Chereads / Woman In My Life / Chapter 51 - Pembuat Mie yang Payah

Chapter 51 - Pembuat Mie yang Payah

Malam belum terlalu larut dan kini aku sudah sampai di pintu rumah, aku membuka pintu dan masuk, saat hendak naik menuju lantai dua, aku tersadar bahwa ada seseorang yang sedang berada di dapur.

Aku melangkah menuju dapur, melihat siapa yang di jam segini masih ingin makan malam?

"Apa yang kamu lakukan dengan mie instan?" tanya ku pada seorang pria yang membawa ku masuk kedalam rumah ini, ya... Zofran siapa lagi.

"I am hungry." jawabnya sambil mengaduk mie dengan air mendidih di atas panci.

"Kenapa kamu memilih mie instan? bukannya selama ini kamu menghindari yang namanya makanan instan?"

"Bagaimana lagi, istri ku tercinta baru kembali, para asisten rumah tangga kita sedang pulang ke kampung halamannya, dan aku tidak bisa masak, membangunkan mami? oh... aku tidak mau menjadi anak pengganggu." jawabnya sambil menuang mie itu kedalam mangkuk.

"Sekarang aku sudah kembali, singkirkan mie instan itu, aku akan memasak untuk mu." dengan sigap aku mengeluarkan beberapa bahan makanan dari lemari pendingin, sayuran dan daging ayam fillet.

"Kau mau membuat apa? aku sudah tidak tahan, membuat mie ini sudah satu jam lamanya." dia membuat mie instan saja selama itu? aku kembali mengiris bawang bombay, dan sayuran yang ku keluarkan tadi, tidak lupa aku meletakkan ayam di atas pan panas, aku tidak memasukan banyak minyak disana, selain alasan kesehatan Zofran juga tidak suka makanan berminyak.

"Selama itu kau hanya menikmati ini?" tanya ku.

"Bagaimana lagi? aku bingung cara menyalakan kompornya, dan aku tidak tau kematangan mie itu seperti apa." Saat air dalam panci mendidih aku memasukan jagung dan buncis yang ku iris, aku juga memasukan telur kocok saat semua sayurannya matang.

"Kau hanya bisa mencetak kontrak kerja? sangat payah dengan keadaan darurat seperti sekarang." ejek ku padanya.

"Hey... kau tau dengan uang kau sudah bisa memenuhi kebutuhan hidup mu, jadi untuk apa aku bersusah payah dengan hal itu?"

"ya sudah jika itu menurut mu baik, tapi kau kalah dengan anak SD yang bisa membuat mie instan lebih baik dari mu." ucap ku.

Dalam lima belas menit makanan untuk Zofran sudah terhidang dengan baik di atas meja, lalu dikemanakan mie instan itu?

DIBUANG! Aku sedikit mencicipi rasanya, dan ternyata mie yang dia buat sangat hambar ku rasa dia tidak memasukan perasanya sama sekali.

"Emmm... jangan lembur lagi, aku tidak mau membagi makanan lezat ku dengan tugas kantor mu." aku hanya tersenyum saat dia melahap semua makanan itu dengan penuh minat.

"Aku ganti baju dulu, letakan saja semuanya di wastafel saat kau sudah selesai, aku sangat lelah." ujar ku, kemudian aku mengecup pipinya dan berlalu ke lantai atas.

Setelah mandi dan berpakaian, Zofran masuk kedalam kamar, dia menyerahkan bingkisan dengan logo brand ternama.

"Apa ini?" tanya ku.

"Untuk mu, bukalah, aku yang memilihnya semoga kau suka." ucapnya dengan wajah datar.

Aku tersenyum seraya mengelus lengan atasnya.

"Jadi kau fikir aku tidak akan menyukai barang yang dipilihkan oleh suami ku?" tanya ku dengan wajah penuh semangat.

"Mungkin." Aku membuka isi dari bingkisan itu dan aku sungguh sangat merona sekarang, bagaimana tidak barang yang dibelinya adalah sebuah dress selutut dengan bahan lembut, berwarna tosca lembut.

Aku memeluknya dan mengecup pipinya, berterima kasih dengan cara ini adalah hal yang paling di tunggunya bukan?

"Lain kali ikutlah bersama kami, aku muak dengan tingkah regina yang seolah dia masih penting di dalam hidup ku." ujarnya tiba tiba.

"Kau mau bercerita sesuatu?" tanya ku.

"Tentu, aku benar-benar marah tadi padanya, sampai aku tidak jadi makan malam diluar bersama mami, aku meninggalkan mereka bertiga, menitipkan mami dengan supir taksi."

"Ada apa?" tanya ku lagi.

"Kau tau, dia memperlakukan ku layaknya aku adalah suaminya dan aku adalah ayah dari Xafie? aku sangat benci dengan wanita seperti itu, memanfaatkan keadaan saja, tadi aku bertemu dengan klien ku, dan dia bertanya apakah aku berjalan dengan istri dan anak ku? Regina tersenyum seraya mengiyakan semuanya, dan klien ku itu mengundang untuk makan malam bersama di restoran, dan hancur sudah reputasi ku sayang."

"Sabarlah, ikuti saja permainannya, siapa rekan mu itu?"

"Tuan Hartono." ucapnya dingin.

"Dia sering makan di cafe, kau bisa bertemu dengannya di cafe dan kita bisa saling mengenal, kau mengerti maksudku kan?"

"Ya... thanks sayang, malam ini peluk aku sebagai permintaan maaf mu ya..." aku hanya tersenyum dan menarik selimut untuk segera tidur.

"Good night, sayang." ucapnya.

Jika di dengar kata sayang yang selalu menjadi sebutannya kepada ku, sudah melekat sejak hari di villa kemarin, aku bahagia menemukan keluarga kecil ku yang baru, aku belum mendengar kabar ayah dan ibu tiri ku itu, bahkan kabar adik ku juga aku belum mendengarnya, apa kabar mereka?