Kepala Aleta begitu pusing saat ia baru saja terbangun dari tidurnya, badannya juga sangat begitu panas sampai-sampai ia tak kuat untuk bangun dari posisinya sekarang. Sungguh begitu sakit dan nyeri semua badan Aleta, bahkan untuk mengangkat tangannya sendiri pun ia tak kuat.
"Ini pasti gara-gara kelamaan berenang deh".
Handphonenya Aleta berbunyi lebih dari tiga kali, ia pun berusaha untuk mengambil handphonenya yang terletak di atas nakas, saat membuka handphonenya ternyata ada lima panggilan tak terjawab dari Novi, tiga panggilan tak terjawab dari Surya, dan dua panggilan tak terjawab dari Leo. Selain itu juga ada banyak sekali pesan yang masuk, ia pun membukanya satu-satu.
Mama
Sayang gimana keadaan kamu, kata Abang kamu sakit sayang
Iya mah, ini masih agak sakit sih kepala Aleta
Apa mama harus pulang sayang?
Eh gausah ma, mama fokus aja kerja, aku gapapa kok lagian ada Abang kok dirumah
Oh yaudah kalo gitu, kamu istirahat yah, love you sayang
Love you too ma
Ayah
Aleta gimana kondisi kamu?
Udah gapapa kok yah, ayah fokus kerja aja ya
Oke deh sayang
Leo Adinata
Aleta
P
P
Gimana? Masih panas badan lo? Tadi mama nitip makanan ke gue, udah gue taro di meja makan yah terus tadi abang lo pergi pagi-pagi banget
Kalo udah baca chat ini langsung makan yah
Aleta mencoba bangkit dari tempat tidurnya dan mencoba berjalan ke arah dapur, walaupun ia tak begitu kuat menopang tubuhnya sendiri. Ia sangat berhati-hati saat menuruni tangga, dan benar saja dimeja makan ada sebuah bungkusan makanan, Aleta menghampirinya dan di sana ada kotak makan, obat dan juga note.
Note: abisin makanannya abis itu minum obat flunya, kalo udah minum obat balik lagi ke kamar, istirahat yang cukup.
Ia sudah tau pasti itu note dari Leo, Karen tidak mungkin juga kalau Ezra yang membuat note seperti itu. Ia merasa senang saat ada yang memperhatikan kecuali keluarnya, tapi ia membuang perasaan senang itu, ia tidak mau kalau sampai ia mempunyai perasaan kepada Leo karena tetap saja ia tidak mau di jodohkan dengan Leo. Ia tau kalau Leo punya segalanya, Leo tampan, ia juga punya semua yang ia inginkan tapi kalau dipaksa harus bersama Leo, mau sesempurna apa pun Leo kalau di paksa harus bersamanya pasti Aleta akan menolaknya karena Aleta yakin ia tidak akan bisa bahagia kalau ia menjalani sesuatu karena terpaksa.
Ia membuka kotak makan dan memakannya sampai habis dan kemudia meminum obatnya, setelah itu ia kembali ke kamarnya untuk beristirahat. Saat hendak menuju tempat tidurnya, ia melihat bingkisan yang diberikan oleh Leo.
"Oh iya sampe lupa gue bingkisan dari Leo belom gue buka", ia pun mengambil bingkisan tersebut dan mulai membukanya, ternyata di dalam bingkisan tersebut ada sebuah kotak beludru merah yang sangat besar, ia pun membukanya dan terkejut saat melihat isinya yaitu kalung berliontin Menara Eiffel.
"Darimana dia tau kalo gue suka menara eiffel" tanyanya pada diri sendiri, ia pun mengambil handphonenya dan mengetikkan sesuatu. Setelah itu ia memakai kalung tersebut dan ia bercermin, betapah indahnya kalung tersebut saat dirinya yang memakai kalung tersebut. Setelah itu ia kembali ke tempat tidurnya untuk beristirahat.
Dua jam Aleta tertidur, ia merasa panas di badannya sudah menurun dan rasa pusing di kepalanya juga sudah tidak lagi ia rasakan. Ia mengambil handphonenya dan ternyata ada pesan masuk dari Leo.
Leo Adinata
Makasih hadiahnya
Gimana suka gak?
Ia suka banget, Lo tau darimana gue suka sama menara eiffel?
Oh dari temen-temen lo
Oh gitu
Obatnya udah diminum
Udah
Aleta kembali meletakkan handphonenya di atas nakas, ia merasa bosan dirumah sendirian dan tidak melakukan kegiatan apapun, ia ingin sekali menonton Drakor favoritnya tetapi belum update jadi ia tidak tau harus melakukan apa hari ini. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke sebuah kafe, di sana ia memesan es cappucino dan wafel.
Ia lupa kalau dirinya sedang sakit tetapi ia memesan es, karena sudah terlanjur di pesan yah mau gak mau harus tetep di minum daripada buang-buang makanan. Setelah dari kafe, ia mampir kesebuah toko buku untuk membeli beberapa komik kesukaannya, ia membeli komik dari vol 1-10, ia juga membeli sebuah novel. Setelah selesai ia membayarnya ke kasir, ia tak sadar bahwa ia sudah menghabiskan uang mingguannya. Sebenarnya itu gak masalah buat Aleta karena nanti hari Senin ia juga akan kembali di kasih uang mingguan dari ayahnya.
Setelah selesai membeli buku, ia pun memesan ojol dan kembali kerumahnya. Saat hendak memasuki rumah, ia melihat sandal milik kakaknya dan sandal yang tak ia tau milik siapa itu.
Pasti ada temennya Abang nih, batin Aleta.
Aleta pun masuk kedalam rumah dan benar saja ada kakak dan teman kakaknya yaitu Arka di ruang tamu.
"Abis dari mana lo? Di telepon gak diangkat-angkat" Tanya Ezra saat Aleta baru saja masuk ke rumah.
"Abis dari toko buku, gue gak denger lo nelpon soalnya gue silent" jawab Aleta apa adanya.
"Lo udah tau lagi sakit, kenapa sih suka banget pergi tanpa izin" omel Ezra, Aleta hanya diam dan kembali menuju kamarnya.
Aleta mengeluarkannya semua buku dari totebag miliknya dan merapihkannya di rak buku, ia membuka handphonenya tetapi baterainya habis jadi ia menchargenya dahulu, setelah baru terisi beberapa persen ia pun mulai menyalakan handphonenya. Di sana ada pesan dari Leo yang menanyakan keberadaannya, sebenarnya ia bingung dengan situasi ini karena ia tak menyukai Leo tapi dengan sikap Leo yang seperti ini kepada Aleta itu akan membuat Aleta benar-benar jatuh cinta dengan Leo. Walaupun benar ia jatuh cinta dengan Leo, ia tetap tidak ingin dijodohkan dan bertunangan dengan Leo karena ia masih ingin bebas dekat dengan laki-laki mana pun. Ia tidak membalas pesan dari Leo, ia hanya membacanya saja tetapi Leo mengirimkan pesan kembali kepadanya, ia bertanya mengapa pesannya hanya di read dan tidak di balas, akhirnya Aleta membalas pesan tersebut.
Leo Adinata
Tadi kemana? Kok gak ada dirumah?
Kenapa cuma di read, bales dong
Tadi abis beli buku
Kenapa gak minta anterin gue aja
Plis deh, lo bukan siapa-siapa gue jadi gausah ngatur-ngatur gue harus apa
Pesan itu tak kunjung dapat balasan padahal sudah di read, Aleta berfikir apa Leo kesal dengan perkataan Aleta, Aleta merasa bersalah dengan itu tetapi ia tak tau harus melakukan apa. Karena ia bingung jadi dia harus mengisi perutnya dengan makanan atau cemilan agar otaknya bisa berfikir.
~oOo~