Wina telah keluar dari ruangan kerja Leya, tetapi Leya tetap terdiam dalam lamunannya sendiri. sepertinya Leya mulai gelisah. Dia bisa mengingat dengan jelas kalau Wina adalah seorang istri dan Ibu yang telaten. Wina selalu bisa meluangkan waktu untuk memasak menu sarapan dan makan malam bagi keluarganya. Sedang dia, Leya tidak memiliki kemampuan apa-apa di bidang masak memasak. Lantas bagaimana saat dia sudah menyandang status Ny. Hadi Travi kelak, pernikahan mereka tinggal beberapa bulan lagi. Apa iya selama masa berumah tangga mereka, sampai tua Leya hanya mengandalkan Bibi untuk menyiapkan menu makanan. Bagaimana kalau suatu hari nanti, anak dan suaminya meminta Leya membuatkan makanan tertentu untuk mereka? Apa yang harus dia lakukan.
Leya sangat ragu untuk saat ini, di akan wanita karier, apa memang itu bisa di terima sebagai alasan kalau dia tidak memiliki kemampuan memasak. Kira-kira bisa dianggap wajarkan alasan sebagai wanita karier tersebut.
Sedang asyik-asyiknya Leya tengelam dalam pikirannya sendiri, tiba-tiba teleponnya berbunyi. Leya memperhatikan layar handphonenya. Ternyata Papanya yang menelepon.
"Hallo Pa". Suara riang Leya saat menerima panggilan dari sang Papa.
"Hallo Le, apa kabar kamu sayang?" tanya sang Papa.
"Baik Pa, Papa dan Mama pa kabar? Kangen Paaa". Terdengar suara manja sang anak.
"Papa dan Mama sehat nak, kami pun kangen sama kamu dan adik mu. Lagi sibukkah Le?" Tanya Papa kemudian.
"Gak kok Pa, aku gak lagi sibuk kok. Kenapa Pa, apa yang bisa aku bantu?"
"Le, nanti makan malam di rumah ya, sudah lama kita tidak makan bersama. Papa dan Mama rindu kebersamaan kita di meja makan". Papa mengajukan permintaan.
"Tentu saja bisa Pa, aku sama sekali gak sibuk. Feya aku yang hubungi Pa?" jawab Leya kemudian.
"Gak usah nak, biar Papa yang telepon Feya. Papa juga dah kangen banget sama kembaran mu itu". ujar sang Papa.
"Oke Pah kalau gitu, salam dulu sama Mama ya Pah". Ucap Leya
"Ya udah ya Le, Papa mau telepon adik mu dulu. Nanti hati-hati ya di jalan". Dan kemudian Papa menyudahi pembicaraan mereka.
Telepon dari Papa sukses membuat Leya lupa dengan lamunannya tadi. Leya memang sudah hampir sebulan tidak bertemu ke dua orang tua dan kembarannya. Ternyata Leya sangat merindukan mereka.