"Nak Chaliya, Apakah barusan yang berbicara itu kamu?" tanya bu Yulita. Dia tidak mau terjadi salah paham. Jadi, dia bertanya langsung.
"Iya ini suaraku," jawab wanita itu tersenyum dalam tangis. Tangisan hari, karena akhirnya dia bisa dengan mudah membuka jati dirinya di depan kedua orangtuanya.
Dua orang dewasa itu saling pandang. Mereka masih belum mengerti, Bagaimana bisa, Chaliya yang memiliki suara cempreng dengan logat khas orang negeri gajah putih menirukan suara putrinya yang memiliki logat khas Indonesia banget, datar tenang dan tak pernah heboh.
"Ayah, ibu... sebenarnya aku ini adalah Alea. Allea Putri kalian yang kalian kira sudah lama meninggal masih hidup dia sudah berdiri di depanmu hanya saja identitasnya tertukar oleh orang lain," ucap Chaliya.
"Bagaimana bisa? Apakah mungkin?" tanya bu Yulita dengan tubuh bergetar. Ingin sekali berkata jika Chaliya mengada-ngada. Tapi, hati kecilnya berkata tidak. Dia senang dengan itu. Ada kedamaian dan rasa lega di sana.