Chapter 47 - Menggoda

Pagi itu tidak ada yang spesial untuk Asia. Sarapan bersama dan Alexi mengantarnya ke universitas adalah sebuah rutinitas seperti hari sebelumnya namun ketika melihat penampilan Alexi, dia merasa gelisah.

Tepat ketika Asia diantar suaminya wanita muda itu memang selalu mencuri pandang tapi sebab perasaan tidak nyaman, sepasang mata berwarna hazel tak berhenti memandang Alexi.

Suaminya jelas terintimidasi dan menyinggung sang istri. "Ekhem, aku tahu aku tampan tapi kalau kau melihatku terus seperti itu aku jadi malu," Alexi mengatakan hal itu disertai wajah yang merona.

Asia menyeringit tapi ekspresinya berubah saat dia mulai mengajak bicara Alexi. "Kok tumben rapi sekali pakaianmu hari ini?" tanya Asia curiga.

"Biasanya aku sering rapi setiap hari, kenapa tiba-tiba tanya seperti itu?"

"Kamu mau ketemu siapa hari ini?" Alexi cuma bisa melirik sebentar ke arah Asia yang tak melepas pandangan ke arahnya barang satu detik saja dan sebabnya ketegangan timbul dalam diri pria itu.

Bukan karena takut melainkan senang sebab sang istri sangat posesif kepadanya. Hal yang paling jarang dilakukan oleh Asia.

"Aku ketemu beberapa orang penting, ada meeting pula bersama karyawan," Alexi menyahut.

"Kau pulang tidak lambat, kan?"

"Tentu sama seperti biasa,"

"Baiklah, awas saja kalau kau terlambat kau akan tidur di kamar lain atau lebih buruk," ancam Asia. Bukannya bergetar malah Alexi tersenyum.

Senyum yang menyebalkan bagi Asia. "Kenapa kau senyam-senyum begitu?"

"Aku cuma senang karena kau memperhatikanku," Alexi menyahut seraya menyengir sementara istrinya tidak menanggapi apa-apa.

Mobil lalu berhenti tepat di kampus dan Alexi memalingkan wajah kepada Asia tapi alangkah terkejutnya pria itu saat sang istri menjangkau tengkuk kemudian mendekat.

Tubuhnya mendadak kaku tatkala merasakan benda lunak nan hangat menyentuh bibirnya dengan singkat. Asia mundur namun tidak sampai menciptakan jarak yang begitu lebar.

Baik Alexi mau pun Asia, wajah keduanya memerah layaknya tomat. "Ap-apa yang kau lakukan?" tanya Alexi gugup.

"Sebagai tanda saja supaya kau tak lupa statusmu," Asia membalas disertai perasaan canggung.

Masih menatap satu sama lain, Alexi semringah dan melumat bibir sang istri cukup kasar serta berlangsung lama.

Pria bermata coklat tersebut melepaskan ciuman ketika pasokan oksigen berkurang. Dia tak bisa melepas perhatian ke arah wanita yang dinikahinya beberapa bulan lalu.

Dada Asia naik turun akibat sang suami dan sekarang kekesalan tampak jelas dari matanya. "Maaf sayang kau yang menggodaku duluan."

Asia mendecak sebal yang lalu segera turun dari mobil. "Hati-hati sayang, sampai jumpa di rumah!" teriak Alexi penuh semangat.

Langsung istrinya melirik disertai menusuk. Orang-orang jadi memperhatikan mereka akibat seruan Alexi. Sementara pria itu sudah berlalu pergi.

Kini atensi semua orang berpindah kepada Asia. Perasaan canggung tidak dapat dibendung, mahasiswa kesenian itu hanya dapat tersenyum canggung dan melangkah secepat mungkin.

Akibat dari peristiwa tersebut muncullah sebuah di antara sesama mahasiswa. Mereka menyangka jika Asia, gadis berbakat di jurusannya adalah simpanan seorang pria kaya raya.

Kabar simpang siur itu bagaikan sebuah virus yang langsung menyebar ke seluruh kampus termasuk Emy, sahabatnya.

Dia lantas menemui Asia yang sedang berada di ruang kesenian tempat favoritnya melukis. "Sudah kuduga kau ada di sini," ucap Emy. Kemudian gadis itu mendekat seraya menarik kursi agar bisa duduk.

"Asia, kau tak akan percaya dengan berita yang aku dengar, mereka bilang kalau kau ...."

"Aku memiliki sugar daddy," potong Asia menerka. Mata Emy membulat. Dia kontan menutup mulutnya yang menganga.

"Bagaimana bisa kau tahu itu?"

"Menurutmu kenapa aku datang ke sini?" Emy terdiam. Dia tahu benar kelakuan sang sahabat dan ketika sesuatu terjadi maka Asia dengan cepat menarik diri dari keramaian.

"Oh begitu ... jadi apa karena pria itu?" Sebagai tanggapan Asia mengangguk.

"Geez, memangnya kenapa kalau kita pacaran dengan pria yang lebih tua? Aku sungguh tak mengerti dengan pikiran orang-orang, mereka memang seperti itu. Cemburu saat melihat teman lain sukses," omel Emy dan masih panjang lagi.

Asia yang awalnya tidak menaruh perhatian kini menoleh saat Emy terus berulang kali mengucapkan kata "pacar".

"Emy, he's not my boyfriend." Sontak saja Emy melihat ke arah Asia dengan pandangan bingung. "He's my husband," aku Asia.

"KAU SUDAH MENIKAH?!" pekik Emy.

❤❤❤❤

"Pagi Pak," sapa Nandini selagi berjalan mendekat kepada Alexi. Wajah yang awalnya dipenuhi senyuman kini menjadi datar.

"Nandini, bukannya meja kerjamu ada di ruang sebelah? Kenapa datang ke sini?" tanya Alexi dingin.

"Memangnya tidak boleh? Aku ini hanya menyapa atasanku saja." Nandini lalu berjalan ke belakang Alexi. Dia sebenarnya ingin memeluk mantan pacarnya itu akan tetapi Nandini menahan diri.

"Adya hari ini sedang sibuk jadi aku sekarang menggantikan posisinya," bisik Nandini menggoda di telinga Alexi.

"Lalu? Kau mau menggodaku?"

Nandini tertawa renyah. "Aku cuma mengatakan hal itu supaya kamu bisa bekerja sama dengan baik dengan aku. Masa hanya karena hubungan kita di masa lalu pekerjaan jadi terganggu?"

Alexi mendengus sambil melepas tangan milik Nandini yang menyentuh lengan kekar miliknya. "Kalau itu pun aku tahu tapi jika kau melakukan sesuatu maka aku tak akan segan memecatmu,"

"Tentu aku akan terima," balas Nandini dengan senyum tipu muslihat.

"Aku akan bekerja dengan sangat baik," lanjutnya.

❤❤❤❤

See you in the next part!! Bye!!