Chereads / Senior / Chapter 2 - 02 - Ekskul PMR

Chapter 2 - 02 - Ekskul PMR

Seperti yang kalian ketahui, semua berawal ketika bingung mengambil ekskul apa. semua terjadi begitu saja, mungkin hal ini bisa kalian katakan manis, tapi bagi Reghata; tidak ada yang manis dari kisah cinta pertamanya ini.

Ekstrakurikuler PMR, adalah ekskul yang menghantarkan Reghata kedalam sebuah petualangan yang penuh dengan ancaman. Tidak seperti orang kebanyakan yang akan merasa beruntung bergabung di ekskul ini karena ada senior tampan, Reghata justru merasa penyesalan menyelimuti dirinya sejak ia memilih bergabung dengan ekskul ini.

"Itu namanya Regha." Ucap Wulan sambil menunjuk ke arah orang yang dimaksud.

"Kok? Kaya kenal?"

"Wajarlah, dia kan ikut nge-orientasi waktu itu." balas Wulan yang diakhiri dengan anggukan Reghata.

"Dan yang terakhir, yang paling tampan adalah kak Angkasa."

Reghata terkejut, "Hah?! Nggak salah denger gue?"

"Apa?" tanya Wulan kebingungan.

"Angkasa?"

"Iya, keren kan?" Reghata mengangguk cepat. Memang, sangat sempurna untuk anak se-usianya.

"Jangan suka Angkasa, sukain gue aja." Itu bukan ucapan Wulan, Reghata menoleh ke samping kanan, dan yang mengatakan tadi adalah, Regha.

"Eh?"

"Maksud gue, Angkasa udah ada yang punya." Mendengar itu, Reghata mengangguk saja, dia percaya, karena sudah pasti cowok tampan punya pacar. "Tenang, lo juga bakal punya pacar kok."

"Sok tau."

"Loh, kok sok tau? Prediksi gue jarang loh meleset."

"Iya deh, percaya aja biar kakak seneng."

"Eh tapi lo mau tau, nggak?" tanyanya, Reghata menoleh lagi kearah Regha karena dirinya merasa bahwa Regha yang mengajaknya berbicara. "Apa?"

"Gue ngomong dalam hati, lo yang tebak."

"Biar apa?"

"Biar tau aja." Reghata mengangguk saja mendengarnya, dia tahu itu hanya sebuah hiburan belaka—Regha hanya berniat untuk bermain-main, tidak untuk serius.

"Hayo, tebak!"

"Tau ah Kak, males mikir."

"Astagaaa..." Regha menggelengkan kepalanya keheranan. Diikuti dengan senyumnya yang manis, Reghata justru dibuat terpesona karenanya.

"Kak, bisa nggak senyumnya biasa aja?" Reghata kesal, senyumnya terlalu manis dan berhasil membuatnya tidak bisa fokus jadinya.

"Kenapa?"

"Ya... aku nggak tau, yang jelas kakak jangan senyum kayak gitu lagi."

"kenapa sih?" Masih bertanya-tanya, Regha keheranan sendiri apa yang membuatnya tidak boleh senyum seperti tadi?

"Pokoknya jangan aja." Jawab Reghata dengan nada kesalnya. Bukannya menurut, Regha malah semakin menunjukkan senyuman manisnya.

"Lucu banget sih." Ucap Regha sambil menepuk-nepuk kepala Reghata pelan dan masih diiringi dengan senyuman manisnya.

"Sial. Kok jadi tambah manis sih?" Rutuk Regahata dalam hati.

"Jangan terlalu lucu, ntar gue suka." Bisik Regha pada telinga Reghata.

Mendengar pernyataan tadi, Reghata diam seribu bahasa. Dilain sisi hatinya bergejolak, seakan kata yang diucapkan Regha adalah kata yang paling ditunggunya.

"Sialan. Yakali gue jatuh cinta dalam waktu sesingkat ini? " Monolog Reghata dalam hati.

****

Sejak pernyataan satu jam yang lalu dari Regha, membuat Reghata tidak banyak bicara setelahnya. Entah ada apa, atau terjadi apa, Reghata tidak tahu. Karena beberapa pasang mata mentapnya horor sekarang. Seperti mengajak berperang, mereka seperti tidak akan mengampuni dirinya saat ini juga.

"Ada apasih sebenarnya?" tanya Reghata memberanikan diri bertanya kepada teman yang berada di sebelah kirinya. "Mungkin, ada yang suka sama Kak Regha."

"Lah terus, Nda? Hubungannya sama gue apa?"

"Ya, mungkin kak Regha suka sama lo. Mereka iri sama lo, Maybe."

Reghata menghela nafasnya panjang. Mendengar pernyataan dari Amanda yang notabennya adalah temannya membuat dirinya merasa semakin terancam. Bukan karena Amanda mengatakan Regha menyukai dirinya, tapi dirinya membenarkan bahwa dirinya memang sedang terancam.

"Lo, yang namanya Reghata?" Reghata menoleh kearah sumber suara, dia menangkap dua perempuan, senior, tengah berdiri di tempat dia duduk sekarang.

Reghata menganggukkan kepalanya, membenarkan pertanyaan senior tadi.

"Mampus, kena deh gue." batin Reghata. Ia tahu, sekarang ia berada di titik tidak aman.

"Oh, jadi lo?"

"Kenapa kak?"

"Lo yang barusan dijadiin pacar sama, Regha itu?"

"Hah?"

Senior tadi langsung menarik lengan bajunya keatas, benar-benar seperti orang yang mengajak berkelahi.

"Putusin dia." ucap salah satu senior yang matanya sipit. Lucu sih, cuman serem juga. Maksutnya sifatnya ya yang serem.

"Hah?"

"Nggak mau?" tanya senior satunya yang memiliki mata yang lebih besar.

"Bukan nggak mau. Bagaimana bisa aku mutusin dia kalau ak—"

"Kalau apa, hm?" balas Dinda dengan nadanya yang mendesak.

"Aku nggak pacaran sama kak Regha."

"Masa?" Tak yakin. Dinda masih saja mengorek informasi dari Reghata.

"Serius, Kak. Tadi, aku emang lagi ngomong sama Kak Regha. Ya tapi udah, sampai situ aja. Kak Regha nggak nembak aku, dia cuman ngajak ngobrol." Reghata berusaha menjelaskan kebenaran yang ada. Memang fakta kan, Regha mengajak nya bicara. Soal Regha yang bilang "jangan terlalu lucu nanti gue suka", Reghata fikir itu cuman lelucon.

"Jauhin Regha ya?" pinta Ghina; senior yang bermata besar sekaligus teman Dinda.

Bingung, Reghata menaikkan sebelah alisnya. Mencoba mengerti apa maksudnya. "Kok gitu?"

"Lo ada dalam bahaya." Ungkap Dinda. Yang dia tahu, orang yang menyukai Regha akan selalu mendapat masalah.

"Kenapa? aku nggak ngerti."

"Pokoknya jauh jauh aja dari Regha. Itupun kalau lo nggak mau dapat masalah." Ucap Ghina berusaha menjelaskan. Kalau di fikir fikir Reghata juga tidak akan mengerti bagaimana kondisinya, yang jelas orang yang menyukai Regha, pasti akan mendapatkan hal-hal yang tak terduga kedepannya.

"Maksudnya gimana sih Kak?"

"Pertama, belum dijadiin pacar aja yang lain udah pada heboh. Kedua, lo udah di gibahin tuh sama temen seangkatan lo. Ketiga, lo dalam bahaya kalau lo masih nerusin hal kayak gini. Bukan cuman di gibahin angkatan lo doang, angkatan diatas lo juga bakal gibahin lo. Its ok, kalau lo nggak percaya. Gue juga nggak maksa, gue cuman ngasih tau." Jawab Dinda. Berusaha menjelaskan meskipun singkat, adalah hal yang bisa dilakukan Dinda sekarang.

"Tapi kan tadi cuman ngobrol biasa, Kak."

"Iya, biasa buat lo. Tapi buat yang suka sama dia?" Dinda terus menjawab pernyataan dan pertanyaan yang membingungkan Reghata. Jujur, Dinda tidak tega saja rasanya membiarkan siswa baru dalam masalah. Terlalu dini untuk mendapatkan masalah di sekolah.

"Emang Kak Regha banyak yang suka ya?"

"Seperti yang lo liat, lo udah jadi bahan omongan sekarang. Menurut lo aja, apa lagi kalau itu bukan karena banyak yang suka sama Regha?"

Reghata terdiam. Mencerna satu persatu pernyataan dari senior tadi yang sudah ia ketahui namanya, yaitu Dinda. Dia menjadi bingung sendiri, bukan karena dia sudah terlanjur baper dengan ucapan Regha satu jam yang lalu, tapi apa harus sebegininya(?)

"Tapi poin pentingnya bukan itu sih. Temen gue suka sama Regha, dan Regha dulu pernah bilang kalau dia juga suka sama temen gue. Well, mereka emang nggak jadian sih sampai sekarang. Tapi perlu lo tau, Regha baik ke semua cewek, jadi lo jangan terlalu baper takutnya dia cuman iseng doang." Ucap Dinda lagi. Ini terakhir, setelahnya ia tidak akan memberikan peringatan apapun lagi.

"Kakak lagi jelek-jelekin Kak Regha nih sekarang?"

"Maksud lo?" Tidak terima. Niat baik Dinda malah di salah pahami oleh Reghata.

"Iya, kakak ngomong kayak gitu kerasa banget kalau kakak lagi jelek jelekin Kak Regha."

"Gue cuman ngasih tau." Ujar Dinda. Ia tak berniat menjelekkan Regha. Regha itu temannya terdekatnya. Mana mungkin ia menjelekkan temannya sendiri. Dan buat apa juga Dinda melakukannya(?)

"Iya dengan cara ngejelek-jelekin Kak Regha. Kakak pikir Kakak keren gitu?"

"Maksud lo apaan sih? Gue cuman ngasih tau. Tujuannya biar lo tau aja sifat dia kayak gimana, biar ga baperan!" Terus disudutkan, Dinda membalas ucapan Reghata yang ia rasa sangat tidak mengenakkan di dengar.

"Aku nggak baper." Reghata membuat pembelaan. Memang, sejauh tadi memang tidak. Tapi kata "Nggak baper" tadi seperti nya hanya bersifat sementara. Siapa yang tau hati akan berubah? Dalam hitungan detik saja, perasaan bisa berubah.

"Belum baper tepatnya." Ini mungkin saja. Reghata bukan tidak baper tapi belum baper saja.

"Semuanya balik ke lo, gue nggak maksa. Gue cuman ngasih tau. Apapun yang terjadi kedepannya, itu urusan lo. gue nggak ada maksud buruk, sekali lagi gue cuman pengen ngasih tau. udah gitu aja." setelah mengucapkan kata-kata tadi, Dinda dan Ghina meninggalkannya pergi. Sekarang, Reghata yang terdiam. Tidak tahu harus bagaimana.

"Yaudah lah ya, jalani aja dulu." Fikir Reghata. Jujur, dari sini Reghata tidak menyadari bahwa ia tengah mengantarkan dirinya sendiri ketempat tidak aman.

A/N:

- Hei kamu, iya kamu; senior ku dulu. Masih ingat nggak kamu pernah bilang aku lucu gara-gara kamu liat tingkah aneh ku waktu itu? hahah

Jadi kangenn, pan-kapan ketemu lagi yuk?

-Btw buat kalian yang baca, makasih ya. jangan lupa buat baca terus. Aku bakal usahain buat update sesuai jadwal.

-Maaf gabisa up tgl 20 kemaren, tapi bulan depan semoga saja bisa. doakan ya?

see you guys! :)