Monica berjalan masuk dengan santai ke dalam ruangan rapat besar tersebut. Matanya yang tajam tak lepas mengamati tubuh Linfey yang tengah gemetaran karena ketakutan. Wajah ngerinya merupakan pemandangan yang sangat indah di mata Monica. Sudah berapa lama ia memimpikan hal ini? Sudah berapa lama ia selalu membayangkan untuk mencabik-cabik tubuh wanita yang selalu menyiksanya siang dan malam ini menjadi hancur tak bersisa?
Di hari pertama ia melamar masuk menjadi asisten pribadi Linfey, tak sekalipun Linfey pernah memperlakukannya secara manusiawi. Keberadaan dirinya hanyalah seperti sehelai kain gombal di mata Linfey. Sampah yang tak berharga.
Sekarang….
Keadaan berputar balik…
Sang dewi yang terbiasa dengan kemewahan surgawi, kini mulai merasakan panasnya api neraka dan jatuh dalam kekalahan total. Bagaimana rasanya itu?
Monica lalu mengambil bangku dan duduk di sebelah Gordon Levy. Wajahnya menyunggingkan senyum semanis madu tapi senyum itu tak sampai ke matanya.