"Apa? Kau ternyata pernah dihianati?" tanya Chaliya nyaris tak percya denga napa yang baru saja Dicky katakana. Kembali gadis itu memastikan bahwa pandangannya tidak salah menatap wajah pria di hadapannya dengan cukup lama, lalu turun ke bawah ke ujung kaki. Bahkan, jemari tangan pria itu yang nampak besar dan panjang juga tak luput dari tatapan matanya yang lentik jeli dan indah itu.
"Iya. Haruskah aku katakana dengan lantang agar semua tetanggamu dengar, supaya kau yakin?" tanya pria itu meminta izin pada teman wanitanya.
"Tentu saja tidak perlu. Tapi, aku heran deh, kenapa ya wanita itu bisa terhasut oleh temanmu? Padahal jika kulihat kau ini sudah tampan, memiliki postur tubuh yang bagus, cerdas dan kaya raya. Apa cacatnya kamu, coba?"
Pria itu mengangkat kedua bahu dan tangannya memberi isyarat bahwa dirinya takt ahu.