Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Kelana

Zea_Nime
--
chs / week
--
NOT RATINGS
6.9k
Views
Synopsis
dimanapun dunia itu, pasti akan ada kerusakan. karena itulah setiap dunia memerlukan sang penyelamat untuk memperbaikinya. pertemuan levi, vira dan rin dengan putri luna mengawali rentetan pertualangan untuk menyelamatkan dunia.
VIEW MORE

Chapter 1 - Kedatangannya

Pulau Aranshaz

Terlihat dari ketinggian sebuah pulau yang didominasi oleh pepohonan. sekilas pandang pulau tersebut tidak layak dihuni bagi manusia karena aura mistik yang disuguhkan, kesan pertama yang muncul bagi siapapun yang melihatnya adalah seolah-olah pulau itu memiliki nyawa. setiap bagian pulau itu seolah mengawasi sekelilingnya, tatapannya seakan-akan menghadirkan tekanan berupa ancaman kepada siapapun yang berani mendekatinya. pulau itu oleh beberapa orang dikenal sebagai tempat awal dan akhir dikarenakan adanya sebuah legenda yang menyebutkan bahwa pulau itu merupakan tempat di mana Manusia pertama di turunkan kebumi. mereka yang mempercayai hal itu menganggap pulau itu sebagai pulau suci. namun sebagian besar dari yang lain mengenalnya sebagai pulau persembahan atau pulau terkutuk. bukan sekedar legenda ataupun rumor, akan tetapi begitulah yang mereka yakini dari para pendahulunya. pulau yang kini hanya dianggap sebagai tempat terlarang itu disebutkan bernama pulau aranshaz.

" aaah seandainya waktu bisa diputar kembali.. hufft " keluh Ron sambil menendang keras hewan buas berwujud serupa gorila tepat di rahangnya. efek yang ditimbulkan dari usaha ron dengan tubuh gempalnya menciptakan gelombang teratur disekujur tubuh berlemaknya.

" bodoh!, kamu fikir waktu itu apa? " saut levi kurang suka seraya menghindari dengan mudah semburan api yang datang dengan sangat cepat dari hewan buas serupa singa. gerakan cepat levi yang seolah menghilangkan tubuh berukuran sedangnya itu disebut percepatan. sebuah pergerakan yang saat pengaplikasiannya hampir mirip seperti kemampuan Teleportasi dikarenakan juga memanipulasi Waktu.

" hah? waktu ya waktu, itu loh yang ada di tanganmu " jawab ron sambil melompat menuju hewan buas serupa burung gagak diiringi menunjuk benda yang di maksud lalu meninju telak paruh dari hewan buas tersebut.

" ini maksudmu .. hyaa " levi menunjukkan benda berbentuk mirip gelang yang terdapat penunjuk waktu dibagian atasnya diteruskan dengan melontarkan bola cahaya berwarna merah menyala dan berakhir meledak saat mengenai hewan buas serupa singa tadi.

ron mengangguk bingung seraya mendarat kembali ketanah.

" inikan cuma penanda dari perputaran planet kita, kalau kamu mau dan sanggup putar saja planet kita kembali " ujar levi sekenanya.

" nah loh, iya juga ya.. hmm tapi.. " ucap ron tersadar.

" itu dia, persepsimu tentang waktu itu yang salah, hmm dan bisa jadi kalimat yang seharusnya kamu ucapkan adalah andai aku bisa kembali pada kejadian itu " ungkap levi. dalam benaknya, levi berkeyakinan Waktu itu bukan sesuatu yang bisa dimaju-mundurkan. levi mengartikan waktu sebagai seberapa lama hitungan dari sebuah kejadian, dimana setiap hitungan memiliki patokan yang berbeda-beda. levi mengambil contoh dari percepatannya. secara tekhnik percepatannya memanipulasi waktu dengan merubah patokannya yang semula berpatok pada perputaran bumi ditambah kecepatan gerak normalnya menjadi berpatok pada kecepatan suara ditambah penguatan fisik serta kecepatan gerak yang ditingkatkan oleh sihir. artinya jika seseorang berkata " kembali pada waktu itu " berarti sama saja kembali pada perhitungan awal dengan memutar apa yang menjadi patokannya. apa itu mungkin? memutar bumi mungkin masih mungkin terjadi tapi apakah kejadian yang terjadi pada saat itu akan terulang? jawabnya lebih ke tidak bahkan levi memustahilkan hal itu. mereka yang memiliki konsep kembali ke masa lalu atau datang ke masa depan dianggapnya mempercayai hal konyol karena mana mungkin kejadian yang terulang atau yang akan terjadi hanya berlaku untuk pribadi yang mengalaminya sedangkan pada keyakinan levi yang dikembalikan atau dimajukan itu adalah apa yang menjadi patokannya, itu artinya semua makhluk yang ada seharusnya terlibat baik itu secara ingatan maupun secara kehendak dan itu tidak akan merubah keadaan apapun karena yang dikembalikan atau di majukan hanyalah Hitungannya.

" begitu ya... aaaah makin gak mungkinkan.. ck bingunglah "

" fu fu fu " tawa vira seraya berjalan dengan gagahnya. bisa dibilang vira menyia-nyiakan tubuh seksinya dengan cara jalannya itu. seharusnya dengan balutan busana yang menyegarkan mata itu menjadi sebuah kelebihan jika vira bertindak secara anggun.

" lagian kamu ron sampai segitunya " lanjut vira saat menghentikan langkahnya.

" hei vira, untuk apa bangkai hewan buas itu " tanya levi bingung seraya pandangannya tak lepas dari hewan buas serupa kambing yang ada pada sisi kiri vira.

" stock makanan " jawab vira enteng lalu menaik turunkan tangan kanannya seolah sedang memotong sesuatu, bersamaan itu disekitarnya muncul hembusan angin. tidak lama kemudian tubuh bangkai hewan buas serupa kambing disampingnya terbagi atas dua yakni tulang belulang dan potongan daging.

" wuah kamu memang pengertian viraa.. emm tapi yang tadi vira, itu putri raja loh, kalau kita mengantarkannya kekerajaan pasti kita dapat hadiah besar " ucap ron.

" apa kamu yakin? "

" eh "

" coba fikir baik-baik, kenapa seorang putri raja bisa sampai berada ditempat seperti ini "

" itu karna dia diculikkan, begitu yang dikatakannya kan? "

" disaat seperti ini? culik! yang benar saja, penculik manapun pasti lebih memilih keselamatannya dan apa kamu lupa soal masalah tentang bangsa jin yang diceritakannya "

" be,benar juga sih, jadi kenapa? "

" yah kemungkinan terbesarnya dia dijadikan tumbal bukan! " duga levi cukup yakin.

" maksudmu sang putri dijadikan tumbal untuk bangsa Jin, bagaimana bisa? lagipula kalau memang benar begitu seharusnya dia tidak berada di pulau yang di benci oleh bangsa jin ini bukan? " ron sungguh tidak mengerti.

" entahlah, mungkin saja pihak kerajaan berfikir bangsa jin tertarik dengan wanita cantik tapi bangsa jin berfikir sebaliknya karna itu dia dibuang ketempat ini " jawab vira asal tebak dengan nada bercanda.

" yang benar saja, ... " ucap ron rada serius.

" itulah kenapa aku tidak mau berurusan dengan sesuatu yang tidak jelas pangkal ujungnya " ungkap levi.

" haaaah, sayang sekali " keluh ron.

sayangkah? levi kembali mengingat saat dirinya bertemu sang putri. ketika itu sang putri dalam keadaan duduk tersandar di batang pohon besar, kondisi fisiknya cukup memprihatinkan. bukan hanya pakaian mewahnya yang tampak lusuh, bagian tubuh yang terlihat juga tampak kotor, jelas sekali ia tampak dalam keadaan yang lemah sampai-sampai mengangkat tangannya saja ia terlihat kepayahan.

" tolonglah saya " begitu pelan suara sang putri hingga vira harus mendekati mulut sang putri untuk mengetahui apa yang diucapkannya.

Vira lantas bergegas meminumkan Air zam-zam kepada sang putri, secara perlahan akhirnya keadaan sang putri membaik bahkan terlalu baik sampai-sampai ia dengan semangatnya merengek meminta bantuan agar dipulangkan ketempat asalnya. meski sudah ditolak mentah-mentah oleh levi tapi masih saja sang putri merengek bahkan memaksa dengan penawaran yang menggiurkan. ketika itu sang putri menyatakan siap memberikan hadiah yang setimpal nantinya " emas, tanah, bahkan .... "

" tubuhnya " gumam levi masih tidak percaya dengan ucapan terakhir sang putri saat itu.

" hwoo, kamu ternyata tertarik ya sama TUBUHNYA " bisik vira dengan penekanan yang mencengkam diakhir kalimatnya.

sontak levi kaget, bukan hanya karena suara yang tiba-tiba terdengar didekat telinganya atau kata TUBUHNYA yang juga membuatnya merinding tapi levi lebih kaget karena suara hatinya ternyata menjadi suatu ucapan tanpa disadarinya.

" loh, kok bisa " tanya levi bingung

" apanya? " balas vira ikutan bingung.

" ah gak ada apa-apa kok " ucap levi menyadari.

" oi, ada yang harus kamu jawab levi, apa maksud ucapan lirihmu barusan, jangan bilang kamu tergoda dengan keseksian sang putri tadi "

" konyol, aku hanya tidak percaya karna dia bahkan menawarkan tubuhnya "

" benarkah " selidik vira.

" ayolah, jika kamu mau mendesak dengan tudingan seperti itu maka si ron lebih layak kamu pojokkan karena jelas tadi dia terus-terusan menatap bagian yang menonjol dari putri tadi "

" hei hei jangan libatkan aku dengan perseteruan suami istri kalian " ron tidak terima.

" kami bukan suami istri! " ucap keras levi dan vira serentak.

" tapi benarkan kamu lebih tertarik dengan hadiah tubuhnya " lanjut ucap levi dengan nada biasanya.

" so soal itu... karena aku lelaki sehat " jawab ron lalu tertawa riang.

" sehat kepalamu petak " ucap vira kesal.

setelah kekesalannya mereda, vira lalu melihat sayu levi.

" levi, apa kamu benar-benar yakin menolak permintaannya, aku tahu kamu membenci keberadaan mereka tapi aku rasa dia tidak seperti yang lain " vira tampak khawatir.

" aku tahu itu tapi tetap saja apa yang mengganjal tidak mudah disingkirkan, aku rasa aku tidak mampu melakukannya kecuali dia yang berusaha menyingkirkannya "

" itu artinya "

" eh apa sih " ron asli gak ngerti.

" semua tergantung padanya, jika dia menyerah berarti sampai disitulah keinginan sejatinya " ucap levi.

" ternyata begitu, syukurlah.. " ucap vira lega.

" yah lagian aku bukan pahlawan atau semacamnya, membantunya karena kasihan huh! "

" ya, ya, emm ... " ucap vira seraya menoleh kebelakang karena mendengar sesuatu.

" hei levi, kamu hanya akan membantu dengan syarat orang itu layak untuk di bantu bukan " vira lantas tersenyum.

" hmm ya... "

" kalau begitu kamu pastinya akan membantu dia bukan, lihat... " tunjuk vira.

" hee boleh juga, apa itu artinya dia bukan putri yang bisanya cuma main ditaman ya " ucap levi.

" waa tuan putri " seru ron kegirangan.

" dasar penolong tidak tahu diri! " ucap sang putri yang muncul dari balik celah antar dua pohon rindang.

" hohow ada ya penolong seperti yang kamu bilang barusan "

" itu kamu, kalau mau jadi penolong kenapa harus nanggung, tolongin sampai akhir dong, tanggung jawab itu penting, dasar pria sok keren " ungkap sang putri menggebu-gebu.

" vira, lupakan saja ucapanku yang tadi " ucap levi jengkel.

" hehei, jangan begitu ah... " tahan vira

" dan kamu jangan seenak.. " ucapan vira terpotong

" kamu juga, dasar wanita dada rata! "

" @#$%$@@$%^! "

" duak " suara yang bisa dianggap jitakan mesra tapi sangat keras.

" a...duh, sakit , kenapa kamu memukul kepalaku, wanita da...d. "

" hah! "

sang putri mengkerucut demi melihat sosok vira yang tampak begitu mengintimidasi dengan kepalan kedua tangannya yang saling beradu.

" ma..maaf " ucap sang putri pada akhirnya dengan senyum yang dipaksakan.

******

di sebuah danau ber-air yang terlihat merah muda karena cahaya bulan menjadi sebuah pemandangan yang kontras dengan sekelilingnya, dimana pohon-pohon besar nan munjulang teramat tinggi seolah memagarinya. bagaimana bisa? mungkin itu menjadi ungkapan pertama kali bagi siapapun yang menyaksikannya, hal itu dibuktikan oleh levi yang heran ditambah kagum setelah melihatnya. levi mempunyai beberapa dugaan, namun yang paling kuat diantaranya adalah danau yang ia kenal sebagai danau Zesta di lindungi oleh semacam kekuatan sehingga pepohonan dan makhluk buas disekitarnya dijadikan sebagai para penjaga. bagaimana tidak, di siang hari saja mereka sering dibutakan arah oleh ilusi jalur pepohonan, entah sudah berapa kali mereka dibuat kembali pada tempat dimana mereka mulai mengawali langkah. di malam hari, kesulitan kian terasa dengan adanya kabut hitam yang semakin menambah gelapnya malam, dan mereka juga diharuskan menghadapi hewan-hewan buas yang coba menghadang dengan menggunakan kemampuan tingkat ke enam. levi kini mengerti kenapa para bangsa jin tidak lagi menginjakkan lagi kakinya di pulau aranshaz ini karna kenyataannya para hewan buas memiliki kekuatan yang jauh lebih besar dibandingkan bangsa jin. setidaknya satu hewan buas yang terlemah sebanding dengan seorang panglima besar dari bangsa jin. jika bangsa jin saja memilih tidak terlibat apalagi manusia, bahkan manusia berstatus pengembara legendaris saja menolak mengunjunginya, hanya manusia bodoh yang bisa berakhir di pulau Aranshaz, kecuali bagi levi dan kedua rekannya. karena hai ltu pula levi merasa sedikit kagum dengan manusia selain dirinya dan kedua temannya apalagi manusia itu berjenis kelamin perempuan masih memiliki nyawanya saat berada di pulau Aranshaz. keajaiban atau keberuntungan, entahlahlah, dikedalaman hutan tempat wanita itu duduk tersandar di pohon seharusnya hewan buas jenis apapun siap mengakhiri hidupnya. namun keadaan wanita itu hanyalah sekarat karena kelelahan, kelaparan dan kehausan saja. bisa ditebak wanita itu kelelahan akibat mencari sumber makanan dan minuman yang pada dasarnya tidak ada di pulau aranshaz. pepohonan yang ada tidak ada yang berbuah, sumber air hanya ada di danau zetra yang pastinya mustahil ia capai karena ilusi jalur pepohonan. apa mungkin wanita itu di berkati karena statusnya sebagai putri kerajaan? levi tidak mau menerima itu, setidaknya levi enggan menyetujuinya karena sifat sang wanita itu yang dianggapnya tidak layak diberkati. wanita itu terlalu lepas kendali! tidak bisa menjaga sikap, tidak ada anggun-anggunnya, tidak ada karismanya. yah meski begitu levi harus mengakui daya tarik tubuh wanita itu secara keseluruhan, cantik sekali begitulah menurut levi. sayangnya, kecantikan wanita itu seketika luntur bagi levi disebabkan cara bicaranya yang tidak ada manis-manisnya, apalagi cara makannya itu....

" oi kamu, bisa gak makannya tidak kesetanan begitu " tegur levi pada akhirnya karena mencapai batas kejijikannya. baru kali ini levi melihat seorang wanita apalagi berstatus putri memakan makanan yang hanya berupa daging bakar seperti cara makan orang yang sudah berhari-hari tidak makan. vira yang terbilang kelelakian saja masih ada jiwa keanggunan saat ia kelaparan atau memakan makanan yang disukainya.

" beriswik! inwi dwaging bwakar yang swelama iwni akwu impwikan, ah dan bwerhenti mwemanggilku oi, aku punya nama, nwamaku.. Luna! " jawab luna dengan mulut dan tangannya tidak berhenti beraktifitas.

" pwuh " ron menahan tawa. melihat seseorang yang lebih rakus darinya secara naluri ia ingin tertawa tapi ron masihlah lelaki yang mencoba menjaga imej, apalagi didepan seorang putri yang ditaksirnya.

sementara vira tersenyum kecut lalu tertunduk sambil menepuk jidatnya.

" anu putri luna, anda kan seorang putri, masa daging bakar yang tidak berbumbu itu menjadi makanan impian anda sih " tanya vira tidak habis fikir.

" wanita dad.. "

" hah! " bentak dan ancam vira.

" em nona vira, justru karena saya seorang putrilah maka selama ini daging bakar hanya menjadi makanan impianku, selama hidupku apapun itu diatur, setiap hari menu makanan telah ditetapkan dan menu yang katanya untuk kalangan kerajaan itu tidak ada daging bakarnya " jelas luna.

" begitu, tapi putri luna anda kan bisa memintanya " tanya vira heran.

sang putri luna tiba-tiba terdiam, perlahan ia menjauhkan daging bakar yang hampir bersarang dimulutnya seraya bertanya " apa nona vira tidak mengerti apa artinya diatur! "

vira tersentak, ia merasa bersalah, raut mukanya jelas menunjukkan ketidak-enakan hatinya atas pertanyaannya tadi.

" maaf " vira memelas sepenuh hati.

" sebegitu ketatkah kehidupan dikalangan atas " levi bertanya santai mencoba memecah suasana yang mulai terasa berat.

" begitulah, sampai jodohku juga diatur dan begitu pula .... nyawa-ku " jawab putri luna seraya menatap sayu levi.

levi sontak mengalihkan pandangannya kearah danau saat putri luna tersenyum. senyum itu manis tapi jelas sekali dipaksakan sehingga ada dua sisi yang berkecamuk di hati levi, berdebar dan terenyuh. belum lagi levi tidak menyangka jika sang putri akan bertingkah seperti itu, terlalu berlawanan dengan sikap lepas kendalinya.

" yah, kamu hanya perlu memberontak saja kan " ucap levi sekenanya sesuai kepribadian aslinya dikarenakan masih dilema antara berdebar dan terenyuh, biasanya levi akan berbicara setelah berfikir terlebih dahulu dan ucapannya bisa jadi bertolak belakang dengan apa yang sebenarnya ingin ia sampaikan, tergantung situasi dan kondisi. untuk kondisi seperti ini seharusnya levi biasanya berakhir dengan ucapan palsunya.

" aku tidak punya kekuatan untuk itu, jika hanya mengandalkan diriku sendiri maka hanya akan melukai orang-orang disekitarku " jawab putri luna seraya ikut memandangi danau.

" apa maksunya itu putri luna? aku sangat tidak mengerti, bagaimanapun anda itu anak dari sang Raja, seharusnya anda memiliki kekuasaan, artinya anda mempunyai kekuatan yang cukup bukan? " tanya vira.

" tidak, tidak seperti itu, yang benar adalah... aku, aku hanya dimanfaatkan untuk kekuasaan, secara pribadi aku tidak di beri kekuasaan apapun, saat aku melakukan sesuatu sesuai keinginanku maka kekuasaan itu pasti merenggut apa yang berharga bagiku " ucap luna lalu terisak.

ketiga orang yang menyaksikan sang putri yang terlihat rapuh saat itu menampilkan reaksi yang berbeda. Ron meleleh air matanya di iringi dengan rengekan menyebut " putri lunaaaaa " seperti anak kecil yang tidak dibelikan mainan yang ia mau oleh orangtuanya. vira merangkul kedua kakinya dan membenamkan wajahnya diantara kedua lengannya, ia lagi-lagi berkata " maaf ".

sedangkan levi terdiam geram. ia lalu melihat putri luna yang tersenyum sambil terisak dengan air matanya yang deras mengalir, semakin geramlah levi dibuatnya.

" levi, aku sudah memutuskan, aku akan membantu putri luna! " seru vira yakin dan jelas menunjukkan kemantapan dari tatapannya yang tampak begitu menghujam.

" aku juga! " ucap ron tidak kalah mantap.

levi masih terdiam namun raut kegeramannya perlahan memudar. levi tidak menyangkal bahwa putri luna pantas di beri bantuan tapi ....

" hah.. kalian ini ya, bukankah sudah kuperingatkan jika kalian seperti ini maka entah berapa banyak orang yang harus kita bantu " ucap levi seraya kembali menatap danau.

" tapi kali ini kan berbeda " ron menanggapi.

" apanya yang berbeda, apa itu karena dia seorang putri begitu " ucap levi.

" maaf jika aku ini seorang putri " sela putri luna lemas.

" levi! " seru vira penuh harap.

" ck, aaaaaaah... pokoknya tidak ya tidak.. pokoknya tidak ada perlakuan khusus.. dia harus tetap diberikan ujian " ucap levi tegas.

" ujian? " putri luna bingung.

" hah, mau bagaimana lagi... " ucap vira memahami levi.

" begini ya putri luna, pria itu.. " lirik vira sadis.

" huh " levi membuang muka.

" ..... pria yang angkuh terhadap prinsip kepahlawanannya " lanjut vira.

" aku bukan pahlawan! " protes levi.

" ya.. ya... jadi begini putri luna, berjuanglah agar diakui oleh pria angkuh itu " ucap vira.

" diakui? aku harus melakukan apa? " tanya putri luna bingung.

" apa saja, yah pokoknya berjuanglah, aku berani memberi jaminan meski dia itu pria terangkuh didunia ini tapi dia juga pria yang sangat bisa diandalkan bahkan mungkin hanya dia yang ... "

" cukup vira... " potong levi seraya berdiri.

" dengar luna, aku ini bukan pahlawan, aku bukan orang suci, bagiku tidak ada yang gratis didunia ini, karena itu jika kamu menginginkan bantuanku maka tunjukkanlah bahwa kamu tidak menyukai sesuatu yang gratis "

putri luna beranjak bangun lalu menghadap pada levi, dengan senyum yang seolah mengejek ia lantas berkata " aku tahu kamu bukan pahlawan, lagian mana ada pahlawan yang sok keren sepertimu, yah aku tidak terlalu mengerti apa yang kamu maksud dengan ucapanmu tentang tidak menyukai sesuatu yang gratis tapi... "

luna mengulurkan tangannya seraya lanjut berkata " aku akan berjuang! mohon kerja samanya "

levi menyambut uluran tangan putri luna dan menjabat tanganya.

" selamat berjuang " ucap levi tersenyum menantang.

putri luna membalas senyuman yang tidak kalah menantang namun tidak lama kemudian tersenyum sangat manis dengan rona memerah dipipinya " terima kasih karena mau memanggil namaku "

hanya lelaki tidak normal yang tidak berdesir hatinya setelah disuguhkan hal seperti itu, levi masih normal jadi sudah pasti ia berdebar hatinya namun levi mencoba menutupi debarannya dengan ucapan kakunya " ya,yah karena itu namamu kan "

putri luna terbengong sesaat " mmffh, ya luna namaku, tapi selain ibuku hanya kamu yang memanggilku dengan luna saja tanpa embel-embel putri " ucap luna lantas kembali tersenyum manis.

levi terdiam, levi bingung mau menanggapinya seperti apa. levi panik, padahal levi tipe yang cuek apalagi untuk berinteraksi dengan wanita. vira saja jadi korban kecuekannya padahal vira terbilang tidak kalah cantik dibanding dengan putri luna, setidaknya vira bukanlah wanita yang bisa dihadapi tanpa merasa akan adanya gejala panik. namun baru kali inilah levi merasakan kepanikan.

" aaaah sudah, sudah, salamannya " vira menengahi dengan melepas paksa jabatan tangan luna dan levi lalu memasang wajah cemberut model menggembungkan sebelah pipinya yang diarahkan kepada levi.

" ke,kenapa kamu vira, sakit gigi " tanya levi polos.

Vira menjawabnya dengan tinju super tega tepat di perut levi.

levi spontan tertunduk sambil merintih menahan sakit " ugh.. ke..kenapa sih dia "

" levi bodoh! " ucap vira keras.

" maaf kawan, kamu itu sebenarnya pintar atau bodoh sih " tanya ron menahan tawa sambil menepuk-nepuk punggung levi.

" hah? orang bodoh sepertimu bisa-bisanya bertanya seperti itu " jawab levi kesal.

" uwaduh pfft berarti kamu lebih bodoh dari aku kawan " ucap ron lalu tertawa lepas.

luna ikutan tertawa.

levi sebenarnya tidak senang tapi karena tidak mengerti apa yang di tertawakan ia lebih memilih menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

" cih, ya sudahlah.. kalian berdua, sepertinya sudah tiba waktunya " ucap levi sambil melihat penunjuk waktu.

" ya aku tahu " jawab vira ketus.

malam sudah sampai pada pertengahan. saat itu posisi bulan entah mengapa seolah terlihat berada tepat di atas danau. ketika tiba-tiba danau memancarkan cahaya terang dari segala penjuru tepian, sedetik kemudian pilar cahaya yang tampak berasal dari bulan menghujam danau.

kontan saja luna berteriak histeris lalu merangkul lengan levi. vira yang sempat menyaksikan itu sebelum akhirnya menutup mata dengan lengannya bergumam " levi bodoh ".

butuh waktu semenit agar bisa melihat apa yang selanjutnya terjadi.

" Wahai kalian jiwa yang tidak berarah, siapakah gerangan kalian? " suara itu terdengar padat dan terkesan penuh wibawa.

Mendengar pertanyaan itu levi dan yang lainnya serempak melihat kearah tengah danau. dilihat oleh mereka sesosok manusia bersayap yang dihiasi butiran kilau warna warni cahaya.

Vira menjawab dengan gaya yang sopan dan tutur yang santun " Wahai jiwa yang suci, kami hanyalah manusia yang mengharap kesucian "

levi melepas rangkulan luna lalu maju beberapa langkah hingga ia berada paling depan seolah dialah yang memimpin orang-orang dibelakangnya. vira tampak panik menyaksikan itu, setidaknya vira tahu bagaimana sikap levi dengan gestur tubuhnya yang sekarang, kepala mendongak dan kedua tangan memegang pinggangnya, sombong!

" langsung saja, aku yang ada perlu dengan anda wahai jiwa pemanggil, aku minta anda membatalkan pemanggilan sang penyelamat! "

" pertama, siapa namamu.. " tanya sang jiwa pemanggil seraya menatap tajam levi penuh arti.

" hah, levi arhakam " jawab levi malas.

" kedua, apa alasanmu dengan kemauanmu itu? "

" karena Aku sendiri sudah cukup untuk menyelamatkan duniaku sendiri " jawab levi yakin.

" baiklah, jika begitu permintaanmu tidak dapat terpenuhi "

levi berubah menegang, tatapannya begitu tajam.

" jaga sikapmu wahai jiwa yang sombong... jika kau berfikir bahwa dengan kekuatanmu saat ini kau bisa menyelamatkan dunia ini maka kau sudah salah besar " ucap sang jiwa pemanggil meninggikan suaranya. kedengarannya begitu menekan perasaan. mereka yang memiliki mental biasa maka akan berakhir dengan wajah pucat ketika mendengarnya, seperti luna saat ini.

" omong kosong! " seru levi keras seolah menyaingi tekanan dari sang jiwa pemanggil. akibatnya sekitaran danau berubah seperti terkena tekanan gravitasi yang amat tinggi hingga sanggup mematahkan beberapa batang pohon.

" levi! " seru vira menghampiri.

" kau jangan ikut campur vira " levi menatap sinis vira.

vira bingung harus bagaimana menanggapinya. disatu sisi ia tahu saat ini levi tidak bisa dihentikan dengan ucapan biasa, disisi lain jika tidak dihentikan maka akan membuat luna berakhir kehilangan kesadarannya. vira melirik luna yang sudah sampai gemetaran bersimpuh ditanah dengan mendekap tubuhnya sendiri.

" hmm " gumam vira ketika tiba-tiba merasakan hilangnya tekanan. vira merasa sedikit lega karenanya.

" apa kau berfikir karena mampu mengalahkan para penjaga hutan ini maka kau menganggap kekuatanmu itu cukup? " tanya sang jiwa pemanggil.

" bahkan itu tidak sampai dari setengah kekuatanku yang sebenarnya " jawab levi dingin.

" jadi begitu, kau pasti berasal dari ras campuran bukan?! "

" huh, apa karena itu anda menolak permintaanku " jawab levi kesal.

" tentu saja tidak! ada beberapa alasan, tapi yang paling mendasar adalah bahkan kekuatan penuhmu hanya secuil dari kekuatan yang nantinya di miliki oleh sang penyelamat "

" kau meremehkanku! " levi marah dengan kobaran aura biru di kedua tangannya.

" hentikan tindakan bodohmu! " ucap sang jiwa pemanggil datar namun entah mengapa begitu jelas dan terkesan penuh ancaman.

" levi " panggil vira seraya memegang lembut tangan kiri levi. hanya itulah usaha yang bisa dilakukan vira untuk meredam emosi levi karena ucapan apapun sudah pasti tidak didengar oleh levi.

secara berangsur aura biru dikedua tangan levi memudar dan akhirnya sepenuhnya menghilang.

" dengar, asal kau tahu, apa yang kau tahu tidaklah seperti yang seharusnya, siapa musuhmu, apa yang harus kau selamatkan sangatlah berbeda dengan apa yang aku tahu " ucap sang jiwa pemanggil.

" apa maksud anda " tanya vira sangat penasaran.

" kenyataannya... "

sang jiwa pemanggil menceritakan sesuatu. butuh waktu yang tidak sebentar untuk menyelesaikan apa yang ia sampaikan. hingga sampai akhirnya ia berkata " begitulah yang sesungguhnya " dan ceritapun berakhir dengan ekspresi semua orang tercengang.

" ti..tidak mungkin.. " luna bergetar menahan ketakutannya. namun ia masih melanjutkan perkataanya.

" jadi legenda itu benar-benar ada "

" legenda? " levi mengernyit.

" itu hanyalah sesuatu yang hanya bisa kamu dengar di cerita pengantar tidur untuk kalangan anak bangsawan " jelas luna.

" begitu ya "

" apa kau sudah mengerti? masihkah kau dengan kesombonganmu? " tanya sang jiwa pemanggil.

" yah setidaknya aku tahu tidak ada alasan bagimu untuk mengarang cerita, tapi aku tetap tidak ingin duniaku diselamatkan oleh dia yang bukan berasal dari duniaku! "

" jadi apa kemauanmu sekarang? "

" aku tidak lagi perduli dengan pemanggilanmu, aku hanya perlu menyelamatkan duniaku lebih dulu dibanding dia yang kau panggil "

" terserah jika itu kemauanmu tapi... "

levi bersiaga karena aura mencekam yang berasal dari sang jiwa penyelamat membuatnya merinding.

" bisa dibilang kalian sudah menggangguku, seharusnya sang penyelamat sudah ada didunia ini sejak dua jam yang lalu namun karena kalianlah itu tidak terjadi, karena itu aku mengharuskan kalian menjadi orang-orang yang menggantikan mereka yang seharusnya menyambut sang penyelamat " ungkap sang jiwa pemanggil.

" aku menolak " jawab levi cepat.

" wusshh " seketika hembusan aura yang begitu menekan hingga menciptakan riak air di danau layaknya tumpukan cincin berbeda ukuran dari yang terkecil menuju ke terbesar di tepian danau. tidak sampai disitu, percikan air-pun mengenai levi dan yang lain bagai rintikan hujan.

levi sedikit menelan ludah. luna menunjukkan ekspresi yang lebih parah dari sebelumnya seolah melihat sesuatu yang paling mengerihkan didunia. sedangkan ron terduduk dan jelas ketakutan.

sementara itu vira meski kakinya bergetar namun ia membuat tubuh levi membungkuk dengan menekan paksa kepala levi.

" ma..maaf atas kebodohan rekan saya ini wahai jiwa yang suci, kami pasti menyanggupi keharusan dari anda, tentu saja dengan kerelaan hati, bukankah begitu wahai rekan baikku, levi " ucap vira pada akhirnya. situasi kali ini berbeda dengan sebelumnya. vira tahu betul apa yang disuguhkan oleh sang jiwa pemanggil barusan merupakan ancaman diluar batas kemampuan mereka bertiga. perbedaan itu terasa begitu jauh. jika dibiarkan begitu saja bisa dipastikan mereka berakhir mengenaskan.

vira lalu ikut membungkuk diakhir kalimatnya.

" apa yang kau bill... " ucap levi terputus

sambil terus mencoba memberontak dari tekanan vira namun ia dibuat tak berkutik saat dilihatnya vira dengan mata yang melotot berkata mengancam " I.Y.A.K.A.N "

" I..iya " jawab levi kecut. bagaimanapun levi juga tahu situasinya saat ini. diluar perkiraanya perbedaannya begitu jauh. menuruti keegoisan atas nama harga dirinya merupakan kebodohan, levi menyadari itu. jika bukan karena vira, dirinya tentu menuruti kebodohannya itu.

" jadi begitulah wahai jiwa yang suci " ucap vira seraya menegakkan tubuhnya dan menjambak rambut hitam levi hingga levi terpaksa ikut berdiri tegak kembali.

" hmm menarik, ternyata dari dahulu kala pola wanita diatas kemauan lelaki masih saja berlaku.. baiklah kalau begitu " komentar sang jiwa pemanggil.

" hah, apa maksudmu, yang ben.. duh "

" diam! " ucap vira lembut seraya mencubit keras sisi perut levi.

" wahai wanita siapa namamu "

" Vira anastirani, wahai jiwa pemanggil "

" baiklah, dengan ini aku percayakan bimbingan sang penyelamat padamu vira anastirani, terimalah ini " ucap sang pemanggil seraya mengeluarkan bola cahaya seukuran genggaman tangan lalu diterbangkan perlahan menuju ke posisi vira berada.

" a,apa ini " tanya vira sedikit gugup.

" jangan khawatir, itu adalah cahaya pengetahuan, terimalah "

vira ragu-ragu menjulurkan tangannya. tiba-tiba levi meraih tangan vira dan berkata tegas " jika kamu tidak mau katakan saja kamu tidak mau "

" a,apa kamu mengkhawatirkanku levi ? "

" hah?! apa yang kamu maksud, sudah pasti karena aku tidak suka dengan pemberian makhluk itu dong " ucap levi enteng.

" bodoh! " ucap vira kesal sambil meninju keras perut levi. tanpa memperdulikan levi yang ambruk akibat ulahnya, virapun mengambil bola cahaya.

" dekatkan itu pada keningmu " ucap sang jiwa pemanggil.

vira menuruti. ketika itu bola cahaya bergerak maju tanpa dorongan dari tangan vira atau lebih tepatnya bola cahaya itu melepaskan diri dari genggaman tangan vira dan perlahan memasuki kening vira.

" splash " saat bola cahaya sepenuhnya masuk, seketika muncul cahaya terang yang menyelimuti tubuh vira untuk beberapa saat. cahaya itu lenyap beriringan dengan berubahnya warna pupil mata vira menjadi hijau muda.

" jadi begitu?! " ucap vira penuh misteri.

" apanya " tanya levi heran.

vira diam saja.

" kini tiba saatnya memanggil sang penyelamat " ucap sang jiwa pemanggil.

" saya sangat menantikannya " ucap vira dengan intonasi yang begitu sopan.

" hah " gumam levi heran melihat vira yang tampak berbeda. apa-apaan itu ucapannya barusan dan sikap tubuhnya yang begitu anggun seperti gadis bangsawan saat menyambut orang penting, itu bukan vira! begitulah batin levi.

" he, hei levi.. ada apa dengan vira-mu itu " tanya ron berbisik.

" mana ku tahu! " jawab levi lirih.

" kalian diamlah! " perintah vira lembut lalu tersenyum manis.

" hah?! " gumam levi dan ron kompak. mereka bingung, apa mungkin obrolan ala berbisik mereka dianggap kebisingan? mana mungkinkan? levi dan ron saling pandang dan mengucapkan kalimat yang sama " mengerihkan, siapa dia? "

' bak,buk ' begitulah backsound yang terdengar saat dimana levi dan ron dihajar vira hingga terbaring ditanah.

" a, anu nona vira, apa kamu baik-baik saja " tanya luna sambil melihat keadaan levi dan ron dengan ekspresi tidak percaya.

" apa anda beranggapan sama seperti kedua insan tidak berbudi itu, tuan putri luna " ucap vira dengan senyuman mawar berduri.

" hiii.. ten..tentu saja tidak " ucap luna kecut lalu menunduk.

" bi..bisa saya mulai " ucap sang jiwa pemanggil terdengar ragu.

" wah, wah, maafkan kami karena telah membuat anda menunggu, wahai jiwa yang suci " ucap vira masih dengan senyum mawar berdurinya.

" be..begitu ya " ucap sang jiwa pemanggil seraya mengalihkan pandangannya dari senyuman vira menuju dimana bulan berada.

" a..apa aku telah memilih orang yang salah ya " gumam sang jiwa pemanggil sambil mengadahkan tangannya mengarah pada bulan.

" fu, fu, fu, saya mendengarnya loh wahai jiwa yang suci " ucap vira.

" hmm a..aku tidak berkata apa-apa tadi "

" fu, fu, fu, begitu ya, saya akan menganggapnya begitu juga "

sang jiwa pemanggil terlihat menghembuskan nafas. tidak lama kemudian ia lalu merenggangkan kedua tangannya yang semula mengadah seolah sedang membuka sesuatu dengan diiring ucapan " Transfer "

seketika muncul pilar cahaya dari arah bulan yang menghujam menuju tempat dimana vira berada.

' splash ' saat kilau cahaya menghilang terlihatlah seorang pemuda bertubuh sedang dengan busana yang rapi. pemuda itu celingukan dan berakhir mendongak melihat orang didepannya.

" selamat datang wahai yang dinanti, wahai sang penyelamat saya vira dengan ini menyatakan kesetiaan saya " ucap vira begitu anggun lalu bersimpuh dengan cara yang elegan seperti seorang pria yang sedang menyatakan cinta kepada gadis pujaannya.

namun sang pemuda menatap uluran tangan vira dengan ekspresi mengernyitkan keningnya. setengah menit kemudian sang pemuda mengatakan sesuatu.

" xxxxx xxxx ? "

" hah? " gumam vira.

" benar juga ini akan jadi sebuah masalah jika kalian tidak mengerti bahasanya " ucap sang jiwa pemanggil.

" begitu?! karna sang penyelamat berasal dari Bumi yang berbeda maka bahasanya pun berbeda dengan kami ya " ucap vira menganalisa.

" tidak sepenuhnya benar, kenyataannya bahasa yang kalian pakai merupakan salah satu bahasa yang ada di bumi tempatnya berasal, masalahnya dia bukanlah orang yang tahu dengan bahasa itu dan lagipula bahasa itu sudah tidak lagi digunakan "

" maaf, sejujurnya saya tidak mengerti " tanya vira.

" tidak seperti kalian, meskipun didunia ini kalian para manusia memiliki banyak suku namun bahasa yang digunakan oleh setiap suku tetaplah sama, sedangkan ditempat asal sang penyelamat tiap suku memiliki bahasa yang berbeda, ditempat asal sang penyelamat bahasa kalian itu disebut bahasa Adami yang merupakan bahasa pertama kali digunakan " jelas sang jiwa penyelamat.

" begitu rupanya " ucap vira sepenuhnya mengerti.

" hemm lalu bagaimana untuk mengatasi masalah ini " lanjut vira.

" mudah saja, aku hanya perlu memberinya pengetahuan tentang bahasa yang kalian pakai, meski seharusnya aku tidak perlu melakukan itu jika sang penyelamat berada ditempat mereka yang seharusnya menyambut kedatangannya "

" maafkan atas kebodohan kami... " ucap vira tulus.

" mau bagaimana lagi, lagipula kalian sudah menerima keharusan dariku "

" terima kasih, sebelum anda memberikan pengetahuan kepada sang penyelamat, bolehkah saya mengajukan pertanyaan ? "

" tentu, silahkan "

" apakah berarti mereka yang seharusnya menyambut kedatangan sang penyelamat memiliki bahasa yang sama dengan sang penyelamat "

" tidak, bukan begitu, bukankah sudah kukatakan semua manusia didunia ini memakai bahasa yang sama? "

" apakah itu artinya mereka memiliki kemampuan yang sama dengan anda ? "

" tidak sama tapi hasilnya sama, jika kemampuanku merupakan " pemberian " sedangkan mereka menggunakan sihir pengubah "

" sihir pengubah? apakah itu serupa dengan sihir penciptaan "

" kau benar kali ini "

" maaf jika saya lancang, setahu saya selama ini dan setelah menerima pengetahuan dari anda, bukankah kemampuan sihir seperti sihir penciptaan itu tidak benar-benar ada? "

" sayangnya kau sudah salah besar, pengetahuan yang aku berikan padamu belumlah mencapai dari setengah kebenaran dunia ini! dan itu artinya sihir penciptaan dan yang serupa dengannya benar-benar ada "

" saya mengerti "

" sudah saatnya bukan, jika ada pertanyaan lain bisa kita lanjutkan setelah memberi pengetahuan pada sang penyelamat karena aku kasihan dengan kebingungannya itu " ucap sang jiwa penyelamat sambil melihat sang pemuda yang memasang gelagat dan ekspresi orang sangat serba salah.

vira tersenyum lalu berkata " dimengerti "

sang jiwa penyelamat kembali melakukan hal yang sama seperti saat memberikan bola cahaya kepada vira, yang berbeda kali ini hanyalah bola cahaya itu dikirim langsung menuju dan masuk langsung kedalam dada sang pemuda. tentu saja reaksi sang pemuda ketakutan saat bola cahaya mendatanginya namun vira dengan lembut menyentuh bahu sang pemuda seraya tersenyum hingga sang pemuda tenang saat bola cahaya memasuki dadanya.

" wahai sang penyelamat, apakah anda sudah bisa mengerti ucapan saya ? " tanya vira pada akhirnya.

" sang penyelamat?..ah! ya, saya sekarang bisa tahu apa yang kamu katakan "

" syukurlah "

" ya, syukurlah, tapi kamu... " ucap sang pemuda seraya melihat satu persatu mulai dari luna yang tersenyum manis lalu menunduk memberi hormat, ron yang sumringah sambil melambai sampai levi yang memasang muka seram lalu memberikan acungan jempol kebawah.

" si..siapa kalian " lanjut sang pemuda bergidik ngeri.

menyadari ketakutan sang penyelamat, vira lalu mengambil sebatang ranting seukuran panjang ibu jari lantas dilemparkan kearah levi.

levi menghindarinya dengan reflek yang mirip ketika orang sedang berhimpitan.

" blaar " suara ledakan hasil dari hujaman ranting yang membuat sebatang pohon besar tumbang.

" oi vira, kamu mau membunuhku ya " seru levi jengkel sambil menudingkan telunjuknya.

" wah.. apa yang kamu katakan barusan levi, mana mungkin aku mau membunuh sahabat baikku, aku hanya ingin mengirimmu kesurga agar kamu bisa belajar tentang sopan santun lebih banyak disana "

" jangan bercanda! "

" maaf deh, lagian yang seperti itukan tidak mungkin membunuhmu "

" tidak, tidak, tidak, kau sudah gila ya, bukan begitu, kau memang telah rusak setelah menjadi pelayan makhluk itu "

" hah! siapa yang kau sebut rusak " ucap vira berat dan mencekam. ia lalu melihat levi dengan tatapan yang bisa diartikan " matilah! "

kontan saja levi memucat wajahnya.

" a, anu.. maaf " ucap sang pemuda dengan tubuhnya yang gemetaran sambil melihat vira.

vira dengan cepat melihat sang pemuda dan langsung merubah sikapnya lalu berkata lembut berbumbu riang " wah, wah, maafkan saya wahai sang penyelamat, mari kita biarkan saja si bodoh itu, ah perkenalkan nama saya vira anastirani "

" salam kenal juga, namaku Ahmad Kelana, panggil saja kelana "

" emm, kalau begitu, tuan kelana bisa memanggil saya tirani "

" tu..tuan? " ucap kelana gugup.

" wahai sang penyelamat tuan kelana, perkenalkan juga saya bernama Luna Lordyazyanve "

" permisi,saya Ronald, senang bertemu dengan anda wahai sang penyelamat tuan kelana "

" levi! " ucap levi pahit.

" sa..salam kenal se..semua " ucap kelana salah tingkah.

tiba-tiba levi merangsak maju dengan tinjunya yang berbalut aura merah. dari tatapannya jelas levi begitu serius dengan tindakannya. maksud dari tindakannya tidak lain untuk mengetahui kebenaran kekuatan dari sang penyelamat. menggunakan aura berwarna merah itu berarti menggunakan energi sihir yang memungkinkan penggunanya mencapai tingkat kemampuan di level sembilan, yang mana hasil dari kemampuan itu pada tiap jurus memiliki daya rusak hingga sanggup menghancurkan sebuah gunung dengan sekali serang.

tinju levi hanya menyisakan satu milimeter untuk mendarat telak di wajah kelana. saat itu luna hanya bisa terkejut luar biasa, ron berusaha menahan levi dengan memegang bahunya sedangkan vira hanya sempat mengulurkan tangan tanpa berhasil menyentuh apapun dari tubuh levi.

hanya satu kepastian saat vira menutup matanya, tinju levi dipastikan bersarang diwajah kelana. namun vira merasa ada yang aneh, tidak terdengar apapun! vira membuka mata, dilihatnya kelana masih didekatnya dan dalam keadaan baik-baik saja. justru keberadaan levi yang menghilang. vira celingukan mencari dimana levi kini berada, tidak ada dimanapun?!

" waaaaaaaaaaaaa "

spontan vira melihat keatas.

" leviii " seru ron panik melihat levi terjun bebas dari langit.

" jbyuuuuuur " levi sukses mendarat di danau.

" puah, menteleportasiku hingga keluar angkasa, kau mau membunuhku ya makhluk brengsek " ucap levi keras lalu bergerak menuju tepian danau.

" hwo kau masih hidup, aku fikir itu cukup untuk mengakhiri hidup seseorang yang belum apa-apa mencoba membunuh sang penyelamat, perlukah aku menteleportasimu sekali lagi? " jawab sang jiwa pemanggil santai.

" yang benar saja, aku pasti mati jika kau lakukan itu, aku tadi bisa selamat karena menggunakan hampir seluruh energi kehidupan dan sihirku untuk pengerasan tubuh " ucap levi begitu kesal seraya naik kedaratan.

" begitu ternyata, yah asal kau tidak melakukan tindakan bodohmu seperti tadi maka hidupmu terjamin "

" ck.. lagipula aku hanya ingin mengukur perbedaan kekuatan dari sang penyelamat yang katamu jauh melebihiku, setidaknya dia tidak akan mati dengan seranganku tadikan "

" bodoh, apa kemampuanmu untuk merasakan energi kehidupan dan sihir sudah tumpul? sang penyelamat saat ini hanyalah manusia biasa, seranganmu tadi bisa membuat tubuhnya menjadi butiran debu asal kau tahu! "

" hah?! aku memang tidak bisa merasakan kedua energi tadi, tapi aku fikir dia sengaja menekannya hingga benar-benar tidak bisa dirasakan "

" kau fikir sang penyelamat itu siapa? dia itu bukan manusia seperti kalian! "

" tapi tadi kau jelas mengatakan dia jauh lebih kuat daripada aku "

" hah, lain kali coba dengarkan baik-baik kalau ada yang berbicara, aku tidak pernah mengatakan seperti itu, aku tadi jelas menyatakan bahwa nantinya sang penyelamat akan memiliki kekuatan yang akan jauh melebihi kekuatanmu, ingat Nantinya, bukan sekarang! " jelas sang jiwa pemanggil.

" jadi sekarang ini dia tidak lebih dari sekedar orang yang tidak berguna begitu dan kami harus mengurusnya! yang benar sajj.... "

" duak "

" waaaaa... apa-apaan kamu vira " jerit levi sebelum akhirnya sukses kembali terjebur kedanau.

" hemm, ada baiknya kamu dinginkan kepalamu lagi levi " ucap vira santai seraya menurunkan kakinya yang tadi digunakan untuk menendang levi.