Chereads / URAKAN / Chapter 18 - 15: Terbang Menemuimu

Chapter 18 - 15: Terbang Menemuimu

Sean tak mengerti mengapa dia bisa di sini, di dalam pesawat yang sedang lepas landas ke udara. Semua ini adalah hal yang tak pernah muncul di pikiran terliar Sean, kalian tahu? Dia mengerti jika dia pasti akan terbang ke ujung pulau J untuk mengunjungi Hesa. Dia tahu bila Universitas B berada di kota B dan area provinsi JTim.

TAPI NGGAK PERNAH DIA BAYANGIN KAYAK GINI ASTAGAAAAA!

Sean memandang ke sisinya, dia melihat Herma bersedekap dengan kepala menunduk, mata terpejam. Pemandangan yang bikin Sean mendengus kasar. Astogay ... Pesawat masih ngangkat badan, belum mencapai ketinggian tertentu untuk mendapatkan kondisi optimal, eh ada sesemanusia yang udah molor saja.

Hnngh. Tapi kalau tak ada Herma, Sean yakin dia tak bisa bergerak semantap ini.

Semua terjadi sungguh sangat cepat, sumpah. Lima hari yang lalu, lebih tepatnya ketika Sean sudah pulang dari rumah Herma dan sedang asyik kocok-kocok batang di kamar, rentet roda kehidupan mulai bergerak.

Sean masih ingat sekarang. Tytydnya masih berkedut jika membayangkan Hesa sedang menganu-anu dirinya seperti apa yang dilakukan orang di film yang ia tonton. Kala itu, dia membayangkan dada bidang kakak mahasiswa itu menempel di punggungnya sedang tangan lelaki itu sibuk sendiri. Satu dari mereka sedang melebarkan lubang. Keluar masuk, gerakan menggunting, sebelum nakal mengitari cincin anus Sean. Hanya dengan membayangkan itu, Sean sudah merasakan listrik statis mengaliri dirinya. Napasnya memburu. Apalagi begitu otaknya mengingat sensasi tangan mengelus kejantanannya sebelum bergerak brutal naik turun naik tu—SLAP!

Tamparan keras melayang. Tangan remaja 18 tahun tiu memukul pipinya sendiri, menghalau pikiran laknat mengambil alih. Gila saja! Dia masih di dalam pesawat! Bisa-bisanya tegang!

Hnnnghhhh. Intinya, Sean mengingat kejadian beberapa hari yang lalu. Dia masih asyik menikmati bayangannya sendiri … sebelum tiba-tiba, ada pesan masuk. Salah. Ada notifikasi masuk.

Sebuah email baru tampak pada popup ponselnya di bagian atas, mengganggu dia yang sudah horny maksimal.

Sean berdecak melihat hal ini. Rasanya ingin HIIIIH siapa saja yang merusak fantasinya sedang ehem ehem. Jari sudah hampir bergerak untuk menutup email dari << HWA >>, menganggap itu hanyalah spam. Sampai setidaknya, dia melihat judul dari email: Aku Kenal Mahesa.

Batang tegak yang sudah memerah miliknya auto terlupakan. Sean segera duduk, gerakannya yang cukup cepat itu berikan sensasi sengatan listrik ke seluruh tubuh. Tytydnya tadi menggesek keras sprei motif lapis di bawahnya. Namun di sini Sean cuma mengerang, "hhhnnngh," sebelum fokusnya kembali pada ponsel.

Hati Sean berdegup tak karuan. Tangannya tiba-tiba bergetar. Heh, dia nervous.

Memantapkan hati, dia membuka email. Cepat ia membaca bagian perkenalan yang membuka email. Sean intinya tahu jika yang mengirimi dia pesan adalah ketua EM dari Universitas B, namanya Haris Wijaya Antaresa. Ia mengetahui keberadaan Sean dari fanfiksi hasil komisinya dan segepok doujinshi, juga art-art humuh lainnya (yang juga adalah hasil komisi).

Lalu apa hubungannya dengan Mahesa?

Haris Wijaya menjelaskan jika salah satu perwakilan Universitas B yang terjun langsung di jalanan kota J saat terjadi demo, lebih tepatnya sang koordinator, bernama Desta Aaron Mahesa. Dia menceritakan banyak hal pada Wijaya termasuk juga momen ketika ada baracuda yang ngegas dan hampir menyeruduk anak STM.

Di sini, momen seruduk menyeruduk yang diceritakan Mahesa sangat mirip dengan beberapa konsep cerita hasil komisi Sean yang Wijaya baca. Lalu ada perpisahan, meninggalkan almamater dan tetek bengek lainnya. Wijaya berkata, di titik ini, dia mulai curiga.

Rasa penasaran bercongkol kuat di benak Wijaya dan entah mengapa, karena setitik rasa ini sebuah penyelidikan besar-besaran terselenggara. Email ini dikirimkan setelah verifikasi pada data STM Nusantara yang Sean masuki dan data siapa saja anak STM tersebut yang terjun ke lapangan, juga tentang identitas pemesan komisi-komisi satu tema tersebut.

Sean membelalak melihat pesan itu. Dia memang memiliki 'logo' akan dirinya disetiap dia mempublikasikan atau memesan sesuatu. Dia juga meminta 'logo' itu disertakan—entah bagaimana caranya—pada setiap 'hasil karya' yang terunggah di internet jika dia memesan karya itu.

Logo itu berbentuk huruf S besar dengan gama terbalik di ujung bagian bawah S lalu ada coretan berbentuk sudut 45 derajat di area tengah S bagian atas. Selain itu di samping huruf itu ada << (n) >>. Dan itu bisa dibaca 'Sean', tapi astaga! Sean tak pernah menyangka ada orang yang bisa memecahkan logo tak jelasnya!

Ludah Sean tenggak. Tangannya bergetar, ia melanjutkan membaca.

<< Dari semua itu, gua bisa tarik kesimpulan jika lu memang Sean si anak yang hampir saja diseruduk baracuda. Dan fakta lu komis cerita dan art segambreng tentang kalian, gua tahu lu nyariin Hesa setengah mati. >>

<< Sayangnya Hesa kagak pernah respon ungkapan cinta lu dan lu digantungin. >>

Sean menahan napasnya melihat satu baris kalimat terakhir. Hatinya seperti diremas kuat-kuat, perutnya melilit. Sakit sekali ketika seseorang yang dia tak tahu, mengatakan fakta gamblang begitu di depannya.

<< Tapi lu nggak usah khawatir. Gua di sini berencana bantuin lu. >>

Muka Sean memanas. U-uh? Gimana?

Deg deg deg—jantung Sean berdebar kencang.

<< Gua tawarin ke lu untuk datang ke acara yang Universitas B dan M mingdep, 30 November 2019. Gua janji buat bikin Hesa dateng di acara itu. Di sana, lu mending ngomong langsung ke Hasa perasaan lu gimana; face to face. Tapi gua minta lu kudu siap. Ada kemungkinan dia nolak lu, nerima atau bahkan php. Kalau lu nggak dijawab, kelanjutannya gimana terserah lu. Di sini gua cuma menyediakan tempat untuk lu bisa jujur dan nggak stuck di situ doang. >>

<< Kalau lu oke, gua kirim lu 2 tiket pesawat burung biru. Terserah lu mau ngajak siapa. Ofc gua baik gini karena gua pingin minta sesuatu … >>

Bulu roma Sean berdiri semua. Dia tahu apa tujuan dari email ini: Bargaining.

Apa … apa yang mau diminta dari dia? Apa yang bisa menggantikan tiket gratis pesawat burung biru? A-apa yang …

Menenggak ludahnya, Sean kembali membaca.

<< Lu punya lagu kan? Lagu lu bakal gua mainin di acara gua. >>

Sean melotot. Huh? Lagunya? Lagu yang dia buat dan dia rekam di tiktod dengan suara sumbang itu? Lagu yang dia cuma genjrang-genjreng?

<< Hak cipta tetep di lu, gua cuma aransemen dikit dan nambahin puisi sempilan gitu dah. Tapi inti utamanya, gua kagak bayar lu loyalty atau semacamnya atas penggunaan karya cipta lu ini. Gimana? >>

Sean membelalak. Otaknya berputar cepat, hatinya jedug-jedug tak karuan. Darah berdesir.

Dia tak melihat sesuatu yang merugikan dia di sini. Kalau lagunya dipakai dan karya cipta tetap di dia, berarti nama Sean akan disebut atau semacamnya di sana. Itu justru akan mendongkrak namanya kan?

Merasa semua kondisi tak ada yang merugikannya, seketika Sean bersorak, "AAAAAAAAAA! AKHIRNYAAAAAA NJIR!!! AKHIRNYAAAAAA!!" Mukanya begitu ceria, manik biru di sana berkilat bahagia. Euforia melalap Sean. Dia merasakan jiwanya lepas, melayang ke langit ketujuh.

Sean tak tahu harus berbagi kebahagiaan ini dengan siapa. Dia terus bergulung di atas spring bed, membaca ulang email itu sambil cekikikan macem orang gila … sebelum entah karena sudah tak bisa dibendung lagi rasa suka citanya, dia berdiri, lonjak-lonjak di atas spring bednya sambil berseru, "KAK HESAAA TUNGGU GUA KAK! KAK HESAAA AKHIRNYA KAAAK! AAAAAA AAAAA AAAAA!!!"

Dia sampai lupa kalau dia masih telanjang.

Dan adiknya pun masih tegang.

Y-ya setidaknya seperti itulah yang terjadi malam senin lalu. Daaaan, tentu dia langsung membalas pesan ketua EM Universitas B.

Karena itulah di sini dia sekarang.

Di dalam burung besi, mengarungi jarak yang membentang tuk temukan kekasih hati.

[]