Jrash!!
Melayang kepala seorang Hebron bertubuh manusia separuh kelelawar, mencipratkan cairan ungu busuk pekat berbau amis.
Zrash - Srash
" 18...19.. "
Seseorang terus saja berlari menelusuri lorong bangunan tua, menerjang kepungan Hebron dengan fokus mengayunkan pedangnya. Diiringi cahaya bulan purnama yang menelisip masuk melalui lubang jendela tua dan dinding-dinding lorong yang sudah runtuh. Menampakkan seorang pria berbalut mantel hitam selutut dengan garis merah di seluruh tepiannya.
Zrash! Krakk..
Tubuh seorang Anguis -iblis siluman dengan wujud manusia bertubuh setengah kelelawar- terbelah menjadi dua bagian. Sama sekali tidak mengubah tatapan dingin dari sang pembantai.
" 20... "
Seekor Gordon -Hebron bertubuh mirip buaya raksasa setinggi 3 meter, memiliki tulang berbentuk duri-duri raksasa berjajar dari tulang punggungnya sampai ekor- bersiap menerjang sang pemuda yang tengah fokus membunuh Anguis. Dengan kecepatan yang sedikit lambat karena ukuran tubuhnya Gordon itu mengayunkan cakar raksasanya.
Dengan instingnya yang tajam, si pemuda menyadarinya dan langsung bersalto ke depan. Ditatapnya tajam makhluk itu.
"Huarrghh!!"
Raung Gordon itu diikuti kibasan ekornya yang berjajar tulang duri raksasa miliknya.
Dengan sigap sang pemuda menangkisnya dengan jurus Katana*nya, membuat dirinya dan ekor Gordon itu .
Pemuda itu berlari ke arah Gordon dan mengambil tumpuan di lantai tua lorong itu. Dengan tatapan tajamnya, pedangnya kian terselimuti cahaya biru menyala.
Dengan kecepatan di atas manusia biasa di layangkannya sebuah tebasan yang mengilatkan cahaya biru.
Cahaya biru miliknya dengan mudah berhasil menembus pertahanan cakar Gordon.
" 21... "
"Hoaaaarrghh!!!"
Gordon kembali meraung dan raungannya memenuhi lorong suram itu. Sekejap kemudian tubuh Gordon itu membelah vertikal menjadi 2 bagian.
Darahnya memuncrat ke segala arah. Dengan cepat pemuda itu langsung berbalik dan berlari menjauh.
Pemuda itu terus berlari. Ia mendelikkan matanya ke seluruh sisi. Instingnya merasakan tempat itu memang benar di huni oleh ratusan makhluk yang berencana diburunya.
Seketika ia mengubah tatapannya menjadi tatapan tajam. Ia harus lebih waspada. Ia pun menghentikan langkahnya, menatap tajam makhluk yang berjajar di hadapannya. Dihadapannya kini sudah berjajar puluhan makhluk Hebron, puluhan Anguis dan beberapa Gordon.
Si pemuda menghembuskan napas kasar kemudian mendecih.
"Huh. Ternyata benar kastil tua ini sudah menjadi sarang bagi kalian, " Si pemuda itu menjeda ucapannya, dia pun menunjukkan seringaian aneh dan melanjutkan ucapannya.
"Kalian para makhluk rendahan, yang memilih selalu bersembunyi di balik kegelapan, tak pantas hidup di dunia atas. Dan.. akan kubasmi kalian!!"
Pemuda itu langsung mengambil ancang-ancang, kemudian menyentuh katananya dengan jari telunjuk dan tengah sampai ke ujung katana. Katana miliknya langsung bersinar, semakin terang memunculkan cahaya kebiruan.
Ditatapnya nyalang para makhluk Hebron di hadapannya seolah dia haus untuk membunuh semua makhluk dihadapannya dengan tetap menunjukkan seringaiannya yang penuh kengerian.
Para Anguis pun bersiap terbang, dan Gordon bersiap menyerang sang pemuda yang hanya sendirian. Mereka sudah tak sabar untuk mencabik-cabik tubuh lezat seekor mangsa di hadapan mereka.
Sang pemuda masih tetap diam,
Ia terlihat merapalkan sebuah jurus miliknya, dan fokus memejamkan mata,
"Thousands of Thunderbolts Swords"
Aura cahaya biru di sekeliling pemuda semakin menguat, terlihat semakin jelas. Cahaya biru nya sampai menembus celah-celah dinding lorong tua itu.
Cahaya di pedangnya semakin menguat. Mata sang pemuda pun kini berkilatan kebiruan kontras dengan pancaran auranya. Tubuhnya kian diselimuti cahaya energi kebiruan yang terlihat semakin jelas. Kilat petir biru juga kian muncul menyambar tak tentu arah mengelilingi tubuh sang pengendali.
Jangkauan petir pemuda kini makin meluas, dengan menyambar-nyambar dinding dan langit-langit lorong. Makin lama sebagian petir biru berubah bentuk menjadi mirip pedang yang sangat banyak jumlahnya mengelilingi si pengguna, pedang petir itu masih tetap diam seolah menunggu komando dari pengguna. Masih terus saja terbentuk petir biru yang menyambar-nyambar ganas.
Para Hebron yang tadi maju untuk menyerang si pemuda kini melangkah mundur, waspada dengan si mangsanya yang kini menjadi berbahaya untuk mereka. Termasuk para Anguis yang terbang juga terhalang petir biru milik sang mangsa sehingga tidak bisa menyentuhnya sedikitpun. Mereka ketakutan dengan petir biru milik sang mangsa yang makin menyambar ke segala arah.
Namun, tiba-tiba sang pemuda tersentak. Petir di sekeliling tubuhnya menghilang, cahaya energinya kian meredup dan lenyap.
Pandangannya terlihat kaget. Cengkeramannya pada katana di tangannya kian melemah, dan tanpa ia sadari katana miliknya jatuh terlepas dari genggamannya.
Pemuda itu langsung mencengkeram kepalanya dengan tangan kirinya. Ia menunduk dalam. Ditatapnya nanar katananya yang terjatuh, kemudian pandangannya beralih ke tangan kanannya.
"Ugh! Sial... "
Dia sedikit lunglai, dan kembali mengendalikan tubuhnya. Diambilnya kembali katananya.
" Hhh... kenapa... "
Ia masih saja menunduk.
" Tidak ada cara lain... "
Pemuda itu menatap nyalang puluhan Hebron di hadapannya.
Para Hebron kembali menyerang si pemuda. Pemuda itu langsung berlari, menebas seekor Gordon yang menghadang jalannya. Gordon itu langsung tumbang hanya dengan sekali tebasan si pemuda.
Di saat yang bersamaan empat Anguis terbang ke arahnya. Dua Anguis berusaha merobohkan si pemuda dengan kakinya yang bercakar. Si pemuda menahan cakar kedua Anguis dengan katananya di pegang di kedua tangannya.
Kedua Anguis terus saja mengepakkan sayapnya, dan berhasil mendorong mundur si pemuda. Si pemuda kini meringis, berusaha lebih kuat menahan kedua Anguis di hadapannya.
Lalu dua Anguis lagi terbang, akan menyerang si pemuda dari belakang. Si pemuda mengalihkan pandangan ke arah belakangnya, dan terlihat dua Anguis lagi yang mengarah padanya.
"Huh ", Pemuda itu mendengus.
Dia memfokuskan pandangan ke dua arah sekaligus, depan dan belakang.
Dua Anguis sudah hampir mencapainya dan dua lainnya masih berusaha merobohkan pemuda itu.
Dengan cepat si pemuda bergerak memutar. Alhasil jurus pedang memutarnya berhasil membelah tiga Anguis dan mementalkan sisanya.
Si pemuda kembali berlari, terus menebas, bersalto, dan menangkis serangan dari Gordon dan juga Anguis yang menyerangnya dengan terbang. Ia terlihat hampir kewalahan karena dilihatnya masih banyak Hebron yang tak henti-hentinya menyerangnya.
Jurus-jurus katananya dikerahkan, membelah sayap-sayap para Anguis. Memotong tulang duri milik Gordon.
Ia terus saja berlari. Menginjak puluhan mayat Hebron yang dibunuhnya.
Setelah ia membunuh Hebron yang mungkin ke-54, ia berhenti dan menghela napas dalam.
"Hahh.. hahh.. kenapa tidak ada habisnya?", gumamnya.
Seketika ia menyadari sesuatu. Ia memerhatikan ujung lorong di sisi kanannya. Di ujung sana terlihat ujung lorong yang terbuka, memperlihatkan pepohonan hutan yang hanya diterangi cahaya bulan.
Seekor Gordon dengan cepat mengayunkan cakarmya ke si pemuda. Si pemuda segera tersadar dan sebelum ia berhasil mengelak cakar Gordon sudah tepat mengenai punggungnya.
"Uaghh!! "
Si pemuda mengerang dan ia jatuh dengan bertumpu dengan satu lututnya.
Ia hampir jatuh tersungkur bila saja ia tidak mengendalikan tubuhnya kembali dengan cepat.
Ia tetap diam menunduk, napasnya kian tidak beraturan. Luka di punggungnya yang menganga kini telah mengalirkan darah merah segar miliknya.
Ia menatap kembali beberapa Anguis dan empat Gordon yang kian mendekat ke arahnya.
Dengan susah payah ia berdiri dan berusaha berjalan ke ujung lorong.
Ia berjalan sempoyongan, ditolehnya lagi Hebron yang tetap saja ingin menyerangnya dan memakannya.
Ia tetap berjalan, hanya kurang beberapa langkah ia sampai di ujung lorong. Napasnya makin tak beraturan. Ia pun menghentikan langkahnya, kembali nencengkeram erat pedangnya.
"Ugh... satu jurus lagi.. "
Ia bersiap kembali menyerang. Pedangnya kembali memancarkan cahaya biru, semakin terang. Para Anguis dan Gordon sudah dekat ke arahnya hanya berjarak sekitar 5 meter.
"Sekarang!!"
Si pemuda mengambil lompatan dengan menahan nyeri lukanya yang kian menjadi. Ia meringis menahan lukanya yang menganga dan langsung menebaskan pedangnya dengan menyilang.
"Lightning Punishment!"
Tebasan pedangnya menciptakan dua cahaya biru sangat terang diikuti petir biru dengan kecepatan luar biasa mengarah tepat ke para Hebron.
Cahaya menyilang itu terus saja menembus puluhan Hebron di sepanjang lorong sampai kekuatan tebasannya menabrak dinding lorong hingga runtuh.
Kini lorong sudah bersih dari Hebron. Si pemuda lunglai dan hampir roboh. Ia memaksakan tubunnya untuk tetap berdiri. Ia berbalik dan memaksakan kakinya untuk terus berjalan.
Si pemuda tertatih, terlihat jejak langkahnya dihiasi merah darah miliknya yang sudah mengalir hingga ke kaki.
"Hahh.. hah.. hahh"
Deruan napasnya terdengar sayup di lorong tua itu. Bersamaan dengan sayup-sayup suara angin malam di hutan yang kian terdengar.
Ia memaksakan kesadarannya dan terus menyusuri lorong dengan napas terpotong-potong. Ia sudah sampai di ujung lorong, dan berhasil keluar dari kastil mengerikkan itu.
Setelah berjalan beberapa langkah keluar kastil, pemuda itu berhenti. Ia menatap kosong rerumputan di hadapannya. Ia menengadahkan wajahnya, menatap jutaan bintang di langit malam itu.
Pandangannya kian kabur. Ia menggumamkan sebuah kata,
"Stella... "
Pandangannya kian gelap, kesadarannya menjauh. Pemuda itu jatuh ambruk di tengah padang rerumputan yang dingin.
.
.
.
.
.
.
Note :
*Hebron : Iblis tingkat rendah/lemah (siluman), biasa berbentuk makhluk setengah manusia.
*Anguis : Siluman bertubuh setengah manusia setengah kelelawar, memiliki sayap lebar berbentuk sayap kelelawar.
*Gordon : Siluman bertubuh mirip buaya raksasa setinggi 3 meter, memiliki tulang berbentuk duri-duri raksasa berjajar dari tulang punggungnya sampai ekor. Memiliki taring dan cakar lebih panjang dari buaya pada umumnya.
*Katana : Pedang lurus panjang (kurang lebih 1 meter) , umumnya digunakan para samurai di Jepang.
~~~
*Thousands of Thunderbolts Swords : Ribuan Pedang Petir.
*Lightning Punishment : Hukuman Petir