"Kamu tidak lupa dengan dua pilihan yang kuberikan, bukan?"
Chaliya terperanjat kaget saat mendengar suara itu yang tampak nyata di telinganya dengan logat khas orang Thailand.
Ia melihat sebelah. Dicky sudah tidak ada di tempat. Sementara waktu sudah menunjukkan pukul delapan lewat tiga puluh menit. Chris dan Dwi juga tidak ada di dalam kamarnya. Mungkin mereka berpikir takut mengganggu apabila mereka masuk sekarang. Sedangkan dia masih lelap tertidur.
"Dia pasti sudah berangkat ke kantor. Oh, iya... astaga! Aku harus segera pergi menemui profesor Simon. Namun, bagaimana jika Dwi dan Chris tahu, apabila mereka ikut bersamaku? Jika tidak ikut beesamaku, aku takut arwah gadis gila itu akan datang untuk menerorku," gumam Chaliya seorang diri.