Ayah tak perlu tau betapa rusak dan hancurnya hatiku saat dulu, saat hal hal yang tidak aku inginkan terjadi dengan mudahnya, peristiwa dimana ibu tiada dan dirinya menikah lagi, aku sempat berfikir jika perempuan itu telah mengenal ayah sebelum dirinya kehilangan ibu. Bagaimana aku bisa tidak berfikir demikian jika pernikahan mereka terlalu cepat dan perubahan sikap ayah signifikan berubah.
"Masuklah, aku tau kau lelah perjalanan itu terlalu jauh bukan?" ayah menutup pintu dan ya aku sekarang berada di kamar ku yang kini telah berubah menjadi kamar Hardi, banyak coretan tangan Hardi mengisi dinding kamar ini.
"Aku mengerti sekarang hati ayah telah terganti dengan Hardi." ucap ku lirih, aku menjadi orang asing di tempat yang membesarkan ku.
Malam pun berlalu, sekarang mereka sedang berkumpul diruang keluarga menonton tv dan bercengkrama lalu bagaimana dengan aku? jangan di tanya biar aku menyendiri di kamar ini.
"Ayah mengapa semudah ini kau melupakan ku? mengapa dunia seakan memusuhi ku, aku bagai asing di tempat ini, mungkinkah ayah telah menemukan kebahagian lain seusai kepergian ku dan ibu dari hidupnya." Aku meneteskan air mata bagaimana tidak? aku darah daging yang lahir dari rahim istrinya yang pernah ia cintai, dan bagaimana dia bisa tidak memperdulikan ku seperti ini.
Aku semakin geram saat ayah memanjakan Hardi, Hardi tetap memanggilku dengan sebutan kakak, namun ayah serasa tidak mengaggap ku sebagai putrinya, atau bahkan ibu tiri ku, dia seperti memusuhi ku, aku benci semua ini Tuhan.
Tiga hari sudah aku berada di rumah ini, rumah laksana surga namun didalamnya penuh dengan neraka, tak banyak perbincangan ku dengan ayah hanya sebatas singkat tentang kuliah ku, ayah mengatakan "Anak perempuan itu tidak perlu kuliah hanya perlu tinggal dirumah dan mengurus rumah tangga."
Aku mengerti kodrat ku namun perjuangan ku untuk tetap belajar bukan semata karena ego tapi karena aku tak ingin mereka memandang rendah ayah, jika di surga aku tak bisa memberi derajat untuk ibu maka tugas ku memberi derajat untuk ayah di dunia, aku tak ingin ayah selalu dipandang rendah oleh keluarga ibu, yang berpendidikan tinggi dan rata rata memiliki harta yang dibilang lebih dari ayah.
Jika ku mau sudah dari dulu kakak ibu ku mengadopsi ku dan menyekolahkan ku dengan gampang, namun satu prioritas ku, bagaimana jika ku pergi ayah akan kesepian hidup sendiri. Dan maka dari itu setelah ada Hardi di hidup mereka aku pergi aku tinggal bersama adik dari ibu ku om Aris dan Tante Ana.