Aku, Arga, Anita dan Devano sibuk mempersiapkan surprise untuk maminya Devano nanti siang.
Arga dan aku bertugas membuat beberapa kue dan makanan, sementara Anita dan Devano mempersiapkan ruangan dan sebagainya.
"Emm... May, gue boleh ngomong sesuatu gak sama lo?" ucap Arga yang tiba tiba menatap dan berjalan ke arah ku.
"Ngomong aja Ga, ngapain juga minta izin dulu, biasanya aja langsung nyeplos." ucap ku sambil mendekor kue ulang tahun.
"May, salah gak sih kalau gue punya perasaan lebih sama cewek?"
"Maksudnya?" Aku bertanya dengan sejuta firasat. Pasalnya Arga terkenal dingin kepada seluruh mahasiswi, tapi sekarang Arga malah membahas perasaan.
"Gue tertarik sama seorang perempuan, awalnya sih gue gak pernah yakin, tapi akhir akhir ini saat dia mulai jauh dari gue kok gue ngerasa ada yang kurang ya? Tapi apa mungkin gue jatuh cinta sama dia ya?"
Aku tersenyum menatap Arga, aku menepuk pundaknya, seraya menenangkan dan meyakinkannya.
"Arga, itu baru benih benih cinta aja, kamu belum terlalu jauh untuk jatuh, mungkin hanya sekedar nyaman atau kagum, emangnya dia belum tau kalau kamu udah ada rasa sama dia?"
"Kayanya sih belum, karena gue takut May, kalau dia tau dia malah akan menjauh dari gue."
"Berapa lama?"
"Apanya?"
"Rasa kagum kamu itu Ga!" geram ku.
"Oh... Udah mau tiga tahun kayanya."
"Apa! 3 tahun? selama itu kamu nyimpen rasa ragu, itu gak yakin yakin Ga?"
"Ya... Lo tau gue gimana kan? Gue itu gak mau salah mengartikan sesuatu hanya untuk sesuatu yang gak pasti."
"Siapa?"
"Apa?"
"Yang lagi kita bahas Arga Putra Prawira!"
Arga diam menatap ku dalam, namun aku hanya bisa menatap kue yang sedang ku dekor.
"May, kalau itu Lo gimana?"
"Apa? aku? gak mungkin lah, terlalu banyak wanita yang dengan telak mengalahkan ku, Ga kalau pun itu aku, kamu dan aku mustahil untuk jadi kita." Ucap ku sembarang.
"Sayangnya aku dengan telak di tolak sebelum menyatakan, makasih Elmayra, semua sudah jelas, gue gak akan terusin perasaan ini."
"Arga? kamu gak serius kan?"
"Maunya gitu tapi sayang gue serius, tiga tahun gue mengharapkan elo sadar dengan perhatian gue, tapi nyatanya elo lebih memilih menjadi sahabat gue aja."
"Maaf Arga, kamu lebih diperlukan seseorang, yang sayang nya lebih besar."
"Siapa?"
"Anita, Anita sangat menyukai bahkan jatuh cinta sama kamu, Anita lebih membutuhkan kamu, tapi gak pernah berani menyatakan perasaannya sama kamu."
Kemudian aku pergi setelah menjelaskannya pada Arga. Aku sangat mengenal Arga bagaimana tidak? Arga salah satu yang paling perduli pada ku, jika Devan dan orang tuanya menganggap ku sebagai putrinya, maka Arga menjadikan ku sebagai permaisuri nya, Arga dan papanya selalu ada disaat ku susah.
Namun satu hal yang harus kalian tau saat ini Anita juga mencintai Arga, Anita selalu bercerita tentang perasaannya yang semakin hari semakin tumbuh.
Anita terlalu baik, begitu pula dengan keluarganya, jika pun aku mencintai Arga aku akan mengalah untuk Anita.
Devano dan juga Anita datang saat semua makanan sudah siap, namun aku harus segera pergi karena ada panggilan masuk dari cafe yang meminta ku untuk segera datang.
"Guys maaf nih, aku harus segera pergi, di cafe lagi ada sedikit masalah, Bu Maria lagi ada di luar, jadi sekali lagi maaf ya, oh iya Dev, ini kado buat mami, sampaikan maaf aku sama mami juga ya Dev."
"Oh iya, May hati hati ya, maaf nih gue malah ngerepotin Lo." ucap Devan.
"Mau dianter ga May? Arga nganggur kan?" ucap Anita.
"Gak perlu, aku udah pesan ojek online kok, aku berangkat ya."
Aku pun pergi dengan ojek online yang telah ku pesan