"Apa, Maaf? Apa ini tutjuanmu? Sengaja permainkan aku? sekarang puas kau, hah?" Wulan sudah benar-benar berada di puncak emosinya. Ia tak bisa algi menahan, dan terus menerus diam bersikap baik di depan kedua orangtuanya, dan juga mamanya Axel.
"Wulan… " Lagi-lagi gadis itu memotong kalimat Axel.
"Cukup! Kau tak perlu menjelaskan apapun padaku, oke?" ucap gadis itu dengan mata yang basah oleh air mata.
"Loh, kalian diam-diam sudah menjalin hubungan sejauh ini, ya? Ah, kalau gitu, tidak perlu repot-repot kami membujuk Wulan supaya mau dijodohkan sama kamu, Xel," sahut om Nicol. Kalimat itu saja juga terucap terlambat dari waktu yang sudah direnanakan karena semua sama-sama tercengang oleh apa yang baru saja Wulan lakukan terhadap Axel.
"Aku melamarnya tanpa seorangpun yang tahu. Dia mau. Makanya, aku minta kami mending langsung menikah saja. kurasa, Wulan juga tidak keberatan," jawab Axel sambil memegang pipi bekas tamoaran gadis di depannya.