"Seperti apa keadaan kantor perusahaan kau sudah lihat. Ini sudah menjadi milikmu sekarang. Apakah kau tidak ingin melihat-lihat tempat produksi atau pabrik kita?" tanya Dicky.
"Tidak masalah, apakah letak pabrik nya jauh dari, sini?" tanya Chaliya semangat.
"Tidak terlalu jauh, dan juga tidak terlalu dekat. Bisa dikatakan lumayan lah."
"Baiklah kalau begitu ayo kita pergi sekarang!" ajak Chaliya sambil melingkarkan lengannya pada lengan Dicky.
Mereka berdua tertawa dan bahagia. Namun, tidak dengan seorang wanita cantik bertubuh jenjang yang bersembunyi di balik tembok setelah melihat kebahagiaan mereka. Ingin menangis, tapi air mata sudah habis.
"Dick, kamu ini pria tulen dan maskulin. Apa yang membuat dirimu terinspirasi membuat perusahaan di bidang kecantikan?" tanya Chaliya sambil memandang suaminya yang tengah fokus memegang kemudi.