"Mari profesor, silahkan masuk. Kenalkan, dia Dicky. Suami saya," ucap Chaliya.
Melihat wajah pria yang dikenalkan sebagai suami kliennya, membuat sang profesor cukup terkejut. Dengan gugup, pria itu mengulurkan tangan untuk berjabat tangan awal dari perkenalan.
"Dia Dicky, profesor. Mayat yang kusimpan dulu itu Andra. Aku sudah menguburnya," ucap Chaliya. Menjawab kebingungan profesor Simon.
"Saya terlalu banyak berfikit, Nyonya. Lalu, di mana bayinya?" jawa pria tua itu. Namun, terlihat masih sangat sehat.
"Ada. Dia sedang tidur. Aku akan mengambilnya." Kemudian Chaliya memandang ke arah Dicky dan berkata, "Sayang, temani profesor Simon, ya?" Lalu, Chaliya pun beranjak ke belakang.
Tidak lama kemudian ia pun kembali ke ruang tamu dengan bayi dalam gendongannya.
Sementara profesor sia mohon mengambil sesuatu dari kota yang di bawah dan mengambil sebuah jarum suntik mengisinya dengan cairan berwarna putih bening.
