tadi dan tentu saja kami ketahuan, demi melindungi adik adikku aku memeluk meraka agar tidak terkena tebasan parang yang suku itu bawa alhasil aku pingsan dan saat bangun aku sudah berada di sini...." aku diam beberapa saat lalu bertanya.
"apa kau paham yang aku ceritakan?"
Ela hanya diam menutup mata seakan mencoba untuk berpikir apa yang aku ceritakan dan ia pun berkata.
"kau menceritakan dengan sangat buruk"
kata2nya benar - benar menusuk tapi memang benar bahkan aku tak paham apa yang baru saja aku ceritakan.
"kenapa kau tak bertarung? jika tau akan mati kenapa tak memilih untuk bertarung lalu mati?"
kata2 konyol pertama yang aku dengar setelah aku bangun dari tidur panjangku.
"jika aku bertarung apa yang aku dapat? hanya membuat mereka semakin gila lalu membunuh adik2ku di saat aku sibuk mengayunkan pukulan kecilku yang 1juta kemungkinan tak akan berpengaruh! adik adikku akan mati secara tragis, aku hanyalah anak biasa bukan orng hebat yang menerima gift dari para dewa bukan orng yang mendapatkan keajaiban setelah berteriak lalu menerima kemampuan hebat..... yang aku punya hanya tubuh yang lebih besar dari adik adikku, karenanya aku memeluk mereka dan membiarkan punggungku tertebas" aku melampiaskan amarahku.
"bahkan.... sekarang aku tak tau mereka masih hidup atau tidak..." mencoba untuk tetap tenang menganalisis situasi seperti yang kakek ajarkan, namun semua hancur karena kepanikan yang tak dapat lagi aku bendung.
"kau memang benar - benar anak2 ya.. yah, kau benar situasi yang seperti itu memang harus mengorbankan nyawamu namun sayangnya akupun tak tau apa adik adikmu selamat atau tidak, walau tidak di temukan mayat mereka bukan berarti mereka selamat bisa jadi mereka di jadikan tawanan oleh orang lain, dunia kita memang seperti itu banyak orang baik tapi tak banyak yang dapat mempertahankan kebaikannya" katanya dengan santai namun serius.
"...apa kau seperti itu?" kataku dengan penuh keraguan.
hushhhssss~ seperti biasa iya menghisap rokok miliknya menghembuskan banyak asap dan berkata.
"tentu sajalah! kau akan aku jadikan tentara aku sudah memberikan makan dan merawatmu selama berbulan - bulan jangan pikir aku akan diam saja ini bukan yayasan lagi pula yayasan tak sebaik itu juga, di tambah kau masih kecil seperti benih yang harus di rawat secara bagus agar menghasilkan buah yang bagus dan menjadi BUAH TERLARANG!!"
"wahh....." ya betul juga aku sudah tau akan seperti ini, aku kira aku akan jadi babunya tapi ternyata di luar ekspetasi.
"istirahatlah karena esok kau akan memulai lembaran baru dalam hidupmu, cukup menarik berbicara denganmu anak tanpa nama"
*****