Chapter 8 - Chapter 8: Hukuman

*Fyuuuffhhh〜*

Suara angin bertiup kencang menerbangkan dedaunan di taman tempat kami duduk. Perhatianku saat ini hanya tertuju pada mulut Zoker yang masih sibuk mengunyah, menunggu hingga dia berhenti dan mulai bercerita.

"Sebenarnya aku sa..." mulainya dengan ragu-ragu perlahan menunduk

"Sa?" tanyaku mengikuti

"Sa..—"

"SANGAT MENCINTAIMU, TUAN!!" teriaknya tiba-tiba dan memelukku manja

"Nyahahahaha!!" Dia tertawa heboh sendiri

..

Tanpa respon sama sekali, aku memasang muka datar kesal karena kebiasaannya ini.

*pukk*

Kuletakkan tanganku di kepalanya..

"Eh, apa yang mau kau lakukan tu— hwaaa!!!"

.. dan kuacak-acak rambutnya terbawa kesal.

"Ahhh, kenapa kau tiba-tiba muncul sih? Padahal tadi sedikit lagi!!" protesku

"Soalnya jarang-jarang kita bisa berduaan di luar seperti ini, tuan. Hehe." balasnya tersenyum lebar merapihkan rambutnya

("Yah, aku tidak bisa memaksanya.")

("Mungkin.. ini salah satu bentuk pertahanan dirinya agar tidak mengatakan hal-hal yang sebenarnya dia ingin rahasiakan dari siapapun.")

"Dengar, kurasa aku akan memberimu hukuman untukmu karena sudah melanggar perintah." kataku menegaskan

"Hukuman?" tanyanya sedikit panik

"Ya, aku akan menghiraukanmu yang menggunakan Crown, selama seharian penuh." Jelasku

"Benarkah?" tanya dia meyakinkan dengan wajah berseri

"Ahh... emm.. Tentu, aku akan mengabaikanmu apapun yang terjadi." Jawabku dengan sedikit ragu

("Aku merasa telah menginjak ranjauku sendiri.")

~~~

*Tok....Tok...*

"Anda kedatangan tamu, pak."

"Siapa?"

"Tuan Toon."

"Persilahkan masuk."

*Ceklek*

Pintu dibukakan penjaga di dalam. Penjaga yang sebelumnya tidak ada saat aku terakhir kesini, dengan berat hati aku tetap melangkahkan kaki masuk.

"Mmm.. Kau tidak apa-apa, tuan Toon?" tanyanya

Aku mengerti kenapa dia menanyakan hal itu, karena memang sebenarnya ini adalah salahku.

("Ini semua terjadi karena… kebodohanku.")

Kututupi wajahku tak kuat menahan malu menemui pak walikota dengan Zoker yang masih menempel padaku seperti seekor Koala dari sepanjang jalan awal hukumannya dimulai.

("Tak kusangka dia malah memanfaatkan hukumannya.")

"Tidak.."

"Tidak apa-apa.., pak walikota." jawabku berusaha bersikap biasa

"Oh.. baiklah, silahkan duduk." Ucapnya terdengar sedikit sungkan

"Terima kasih."

("Aku sudah tidak peduli lagi dengan masalah kota, sekarang aku hanya mengkhawatirkan pandangan semua orang yang melihatku saat jalan kesini.")

Tak lama kemudian..

*Tok..Tok..*

"Permisi, tuan."

Pelayannya masuk.

"Tamunya mau disediakan apa, tuan?" tanya pelayannya ke walikota

"Mau minum apa, tuan Toon?" tanya walikota

"Aku kopi saja, gulanya yang banyak dengan tambahan susu."

"Baiklah, lalu…"

"Anu.. Nonanya, mau dibuatkan minum apa, tuan?" tanya pelayannya kali ini langsung padaku

"Siapa? Aku kesini hanya sendirian." Jawabku ngotot

"Aku mau kue manis〜." Zoker menyela tanpa ragu mengangkat tangan seperti anak kecil

"KOPI saja tolong." Ucapku memperjelas dengan senyum paksaan ke pelayannya

"Mmmpphh!!!" dia merajuk kesal ngambek padaku

("Dasar cewek rakus! Perut black hole! Ditanya minuman malah minta makanan!")

("Lagipula kita 'kan baru saja selesai sarapan, bagaimana bisa dia masih mau makan lagi setelah makan sebanyak itu!")

Aku hanya mengalihkan pandangan darinya yang kesal seperti anak manja.

"Tapi Nonanya..." pelayannya ragu

"Bawakan saja kuenya, nanti akan kami makan." Kata walikota menengahi

"Baiklah, saya permisi." Balasnya pergi

"Yeyyy." soraknya kegirangan

Jujur, pandangan pelayan membuatku terlihat seolah aku yang salah. Tapi mau bagaimana lagi, seorang lelaki tidak akan menarik kata-katanya. Tapi dia hebat juga tidak terkejut dengan scythe besar Zoker yang sedang kupegang ini.

"Maaf atas sikap saya tadi pagi, saya tidak tahu kalau itu adalah pak walikota. Sekali lagi mohon maaf." Ucapku sedikit menunduk

"Oh tidak apa-apa, lagi pula saya juga salah karena mengganggu waktu pagi hari anda."

"Jadi, kenapa saya dipanggil kesini, pak walikota?" tanyaku memulai pembicaraan

"Ini tentang keamanan kota, ada kabar dari penjaga gerbang kalau tadi malam ada pertarungan di luar kota yang memancing pergerakan monster di hutan menuju kesini."

*Deng*

Aku terdiam memikirkan kejadian semalam. Aku bersyukur mereka tidak membicarakan tentang kerusakan kota, tapi ternyata aku malah membuat masalah baru.

"Jadi aku ingin kau membantu mengusir para monster bersama para pasukan kerajaan, karena seisi kota sudah membicarakan tentang kehebatanmu dari turnamen di ibukota beberapa waktu lalu." Jelasnya

"Karena itulah aku mohon bantuannya." Pintanya sedikit menunduk

"Baik, aku akan turut serta demi keamanan warga juga." Jawabku

("Dan juga karena ini semua adalah salahku.")

"Nyaahahaha.. Tuan..." dia tertawa asik sendiri mengelus-elus wajahnya ke paha-ku

*Tok.. Tok..*

"Permisi, tuan."

Pelayannya masuk.

"Silahkan, tuan."

Pelayannya bersimpuh menaruh kopi milikku dan kue pesanan Zoker.

"Ya, terima kasih." kataku langsung menyeruput kopi dan kembali ke topik

*Slurrpp*

("Pahit.")

"Ngomong-omong, monster seperti apa yang sedang menuju kemari? Sebegitu kuatkah hingga pasukan kerajaan tidak bisa mengatasinya?" tanyaku memperjelas

"Aaa, kuat sih tidak."

"Hanya monster kelas rendah, tapi masalahnya ini ada pada jumlah dan arah serangnya." Lanjutnya

"Waa!! Kue stroberi!!" soraknya terbangun heboh dari pangkuanku mulai memakan kue yang sudah tersusun rapi di piring

Selagi kami berbincang, Zoker tetap menyantap kue dengan perlahan tapi pasti.

*Nom.. Nom.. Nom.. Nom..*

*Suurrp*

"Bwueehh, pahit." Protesnya

Malahan dia juga seenaknya minum kopiku.

Begitu kuenya habis, dia langsung jalan-jalan melihat ke luar jendela dan keliling ruangan.

"Mereka akan menyerang dari dua arah dengan jumlah yang tidak sedikit, jadi kami akan mengurus satu sisi, dan anda akan menjaga sisi yang satunya." jelasnya sambil menunjuk-nunjuk map kecil di meja

"Mmm.. yayaya." Responku mengangguk-angguk

Meski terlihat memperhatikan, sebenarnya aku tidak bisa tenang dengan Zoker yang seenaknya mulai menjelajahi mejanya pak walikota. Aku ingin mengikatnya kalau aku bisa, tapi jika aku menghiraukan dia maka aku kalah. Dan juga pak walikota tetap terlihat tenang melihat Zoker seperti itu dan terus lanjut menjelaskan rencananya.

"Jadi begitu tuan Toon, anda akan berjaga di gerbang utara."

"Menurut informan kami, mereka akan tiba 12 jam dari sekarang."

"12 jam ya.." Balasku melihat jam walau sebenarnya aku memeriksa apa yang dilakukan Zoker kali ini

Dan benar saja, dia duduk di kursi pak walikota sambil memakai kacamata entah darimana dan berlagak sombong seperti bos besar.

"Pfft."

Aku hampir tertawa melihat tingkahnya.

"Ya, kalau begitu aku akan berjaga di pos-ku 16 jam lagi." Balasku asal tebak kembali ke pembicaraan

"12 jam, tuan Toon." Koreksi pak walikota

"Ah ya, 12 jam."

"Terima kasih atas jamuannya, pak walikota." Ucapku pamit

"Dan mohon maaf atas 'ketidaksopanannya'." Lanjutku

"Ya, tidak apa-apa, tuan Toon."

Aku tidak dengar sebagian besar yang dikatakan walikota tentang rencananya, karena Zoker yang tidak bisa diam bahkan untuk satu menit saja.

Setelah menghabiskan sisa kopi yang sudah hampir habis diminum dia.

("Bilangnya pahit, tapi hampir diminum semua.")

Aku keluar dari kantor dan segera berlari meninggalkan Zoker yang keenakan duduk santai disana.

("Aku pasti sudah di-cap aneh atau mesum oleh orang-orang karenanya, karena itulah untuk saat ini aku harus menjauh darinya sebisa mungkin.")

~~~

Di tengah kota setelah aku melarikan diri dari Zoker.

("Sepertinya dia tidak mengejar.")

Setelah terus berlari, tanpa sadar aku sudah berada di daerah pemukiman yang waktu itu kuperbaiki. Aku heran kenapa masih belum selesai juga, padahal sudah cukup lama dan sudah kuberi bantuan.

"Ahh, aniki." Sapa seorang warga yang wajahnya kukenal menghampiri

[Note: aniki adalah panggilan biasa ke seorang laki-laki, atau lebih akrab bagi kita 'Mas atau Bang']

"Ini kenapa belum selesai juga perbaikannya?" tanyaku penasaran

"Yaa, namanya juga perbaikan sendiri, kami tidak cukup tenaga dan modal untuk beli bahan-bahan bangunannya, hahaha." Jawabnya tertawa menggaruk-garuk kepala

"Tidak cukup modal?" tanyaku bingung

("Ada sesuatu yang salah.. seharusnya sudah selesai jika bantuan dariku sampai ke mereka.")

Selagi aku berpikir sendiri, tiba-tiba aku merasakan hawa bahaya mendekat.

"Maaf ya, aku sedang buru-buru."

"Kalau ada seorang gadis yang mencariku, tolong abaikan saja, dah." Kataku langsung lanjut lari

Aku berlari lagi menjauh karena merasakan kehadiran Zoker, dan tiba-tiba..

*Clang*

Suara dua logam beradu, yang berasal dari papan besi sebuah toko dengan sabit Zoker yang sedang kubawa.

Aku baru sadar kalau aku membawa benda ini dari tadi, pantas saja dia langsung menemukanku. Pandanganku teralihkan ke sabit saat berlari, dan..

*Braakk!!*

Aku terjatuh menabrak sesuatu.

"Hei cebol, kalau jalan lihat ke depan." Bentaknya

Kukira tembok, ternyata sejenis manusia harimau berbadan besar dengan jubah yang masih berdiri tegap meski telah kutabrak, hanya tudungnya saja yang tersibak.

"Ahh, maaf.. Aku akan lebih berhati-hati." Ucapku minta maaf

("T-Tubuhnya lebih besar dari Black.")

"Hei kucing, cepat merayap atau kami tinggal!" Panggil seorang wanita bertudung lainnya juga dari jauh

"Grrr.. Berisik nenek tua." Balasnya memakai tudung lagi lalu pergi

("Tak kusangka ada orang seperti dia di kota ini, dia pasti bisa membantu operasi nanti malam.")

*Tap*

Selagi berpikir sendiri, tiba-tiba ada yang menggenggam tanganku. Aku sudah tertangkap olehnya.

"Hehe, kau bisa berlari, tapi kau tidak akan bisa bersembunyi dariku, tuan." Ucapnya puas

Aku tidak menghiraukannya dan berjalan lagi keliling mencari hal menarik. Tidak lama kemudian, kami sampai di depan toko baju dan masuk ke dalam.

~~~

Di dalam toko.

("Aku akan pancing dia kali ini.")

"Wah bajunya cantik juga.. cocok tidak ya untuk Zoker?" umpan kuluncurkan

"Waaaaa.. Sini biar kucoba, tuan." Dia merebut baju tadi dari tanganku dan mencocokkannya ke cermin

"Hmm, yang ini juga bagus.. sayang sekali, coba ada Zoker yang 'ASLI'."

"Aku mau melihatnya mencoba baju ini." pancingku dengan sedikit penekanan

Hanya untuk mencoba baju, dengan cepat dia bertukar posisi.

"A-Aku disini, tuan." Panggilnya malu mengacungkan tangan

("Sepertinya dia melihat semua yang terjadi sejak tadi.")

"Nah, darimana saja sih kau ini."

"Cepat coba sana, aku ingin melihat penampilanmu dengan ini." Suruhku sedikit memaksa

Dia berlari kecil dan masuk ke ruang ganti.

..

Sekitar 5 menit kemudian, dia keluar mengenakan baju yang kupilih.

"B-Bagaimana, tuan?" ucapnya malu-malu memalingkan wajah

"Wooo.. Cocok sekali dengan lek— .. Ehm, denganmu." Ucapku hampir kelepasan

("Baju itu memang cocok dengan dia yang asli, tapi kontras dengan yang satunya lagi.")

Aku melihat-lihat lagi baju yang ada, mencari baju yang pas untuk mereka.

Setelah cukup lama berkeliling toko, aku menemukan yang menurutku seimbang untuk keduanya.

"Coba yang ini, aku yakin pasti cocok denganmu." Ucapku menyodorkan gaun one piece berwarna hitam dan putih

"Baik, tuan." Balasnya pergi kembali ke ruang ganti

..

Tak lama kemudian, dia keluar, kali ini dia memakai Crown.

"Bagaimana, tuan?! Apa aku terlihat cantik? Hmm? Hmm?" tanyanya heboh begitu keluar

Aku hanya diam terpesona melihatnya kali ini, entah kenapa seperti ada sesuatu yang terpancar dari dirinya.

Meski begitu aku bersikap sebaliknya.

"Hmm.. Kata-kata tidak cukup untuk menggambarkan kecantikanku, itulah kenapa kau sampai terdiam begitu 'kan, tuan." Ucapnya dengan wajah dan berpose sombong

"Ooo.. E-Eehh, Zokernya tidak ada, pergi kemana ya dia? Padahal lagi asik-asiknya melihat-lihat baju." kataku mengabaikannya berjalan keluar toko

Kupercepat langkah pergi meninggalkannya keluar.

("Aku tidak ada kerjaan lagi sampai nanti malam, kalau saja tidak ada penyerangan, aku pasti sudah pergi dari sini.")

Saat melewati persimpangan jalan, aku melihat kereta kuda dari kejauhan sedang berlari kencang ke jalan yang ke arahku. Aku masih santai jalan karena masih cukup jauh dariku. Tapi begitu aku sudah lewat dan melihat ke belakang, terlihat Zoker sedang berlari mengejarku tergesa-gesa tanpa melepas gaun dari toko tadi.

("Sepertinya dia benar-benar seorang bangsawan.")

Pikirku saat melihatnya bisa berlari dengan sepatu hak tinggi.

("Tapi 'kan.. gaun itu belum dibayar..")

*Clakk*

*Brakk*

Dia terjatuh karena sepatu hak tingginya patah tidak kuat dibawa berlari.

"Bagus, ini kesempatanku." Kataku ke diri sendiri mulai berlari

*Gruuuru.. Gruuuruuruuu..*

Suara kereta kudanya semakin dekat, menghentikan keinginanku untuk berlari dan kembali melihat Zoker di belakang.

("Kenapa dia masih disana?")

Dia masih duduk memegangi tumit kakinya, sepertinya dia tidak dapat bangun setelah jatuh tadi. Dan tempat dia duduk, searah dengan kereta kuda yang sedang berlari kencang.

("Keretanya..")

*Gruuuru.. Gruuuruuruuu..*

("..tidak melambat sama sekali!!")

*sigh*

"Sepertinya aku harus mengingkari janji untuk yang satu ini." Ucapku bicara sendiri

*inhale*

("Aku tidak percaya, aku akan menggunakannya untuk hal seperti ini.")

Aku bersiap-siap memaksimalkan kemampuan fisik dengan teknik pernapasan, lalu ..

*Wooshh!*

..melesat cepat ke arah Zoker.

*Gruururruuururu*

Tepat sebelum kereta kudanya menabrak Zoker..

*!!*

("Lebih cepat! Lebih cepat!")

*Bugh—*

"KYAAAA!!"

Teriak warga sekitar yang melihat aksi nekatku.

*Burururuururu!!!*

Aku lari mendekap Zoker hingga kami jatuh terguling-guling, sebelum kereta kudanya sempat melindasnya.

*Gurururururururu*

Kereta kudanya sudah pergi dan aku berhasil menyelamatkannya.

"Kau tidak apa-apa, kan?" tanyaku bangun melepas sepatunya memeriksa kakinya

"Tidak apa-apa, tuan."

"Hanya terkilir sedikit." Lanjutnya merintih tersenyum

"Omong-omong, kenapa kau menyelamatkanku, tuan? Bukankah seharusnya kau mengabaikanku seharian ini?" tanyanya masih terduduk di jalanan

"Keselamatanmu lebih penting." Balasku

"Atau kau lebih memilih kubiarkan ditabrak kereta tadi?"

"Sudahlah, hukumanmu selesai dan aku kalah karena ingkar janji." Ujarku bangun mengulurkan tangan padanya

"Tuan." Panggilnya menundukkan kepala

"Apa lagi?" tanyaku dengan tangan masih mengulur padanya

"Sebenarnya disini terasa sakit, tuan." Ucapnya mengepal kedua tangannya di dada

"Hah? Bagian mananya??" tanyaku khawatir jongkok mendekatinya

"Disini.. dadaku terasa aneh setelah mendengar kata-katamu barusan, tuan." Jelasnya melihatku dengan mata berkaca-kaca

"Haa??"

"Kurasa.. aku benar-benar MENCIN—"

*Hup*

Dia reflek menutup mulutnya sendiri.

"Hehe, maaf tuan."

*sigh*

"Sebagai gantinya, akan kubelikan gaun yang sedang kau kenakan ini."

"WAHH!! Benarkah?!" tanyanya semangat

Lalu kami melihat gaun yang dipakai Zoker sudah banyak sobekan dan kotor karena guling-gulingan tadi.

..

"Benarkah??" tanyanya lagi meyakinkan

"Iya, maksudku yang baru."

"Tapi kita bayar yang itu dulu, ya." Ucapku membawa sepasang sepatunya

"Yeyy, apa aku juga boleh beli sesuatu disana?" Tanyanya menunjuk ke deretan kios makanan

"Sebenarnya kemana perginya semua makanan yang kau makan selama ini?" tanyaku heran kembali mengulurkan tangan padanya

"Hihi, aku masih dalam masa pertumbuhan, jadi harus makan banyak biar cepat besar." Ucapnya sombong membusungkan dada dan meraih tanganku untuk bangun

("Hmm, dia sudah tumbuh cukup baik di bagian tertentu.")

"Ngomong-ngomong, sebenarnya umurmu berapa?" tanyaku baru teringat

"Mhoo.. Tidak sopan menanyakan umur seorang gadis, tuan." Balasnya memejamkan mata menggeleng-gelengkan kepala menepuk-nepuk pundakku

"Tapi jika kau bersikeras ingin tahu.. sini biar kubisikkan." Ucapnya berisyarat suruh mendekat

Aku turuti keinginannya dan mendekat.

"Umurku adalah… "

*glek*

("Entah kenapa jadi terasa sedikit menegangkan, dia membuat pertanyaan simpel menjadi rumit.")

"R-A-H-A-S-I-A." lanjutnya

"Aaaahh, terserahlah." Balasku kesal dipermainkan

"Hihihi." Dia malah cengengesan melihat reaksiku

"Lakukan sesukamu, karena kita akan kembali ke penginapan tepat jam 5." Tegasku menunjuk menara jam

"BAIK!!" Balasnya hormat

"Dan tuan.."

"Hmm..?"

"Kakiku terkilir.. jadi aku tidak bisa berjalan.." ucapnya terpotong-potong

("Dasar licik..")

Aku langsung turun jongkok bersedia memberikan tumpangan di punggungku.

"Tunggu apa lagi, cepat naik."

"Yeeayy!!" serunya naik ke punggungku

Setelah itu kami belanja banyak barang, keliling kota mengikuti kemana kaki melangkah hingga sore.

Tepat jam 5, kami pulang istirahat karena akan bergadang nanti malam melaksanakan permintaan dari walikota.

("Meski belum pasti, semoga saja yang kukhawatirkan tidak terjadi.")