Gemercing rintik hujan terdengar sampai ke sebuah cafe. Lantunan lagu berjudul Percayalah milik Afgan dan Raisha terdengar lembut membuat suasana sepi nan sunyi.
Terlihat di seberang sana seorang gadis bermantel coklat menggandeng seorang pria dan berlari melintas di zebra cross, sebelah tangan pria itu di letakan di atas puncak kepala gadis itu, agar tidak kehujanan.
Gadis itu menghentikan langkahnya tepat di depan cafe, dia memperdalam indra penciumannya, menghirup bau cafe itu, dan menemukan bau lezat yang tidak asing lagi baginya.
"Strawberry?" Tebak pria itu sambil menatap gadis yang berdiri di sampingnya.
Gadis itu mengangguk dan menyunggingkan senyuman termanisnya. Tak lama kemudian, gadis itu menarik tangan pria itu masuk ke dalam cafe. Beberapa pasang mata menatap kedatangan mereka yang membuat sebagian pengunjung cafe mulai berbisik-bisik membuat gosip hot terkait mereka berdua.
"Tenang ada gue di sini!" bisik pria itu menggenggam erat pergelangan tangan gadis yang berdiri di sampingnya.
Gadis itu menghelan nafas panjang, dan mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam cafe. Mereka berjalan menuju meja kosong dekat jendela yang menghadap langsung ke jalanan.
"Biar aku yang pesan!" ucap gadis itu dan melanjutkan langkahnya menuju meja pemesanan.
'kring.. Kringg' dering ponsel di saku pria itu terdengar nyaring.
Pria itu merongoh saku mantel hitamnya, mengeluarkan benda persegi yang sudah berdering sedari tadi. Dia membelalakkan matanya kaget setelah mendapati tulisan nama orang yang menelponnya.
"Youna!" panggil pria itu yang membuat gadis bermantel coklat mengalihkan pandangan ke arahnya.
Pria itu mengangkat ponselnya, menunjukkannya ke arah gadis bermantel coklat yang bernama Youna sebari mengatakan sesuatu. Youna mengerutkan keningnya samar tidak mengerti dengan yang di katakan pria itu. Youna menyipitkan matanya mencoba membaca nama yang terpangpang di ponsel pria itu.
Seketika Youna membelalakan matanya, senyumannya sirna begitu saja. Youna berlari dan meraih ponselnya dari tangan pria itu. Dia menarik nafas panjang bersiap mengangkat telepon dari wanita yang paling di takutkannya yaitu Oma.
"Kau lama sekali mengangkatnya!" sahut si penelpon dengan nada ketus.
"Maaf Oma, Ana lagi di luar sama Kak Rangga" jawabnya dengan nada yang sengaja di lembutkan.
"Minggu depan Oma datang ke rumahmu!" katanya memberitahu maksud menelponnya.
"Oma datang dengan calon tunanganmu!" tambahnya membuat Youna terpejerat kaget.
"Apa? Calon tunangan?" teriak Youna membuat seisi cafe menatapnya.
Dengan cepat Youna membungkukkan badannya sebagai isyarat meminta maaf karna telah membuat keributan.
Youna keluar dari cafe itu, "Oma yang benar saja! Usiaku baru 18 tahun, aku belum siap untuk bertunangan! apalagi dengan pria asing yang tidak aku kenal!" tolak Youna dengan nada naik satu oktaf tapi tetap lembut.
"Tidak perlu membantah! Oma akan datang minggu depan! "ucap Omanya dan menutup telepon begitu saja tanpa menunggu jawaban dari Youna.
"Aishhh Sial! "cetus Youna menggaruk-garuk rambutnya yang tidan gatal dengan frustasi.
"kau akan bertunangan?" tanya suara bariton di belakang Youna.
Youna membalikkan badannya, dia memasang ekspresi sedih di wajahnya agar kakaknya Rangga menjadi iba dan membantunya membatalkan pertunangan ini.
"Kalau itu perintah Oma, gue gak bisa bantu lo! "ucap Rangga sambil mengusap puncak kepala adiknya.
"Bagaimana bisa aku bertunangan dengan pria asing yang sama sekali tidak aku kenal. Dab setelah pertunangan pasti akan ada pernikahan. Bagaimana cara menghentikan semunya? "
Dari sinilah semuanya di mulai..
Bolehkah aku bertanya?
Jika hati kita di tukar, akankah rasa cintaku padanya hilang?
Dan bagaimana mungkin aku menyukai pria lain dalam sekejap mata?
Dan sekarang aku sadar, bahwa hati ini bukanlah milikku, melainkan milik Youra.