Chereads / Prince Darma / Chapter 5 - Bab 5. Mula

Chapter 5 - Bab 5. Mula

Berlatih? Menjadi lebih kuat? kedua hal itu adalah yang paling diinginkan oleh Darma saat ini. Sejak kejadian di malam itu ia selalu menyalahkan dirinya yang masih begitu lemah, jika saja ia lebih kuat ia tidak perlu lari, dan paman Sanca, paman Sanca tidak akan menderita seperti ini. Namun di waktu seperti ini apa memang ini yang harus ia lakukan? haruskah ia bertemu ibunya dan adiknya terlebih dahulu?

"Kenapa kau terlihat ragu Darma? tidak mau aku menjadi gurumu? asal kau tahu saja banyak pendekar diluar sana yang sangat ingin menjadi muridku, namun aku tidak menarik minat terhadap mereka."

"Eh, anda tahu nama saya?"

"Aku tahu semuanya" tersenyum bangga Yohan mendekati calon muridnya kemudian mengusap kepala anak itu, "Jangan pikirkan apapun soal keluargamu, aku punya cara untuk mencari tahu kabar mereka."

"Benarkah?"

Yohan mengangguk, ia menjentikan jarinya kemudian seketika tanah sedikit bergetar, seekor tikus tanah kecil keluar dari lubang yang ia buat lalu berubah menjadi anak kecil berkulit hitam dan berambut gondrong, "Tuan memanggil saya?" tanya anak gondrong itu.

"Feral aku punya tugas untukmu, pergi keluar bukit dan cari kabar tentang Ratu atau putri kerajaan Tengger, kemungkinan besar mereka telah sampai di kerajaan Sungai Permata."

Anak bernama Feral itu mengangkat tangannya memberi salam, "Kalau begitu saya permisi" ia lalu berubah kembali menjadi tikus dan menghilang kedalam tanah.

"Nah nak, apa kau masih memiliki keraguan? tidak ada yang dapat kau lakukan meskipun bergabung dengan orang tuamu sekarang. Namun ketika kau menjadi lebih kuat, kau akan mampu membangkitkan kerajaanmu, bahkan jika Bukit Iblis mencarimu kau bisa bertahan atau bahkan melawan mereka."

Darma menatap pria tua di depannya, entah bagaimana ia merasa pria tua ini sudah sangat mengenalnya, tumbuh keyakinan dalam hatinya kalau ini adalah jalan yang seharusnya ia pilih. Benar kalau ia yang sekarang hanya seorang anak kecil yang belum bisa apa-apa, selain tempat ini sangat aman, seharusnya ia mampu untuk berkembang dan menjadi kuat. Di dunia Persilatan ini yang kuat yang akan berkuasa dan yang lemah. . . mereka hanya dapat pasrah.

"Hormat Darma untuk tuan Guru" tanpa pikir panjang Darma berlutut memberi salam. Di dunia ini status guru amatlah tinggi, setara dengan orang tua kandung atau bahkan lebih dari itu, pantang bagi seorang murid berlaku tidak sopan dan menolak perintah selama masih dalam batas kewajaran.

"Bagus, ingatlah satu hal, aku tertarik menjadikanmu murid karena hatimu yang lembut dan bersih, apa gunanya bakat jika tidak memiliki hati yang mampu memanfaatkan demi kebajikan. Jika di tengah jalan kau berubah menjadi sombong dan buruk maka aku akan menghentikan pelatihan ini dan mungkin mencabut nyawamu. Tidak sudi aku memiliki murid yang berprilaku buruk, namaku juga akan ikut buruk kemudian."

Tidak berani menjawab Darma menuliskan kata-kata ini dalam hatinya. Ia sadar ada sedikit niat jahat di dalam dirinya, pikiran untuk membalas dendam kepada Bukit Iblis untuk apa yang mereka lakukan tersirat dan mulai tertanam dalam dirinya. Tapi sejak kecil ia selalu diingatkan oleh Ibundanya untuk tidak menjadi anak yang pemarah, marah membawa kehancuran, dendam? oh hanya akan membawa dendam yang lainnya. Tapi bagaimanapun . . . rasa marah akibat hal yang menimpanya akan sangat sulit untuk dihapus, ia hanya anak umur 8 tahun setelah semuanya.

Keheningan terpecah sejenak oleh suara perut Darma, Yohan tertawa "Ha ha ha, apa kau lapar? ikutlah denganku."

Sisa hari itu selelah darma menyelesaikan makanannya dihabiskan untuk menjenguk paman Sanca yang tergulung lemas di sebuah bangsal jerami kecil. Selain tidak dapat mengubah bentuknya menjadi manusia, paman Sanca juga tidak dapat berbicara. Kesedihan sekali lagi muncul di wajah anak kecil itu, "Tunggulah paman Sanca, tuan Yohan telah menjadikanku muridnya, aku akan menjadi kuat setelah ini dan kita akan bisa pergi untuk menemui ibunda."

Malam berlalu dan sang Fajar muncul menyambut pagi. Kabut tebal masih mengelilingi bukit saat dua sosok di kejauhan berdiri saling beradapan yakni seorang laki-laki berpakaian serba putih dan seorang anak berbaju coklat. "Baju itu cocok untukmu, sayang aku tidak punya yang lain yang lebih baik" ucap laki-laki itu.

"Tidak masalah guru, ini cukup nyaman untuk dipakai berlatih dibandingkan pakaianku yang sebelumnya."

"Anak baik, baiklah sebelum aku mengajarkan teknik bertarung kau harus lebih dahulu berlatih Ilmu Kanuragan Alam, Ilmu Kanuragan Alam akan membentu fisikmu setelah itu teknik bertarung dapat menyusul kemudian. Kupikir kau sudah mengenal dasar-dasar Ilmu Kanuragan Alam bukan?"

"Saya mengenal bahwa Ilmu Kanuragan Alam dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu Mula, Madya dan Satria. Saya dengar perlu latihan kurang lebih sepuluh tahun untuk mencapai tingkat 'Mula' lalu puluhan tahun setelahnya agar sampai tingkat 'Madya' lalu tingkat 'Satria' adalah tingkat para tokoh-tokoh Legenda, para pendekar sakti di puncak dunia Persilatan." Pengetauan ini adalah pengetahuan dasar yang diketahui oleh para pendekar, semua pendekar berlatih ilmu yang hampir sama untuk memperkuat fisik mereka, meningkatkan ketahanan serta kecepatan tubuh. Darma mengetahui bahwa ayahandanya setelah berlatih puluhan tahun akhirnya mencapai tingkat awal 'Madya' sedangkan para panglima perang ada di tingkat 'Mula' menengah atau akhir.

"Tidak buruk, tapi sebenarnya tidak ada yang pasti dalam hal ini. Ada yang berlatih seumur hidupnya namun hingga akhir hayat tidak mencapat tingkat 'Mula', ada pula yang berada di tingkat 'Mula' selama-lamanya. Bukan selalu karena bakat tapi hal ini terjadi karena teknik yang beredar di masyarakat adalah teknik yang buruk dan cacat, namun teknik yang dipegang kalangan bangsawan sedikit lebih baik meski masih memiliki kecacatan dimana-mana tapi kaum bangsawan masih bisa berkembang lebih baik."

"Jika Guru mengatakan teknik itu buruk apa artinya Guru memiliki teknik yang lebih baik?"

Menganggkuk kecil Yohan tersenyum bangga sebelum menjawab. "Kau anak yang cerdas, tentu saja aku tidak akan mengejek jika tidak lebih baik. Gurumu ini memiliki sedikit keberuntungan dan mendapat kesempatan untuk menciptakan sebuah teknik yang lebih baik dalam Ilmu Kanuragan Alam. Dengan teknik ini bahkan setelah berlatih 40 tahun gurumu berhasil menembus 'Satria' tingkat awal."

"Apa? tingkat Satria." Darma terkaget sekaligus kagum, dari awal ia telah mengira gurunya jauh lebih kuat dari ayahandanya namun tidak pernah menyangka bahwa ternyata laki-laki di depannya yang tak lain adalah gurunya telah mencapai tingkat para legenda. Kekaguman Darma semakin meningkat begitu pula dengan rasa hormat kepada gurunya, ini memotivasi dirinya lebih dari apapun. Artinya kesempatannya untuk jadi lebih kuat semakin lebih besar.

Menyadari perubahan raut wajah muridnya Yohan sedikit bersemangat juga, ia menjentikan jari dan sebuah bola kristal kecil muncul di tangannya. "Ini disebut Kristal Hati."

Darma menatap kristal itu dengan teliti "Untuk apa ini guru?"

"Teknik yang ku buat untuk berlatih Ilmu Kanuragan Alam disebut teknik Kristal Batin, untuk belajar teknik ini kau membutuhkan sebuah Kristal Hati, aku akan menanamkan kristal ini di dalam tubuhmu terlebih dahulu lalu menjelaskan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Apa kau percaya padaku?"

"Tentu saja aku percaya guru" ia memiliki sedikit keraguan namun tidak berani untuknya tidak percaya, ia harus memiliki keyakinan kuat pada gurunya.

"Baiklah, tahan sedikit!" Sebuah cahaya muncul dari kristal di jari yohan, dengan perlahan kristal dimasukan kedalam dada Darma.

Sedikit mengerutkan kening saat kristal itu menembus dada Darma. Terasa sakit, panas dan sedikit sesak secara bersamaan. Rasa sakit, panas dan sesak itu lalu menghilang disusul rasa dingin yang nyaman lalu semuanya kembali normal. Darma menghembuskan nafas lega "Aku tidak paham guru, rasanya tidak ada yang berubah."

Sebuah gulungan kayu muncul di kedua tangan Yohan, "Gulungan ini berisi teknik pertama Kristal Batin, kristal di dalam tubuhmu akan berfungsi sebagai inti dari teknik ini. Bacalah, dan kau akan paham." Yohan melemparkan gulungan tersebut "Aku akan berlatih di dalam hutan, jika kau ada pertanyaan tunggu aku kembali sore nanti." Setelah selesai berbicara Yohan berbalik, menjadi cahaya putih dan menghilang.

Segera Darma membuka gulungan itu, seperti katanya gulungan tersebut memiliki rincian mengenai teknik Ilmu Kanuragan Alam. Di bagian awal berisi penjelasan bahwa pada dasarnya tubuh manusia tidak lah cocok untuk belajar Ilmu Kanuragan Alam, makhluk seperti siluman jauh lebih cocok karena sejak awal mereka terlakhir di tingkat 'Mula' sehingga tubuh mereka dapat menerima kekuatan alam dengan baik. Tubuh manusia memerlukan latihan dan penyesuaian terlebih daulu hingga waktu yang dibutuhkan bervariasi bahkan bisa jadi mustahil untuk mempelajarinya. Disinilah fungsi dari kristal hati, kristal ini akan membantu tubuh manusia menerima kekuatan alam dengan lebih baik karena kristal ini membuat tubuh menjadi lebih cepat beradaptasi.

Setelah selesai membacanya Darma mengerti bahwa gulungan ini hanya gulungan pertama, rincian didalamnya hanya menerangkan bagaimana mencapai tingkat 'Mula'. "Jadi begitu, rupanya kristal ditubuhku berfungsi sebagai inti, penyeimbang untuk Ilmu Kanuragan Alam."

"Aku akan mulai berlatih." Duduk bersila di tengah padang bunga Darma memulai latihannya, pada dasarnya teknik yang dia pelajari dari gulungan tidak begitu berbeda dengan yang pernah ia latih sebelumnya, perbedaan yang paling mendasar adalah Kristal Hati yang sekarang berada dalam tubuhnya.

Ilmu Kanuragan alam pada dasarnya menuntut seseorang untuk memperkuat fisik tubuhnya dengan meminjam kekuatan dari alam. Normalnya manusia untuk mengolah fisiknya akan melakukan kegiatan seperti berlari, angkat beban atau kegiatan yang berkaitan dengan otot dan staminanya. Namun dengan teknik ini selama proses kegiatan itu memanfaatkan alam sekitarnya akan membuat tubuh menjadi jauh lebih kuat berkali-kali lipat. Jika kau pernah mendengar seseorang tidak dapat ditebas pisau atau tidak mati dibakar itu adalah beberapa contoh kecil seseorang yang sedang berlatih dalam teknik ini.

Ada banyak sekali elemen di alam, seperti air, api, udara, dan elemen lainnya. Seseorang yang berlatih ilmu ini harus menyatu dengan salah satunya dan menjadikannya sumber kekuatan. Biasanya manusia hanya mampu melatih satu atau dua elemen saja namun mereka tidak dapat memilih elemen apa yang akan mereka latih. Elemen itu seperti wajah, semua orang memiliki wajah yang unik dan berbeda satu sama lain.

Darma mulai menggerakan tubuhnya, ia bergerah terarah dan membentuk pola tertentu, dari dulu ia bertanya-tanya elemen alam apa yang cocok untuk dirinya. Biasanya seseorang akan langsung tahu begitu berlatih teknik ini, namun ia masih belum dapat menemukannya. Kristal dalam tubuhnya mulai bercahaya beresonansi dengan alam sekitar, pada dasarnya ia sudah setengah jalan menuju 'Mula' ia memahami semua dasarnya, "Jika alam tidak memilih untukku maka lebih baik aku tentukan sendiri."

Dari dulu ia selalu ingin memiliki elemen angin, ayahnya dan paman Sanca memiliki elemen ini itu sebabnya mereka dapat bergerak secepat angin. Lingkungan di lembah ini sangat mendukung, ia dapat merasakan angin kencang berhembus membus pori-pori kulitnya, ia ingin memahami angin, namun tentu saja tidak semudah itu untuk menarik sebuah elemen kedalam tubuh.

Detik demi detik, menit demi menit, hari demi hari ia habiskan untuk berlatih, di lembah ini tidak ada apapun yang bisa mengganggunya. Anak 8 tahun yang semestinya masih bermain di pelataran istana kini mengabdikan dirinya untuk terus berlatih. Sesekali ia habiskan waktunya untuk mengobrol dengan sang guru berusaha memahami teknik dengan cara yang lain, terkadang jika bosan ia akan mengunjungi paman Sanca, namun tidak ada perubahan apapun sejauh ini, selalu seperti itu, ia hanya layaknya seperti ular biasa.

Setahun, Dua tahun akhirnya berlalu, Wush . . . angin bergerak liar di sekitar tubuh Darma namun tidak sedikitpun mengganggu bunga disekitarnya, lalu angin tersebut berubah lembut, menipis lalu menghilang. sama sekali tidak ada angin yang mampu berhembus disekitar Darma, kristal didalam dirinya bersinar lalu berubah warna menjadi kebiruan. Darma membuka matanya "Aku sebenarnya . . . telah mencapai tingkat 'Mula'?"