Chapter 51 - Keputusan

Alexi akhirnya tiba di kantor. Raut muka menunjukkan kelelahan entah sebab apa. "Kalau kau sakit sebaiknya jangan kerja," usul Adya.

Pria itu memberikan beberapa file untuk dilihat tapi melihat situasi sang sahabat sekarang rasanya mustahil untuk berkonsentrasi.

"Bagaimana? Kau sudah mengatakan pada Asia?" Adya menanggapinya dengan mengangguk.

Alexi bernapas lega. Setidaknya dia tahu kalau Asia sudah diberi kabar. "Adya, menurutmu apa nanti Asia akan memaafkanku?" tanya Alexi sendu.

Pandangan Adya mulanya terfokus ke arah buku catatan teralihkan pada Alexi. Sorot kekecewaan tercetak jelas di mata sang sahabat. "Tentu saja, kau tidak melakukan kesalahan besar dan dia juga tahu jika Nandini memang menjebak."

"Tetap saja aku ingin meluruskan segalanya ... aku merasa sangat kesepian tanpa dia," keluh Alexi. Adya diam saja namun dalam hati dia sudah tak tahan dengan perang dingin antara pasangan itu.

Sebagai pihak netral yang sebenarnya tidak punya urusan Adya justru pusing. Beberapa hari lalu dia menghibur Asia agar tak sedih dengan mengajaknya ke taman hiburan dan lain-lain.

Lalu di sisi Alexi, pria itu terus curhat tentang masalah rumah tangga mengakibatkan sedikit kendala di perusahaan. Siapa yang memperbaikinya? Jelas Adya.

Lelah pikiran, hati juga fisik dirasakan olehnya. Bahkan ia sempat demam karena memaksakan diri. Beruntung Asia yang tinggal dirumah merawatnya hingga tidak butuh waktu lama untuk pulih.

"Hei Alexi kau bilang mau berbicara dengan Asia bukan?" tanya Adya tiba-tiba.

Alexi menoleh, menatap penuh harap pada kawannya itu. "Aku bisa mengantarmu tapi kamu harus menyelesaikan masalahmu dengan istrimu."

Alexi mendekat dan meraih kedua pundak Adya. Mau tak mau mata mereka saling menatap. Segaris senyuman muncul dari bibir Alexi tulus untuk sekretarisnya.

"Terima kasih Adya, kesempatan ini pasti tidak akan aku sia-siakan." Tidak menunggu lama, Adya beserta Alexi menuju ke apartemen di mana Asia berada.

Sedang itu Asia tengah sibuk berkutat dengan ponsel, matanya membaca serius setiap artikel. Sesekali dia menggaruk belakang kepala kemudian membuang napas.

Saat Adya pergi dia membaca segala sesuatu tentang apa itu komitmen dan sebagai seorang gadis berusia 18 tahun, ini terlalu rumit untuknya. Apa sebab dia nikah terlalu muda?

Di dalam benak Asia terngiang kata-kata Adya. Penyesalan datang mengingat betapa buruknya dia mengabaikan Alexi. Mungkin sudah saatnya untuk memaafkan.

Asia bingkas berdiri hendak ke kamar guna bersiap-siap. Baru beberapa langkah, terdengar suara seseorang memasukkan password. Jelas sudah siapa yang datang.

Buru-buru Asia membuka kunci pintu. Sengaja dia melakukannya sebab takut ada pencuri. Asia kemudian membuka pintu lebar-lebar dan bertemu mata dengan Alexi.

Pria itu mencoba tersenyum, hendak menyapa. Akan tetapi wanita itu membanting pintu terlebih dahulu lalu menguncinya dengan cepat.

"Asia, buka pintunya!" Ini bukan permintaan melainkan perintah dari Adya selaku pemilik apartemen. Dari nadanya terdengar marah.

"Kenapa kau membawa dia ke sini? Aku, kan sudah bilang sama kamu kalau aku bisa bertemu dengannya sendiri," sahut Asia kesal.

"Aku cuma ingin membantu saja, sekarang ayo buka pintunya!" Adya memerintah sekali lagi.

Tidak ada balasan dari Asia begitu juga dengan tanda-tanda jika dia akan membuka pintu. Adya ingin menghardik akan tetapi Alexi menahannya.

"Ok Asia kalau kau tak mau bertemu denganku, kau cukup mendengarkanku saja." Masih tak ada balasan dari Asia yang membuat Alexi melanjutkan pembicaraan.

"Aku minta maaf karena sudah membuatmu khawatir dan kecewa tapi aku janji akan mendengarkanmu. Tolong beri aku kesempatan."

Untuk sementara senyap dirasakan oleh dua pria itu. Mereka menunggu tanggapan dari Asia dan tak lama pintu apartemen terbuka menampakkan gadis berusia 18 tahun tersebut.

Sontak Alexi menariknya ke dalam pelukan, dikecup pipi juga kening dari sang istri. Diciumnya juga aroma manis dari tubuh Asia yang begitu menenangkan. Rasanya sudah lama sekali.

"Aku minta maaf kalau berbuat egois," lirih Asia.

"Aku bisa mengerti asal jangan pergi lagi ya." Asia mengangguk. Lengannya ikut mendekap hangat Alexi.

Tatapan kemudian beralih pada Adya yang cuma diam memandang mereka. Alexi melepaskan pelukan lalu tersenyum ke arah Adya.

"Terima kasih Adya kalau bukan kau kami pasti tidak akan akur," ucap Alexi.

"Sama-sama itulah gunanya sahabat," Adya membalas seraya tersenyum canggung. Pandangannya melihat ke arah Asia yang juga diam.

"Alexi, aku mau bicara dulu sama Adya tidak apa-apa, kan?" Alexi mengangguk, dia kemudian melangkah pergi meninggalkan dua orang tersebut.

"Terima kasih karena kau sudah menampungku juga sudah menyadarkanku untuk bisa memaafkan Alexi. Soal baju-baju itu terserah kau mau dibuang atau dibagikan boleh saja, oh iya aku juga meninggalkan sesuatu untuk kau makan juga .... " Asia lalu melirik pada lengannya. Matanya terpusat ke gelang yang di mana adalah pemberian Adya.

Waktu itu sekretaris Alexi tersebut mencoba menghibur kemudian memberikan gelang bermatakan bulan sabit dengan warna silver sebagai cindera mata. Dia mencoba melepas namun secara mendadak Adya menggenggam tangan Asia.

Asia menoleh, senyuman tipis tampak dari bibir Adya. "Kau bisa ambil itu sebagai kenang-kenangan,"

"Benarkah? Kalau begitu aku akan bayar..."

"Tidak usah kau ambil saja ... gratis." Adya memotong pembicaraan. Asia mengerjapkan mata bingung lalu tersenyum manis.

"Terima kasih, aku pergi dulu!" Asia melangkah pergi menuju lift. Dia kemudian bertemu Alexi di dalam mobil.

"Ayo kita pulang!" Mobil Alexi lalu keluar dari pekarangan apartemen. Asia langsung memeluk Tisa sebab seminggu tak bertegur sapa dengannya begitu mereka sampai.

Seharian Asia terus berada di rumah bersama Tisa, Alexi pun sedikit meluangkan waktu untuk mengobrol. Dia bercerita tentang pengalamannya selama seminggu tinggal bersama Adya.

Selama itu pemikiran tentang Adya menjadi berubah. Dia bukanlah pria yang sering kali menyebalkan, ada kalanya pria itu bisa bersikap dewasa juga diandalkan.

"Dia juga yang membuatku sadar kalau aku harus bisa memaafkanmu," kata Asia kepada Alexi. Siang berubah menjadi malam. Kini pria itu ingin tidur sementara istrinya terus saja berceloteh.

"Adya memang seperti itu. Sejak kecil aku mengagumi keberaniannya," balas Alexi kemudian membaringkan diri di samping Asia.

"Alexi, Adya juga menyadarkanku tentang hubungan pernikahan. Jujur ini agak terlalu rumit untukku dan aku mau kita bisa melewatinya bersama-sama, kau mau kan?" Alexi tersenyum lalu mengangguk.

Dibelainya rambut Asia sesaat lalu menyelipkan beberapa helai yang menutupi wajah. "Aku senang kau bisa kembali di sisiku," ungkap Alexi tulus.

"Aku juga senang bisa bersamamu lagi." Asia menarik diri mendekat pada Alexi agar bisa dipeluk. Dengan mencium aroma maskulin dari suami sendiri, Asia terbuai dan mulai memejamkan mata terlelap tidur.

Alexi pun tak dapat menahan kantuk. Masih dalam keadaan memeluk tubuh Asia, sepasang mata terasa berat lalu terbawa ke alam mimpi.

❤❤❤❤

Beberapa hari kemudian kedua keluarga datang ke rumah Alexi hanya saja tidak ada Wenda dalam pertemuan tersebut.

Baik pihak Alexi mau pun pihak Rani keduanya diam. Mata mereka terus menatap lekat pada Asia yang sekarang merasa terintimidasi. "Nah Asia, kau tahu maksud kedatangan kami bukan?" tanya Axton memulai pembicaraan.

"Iya Ayah," Asia membalas singkat.

"Sekarang tinggal kau memberi keputusan saja apa kau mau bersama Alexi atau tidak?" Asia menunduk, jemarinya mulai bermain sendiri seiring rasa gugup timbul apa lagi tatapan semua orang tertuju padanya makin menambah kecemasan dalam diri.

Suara senyap juga membuat suasana tegang di antara mereka yang berada di tempat tersebut, menunggu jawaban dari Asia. Gadis itu menghela napas panjang dan menegakkan kepala.

"Ayah setelah tinggal bersama beberapa bulan dengan Alexi dan kami mendapat beberapa masalah tapi kami sudah menyelesaikannya dan aku mau belajar untuk menjadi pasangan yang baik untuk Alexi jadi aku memutuskan aku ... ingin bertahan dengan Alexi." Asia bisa melihat kelegaan dari semua anggota keluarga termasuk Alexi.

Pria itu merangkul pundaknya dan mengucapkan terima kasih dengan nada pelan. Sekarang hanya tinggal membawa Asia ke kantor pemerintahan untuk meresmikan pernikahan mereka berdua sekaligus membuat resepsi pernikahan.

Keluarga Asia juga Alexi belum membubarkan diri setelah mendapat jawaban dari Asia, mereka masih berbincang-bincang satu dan lain hal. Dari situ Axton pun menjelaskan alasan Wenda tak bisa datang.

Istrinya sedang hamil anak kedua, saudara Alexi. Karena usia kehamilan masih di tahap pertama maka Axton pergi seorang diri. Kabar itu terus terang mengejutkan mengingat jika Wenda beserta Axton memiliki usia yang tidak muda lagi.

Pada akhirnya Karma beserta istri mengucapkan selamat pada Axton yang akan menjadi seorang Ayah begitu juga Alexi. Pria berusia 27 tahun tersebut kaget sekaligus bingung.

Setiap hari dia selalu memanjatkan permohonan agar Asia hamil tapi kenapa malah Ibunya yang mengandung?

Suasana hangat terasa kental namun Asia memilih untuk hanya melihat saja dari pada berbaur. "Kenapa termenung begitu?" ucapan dari Kakak pertamanya-- Kaito, membuyarkan lamunan.

"Kau tak senang dengan keputusanmu?" Asia menggeleng cepat.

"Aku cuma berpikir tentang lukisan saja," seloroh Asia cepat. Kaito menatap adik perempuannya agak lama sebelum akhirnya mengeluarkan napas panjang dan duduk di sisi Asia.

"Jujur Kakak merasa khawatir dengan keputusanmu. Kau baru berusia 18 tahun tapi memilih untuk mempertahankan pernikahan. Aku rasa ini terlalu cepat untukmu." Asia tidak bersuara, dia kembali diliputi perasaan tak nyaman sama yang dirasakan ketika Adya menasehati Asia.

"Kakak cuma mau bilang kalau jika suatu hari nanti kau merasa tak tahan dan ingin bebas dari semua ini ... Kakak mendukungmu. Kakak hanya ingin kau bahagia, mengerti?" Setelah bertutur panjang lebar, Kaito mendekati Alexi berbicara dengan suara pelan.

Tapi bukan itu yang menjadi beban pikirannya. Apa benar keputusan yang dibuat oleh Asia? Entah kenapa dia meragu.

❤❤THE END❤❤

Hai semuanya ini dengan author. Terima kasih sudah mau membaca baik orang yang berkomentar, memberi bintang mau pun silent readers.

Nah seperti yang kalian lihat ini adalah akhir cerita Kebelet Nikah Volume Pertama dan ya, Kebelet Nikah akan hadir dengan volume kedua. Entah mau dilanjutkan di sini atau mau cerita baru masih dipikirkan.

Kebelet Nikah yang kedua akan menceritakan Asia mencari jawaban apakah keputusannya sudah benar atau tidak tapi untuk sementara tolong maklumi ya soalnya author punya urusan dengan tugas akhir kuliah alias pembuatan proposal ama skripsi.

Jadi tunggu saja ya untuk ke depannya. Terima kasih!

See you in the next story!! Bye!!

Ps : Oh iya selesainya cerita ini jadi author akan beralih menyelesaikan Keluarga Denzel terima kasih.