"Lalu... Bagaimana tanggapan Axel setelah mengetahui bahwa orang yang yang dia percaya dan diangkat menjadi manajer di anak perusahaannya itu adalah anak dari papanya juga dengan wanita lain?" tanya kakek Hardi Wijaya. Masih tetap tenang.
"Axel tidak mempermasalahkan. Dia menerima mereka dengan baik bahkan memanggil Livia dengan panggilan ibu. Sampai sekarang mereka tetap berkomunikasi dengan baik," jawab Elizabeth.
"Apa kamu bilang?" tanya kakek Hardi, dengan nada tinggi dan bangkit dari duduknya menatap kearah Elizabeth dengan tatapan tajam.
Elisabeth terkejut ibarat melihat air yang semula tangan tiba-tiba bergelombang sangat kencang. bahkan saking takutnya dia sampai mundur beberapa langkah.
"Kenapa ada kejadian seperti ini kalian diam diam dariku? Aku itu juga bersalah banget pada Livia menuduh yang bukan-bukan karena ulahmu! Harusnya kamu juga bilang dan katakan itu kepada bapak biar bapak juga bisa bertemu langsung dengan Livia, dan meminta maaf padanya!"