Sebuah mobil mewah berhenti di parkiran sempit sebuah rumah sederhana yang terlihat usang.
"Dealova!" Suara nyaring itu terdengar sampai ke telinga Dealova yang saat ini tengah membereskan pakaiannya.
"Kau selalu saja lama!" Wanita yang Lova panggil ibu itu menggerutu kesal. Lova sudah biasa menghadapi gerutuan seperti ini, "Pergilah! Sopir Daddymu sudah menunggu!"
Lova bergerak melewati wanita bengis tadi, ia tak berpamitan dan segera masuk ke dalam mobil ayahnya.
"Aish, anak itu bahkan tidak mengatakan terimakasih padaku. Aku sudah merawatnya selama 23 tahun. Setidaknya dia harus mengatakan hal manis sebelum dia pergi." Ibu Dealova menggerutu lagi. Tapi wajah kesalnya seketika menghilang ketika ia ingat ia memiliki sebuah amplop yang berisi banyak uang. Ia segera masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu rumahnya. Ia menghitung uang yang diberikan oleh sopir tadi, ada kemungkinan jika uang akan kurang dari perjanjian.
Iris hijau Lova melihat ke luar kaca mobil, pandangannya jatuh pada pepohonan yang berbaris rapi di sisi kanan jalan. Pemikirannya terbang tak tentu arah. Untuk apa ayahnya memanggilnya ke rumah utama? Rumah yang tak pernah ia datangi sejak ia lahir.
Apakah ayahnya sudah sadar dan ingin merawatnya?
Lova menggelengkan kepalanya, itu tidak mungkin. Jika ayahnya ingin dia hadir disana sekarang maka itu sudah terlambat. Lova sudah tidak butuh orangtua lagi. Dia sudah cukup dewasa untuk bisa hidup sendiri.
Akhirnya pandangan Lova terlihat kosong. Otaknya berhenti memikirkan kenapa sang ayah menginginkannya untuk kembali ke kediaman utama secara mendadak seperti ini.
Mobil sampai. Dealova melihat penampilan kediaman keluarga Jayden, sebuah kontradiksi nyata dengan kediaman usang menyedihkan. Disinilah harusnya Dealova tinggal bukan di rumah usang yang 23 tahun ini dia tinggali. Disinilah keluarganya yang memiliki darah yang sama berada, bukan di rumah yang dipenuhi oleh orang-orang haus akan uang.
"Nona Dealova?" Seorang pelayan wanita menyambut Dealova.
Lova melihat ke pelayan dengan tatapan datar.
"Mari ikut saya, Nona. Tuan besar menunggu anda di dalam." Pelayan itu bersuara setelah memastikan jika wanita yang di depannya adalah orang yang sedang ditungguh oleh majikannya.
Dealova mengikuti pelayan itu. Barang-barangnya yang hanya satu koper dibawa oleh sopir.
Dealova tersenyum miris ketika melihat foto keluarga yang menggantung di dinding. Disana ada ayahnya, saudara wanitanya dan juga ibu tirinya –wanita yang memanggilnya anak haram saat pertama kali mereka bertemu. Betapa terlihat bahagia mereka dalam figura itu.
Kau bukan bagian dari mereka, Lova. Sadarlah.
Kesadaran menghentak Lova. Benar, dia memang bukan bagian dari keluarga ini. Dia hanya seorang anak haram yang hadir karena kesalahan. Dia hanya anak yang hadir karena sperma sialan Jayden dan dirawat oleh orang-orang yang juga tak bisa dia sebut keluarga. Lova sampai di sebuah ruangan besar dengan perabotan mahal yang berbanding terbalik dengan tempat yang dia tinggali semasa dia hidup. Tak ada debu sama sekali di ruangan ini.
Tak ada sambutan dari 3 orang yang duduk di sofa berkulit kualitas terbaik di depannya. Dua wanita menatap Lova dengan tatapan merendahkan sedangkan sang ayah hanya menatap Lova datar. Wajah Lova begitu mirip dengan wajahnya. Itulah kenapa ketika Jayden melihat Lova, dia seperti melihat dirinya sendiri. Dia melihat betapa buruknya dia. Jayden bukannya tak pernah melihat Lova, ibu asuh Lova pernah mengirimkan beberapa foto Lova padanya.
"Duduklah!" Akhirnya Jayden bersuara. Ini pertama kalinya Lova mendengar suara sang ayah. Selama ini ia hanya melihat foto ayahnya dari ibu asuhnya, itupun hanya 1 kali. Lova tidak ingin melihat orang yang tidak ingin melihatnya.
Dealova duduk di sofa single. Ia tidak begitu mempedulikan tatapan penuh kebencian dari ibu dan juga kakak tirinya.
"Aku memanggilmu kesini karena aku ingin kau melakukan sesuatu untuk semua biaya hidupmu."
Ah, jadi itu. Akhirnya Lova tahu. Jelas saja ayahnya tak akan mungkin memintanya datang karena rindu ataupun menyesal. Lova bisa memastikan dari mata sang ayah, bahwa Lova tak pernah dianggap anak olehnya. Bahwa darah mereka yang sama tak memiliki arti sedikitpun.
"Kau harus tinggal dengan seorang pria yang bernama Aeden Marshwan. Hidupmu akan jadi miliknya. Jika kau pandai memuaskannya maka kau akan hidup cukup lama tapi jika kau tak pandai memuaskannya kau hanya akan berakhir seperti halnya pelayan bar." Dan pelayan bar yang ayahnya sebutkan adalah ibunya. Lova tahu tak pernah ada cinta di antara dua orang itu. Ia tahu bahwa ia adalah kesalahan yang lahir karena pengaruh alkohol. Mau bagaimana lagi? Lova tak bisa menyangkal kenyataaan meski ia ingin sekali mengganti cerita hidupnya yang kelam.
"Apakah jika aku melakukan itu, aku bisa memutuskan hubungan kekeluargaan kita?"
Sang ayah terkejut dengan apa yang Lova katakan tapi wajahnya masih terlihat tenang sedangkan dua wanita yang duduk di dekat Jayden mengepalkan tangan mereka erat. Penghinaan dari orang hina, apa yang tidak lebih memalukan dari ini? Merekalah yang harusnya memutuskan kekeluargaan dengan anak pelayan bar yang tidak jelas asal usulnya. Bagaimana bisa Dealova memiliki kebanggaan seperti itu.
"Jadi, maksudmu. Kau ingin hubungan kekeluargaan ini terputus?"
"Aku merasa memiliki beban karena hubungan kekeluargaan ini. Akan aku lakukan seperti yang kau katakan tapi dengan itu hubungan kekeluargaan kita berakhir. Anggap saja kau tidak pernah memiliki anak dari seorang pelayan bar. Dan aku sudah lama menganggap aku tidak punya ayah. Ah, kau harus melupakan hitung-hitungan tentang biaya hidupku. Karena aku hanya mengambil ¼ dari uang yang kau berikan pada pasangan rakus yang telah membesarkan aku." Dealova benar-benar ingin menyudahi hubungan kekeluargaan tidak manusiawi yang terjalin saat ini.
"Kata-katamu memang membuktikan jika kau bukan bagian dari keluarga McVall." Ibu tiri Lova bersuara sinis.
Lova hanya tersenyum kecut, "Aku tidak dibesarkan dengan ajaran McVall, jadi jangan tanya kenapa aku tidak bisa menjadi sedikit saja seperti bagian dari keluarga kalian."
"Kau!" Ibu tiri Lova menggeram.
"Dimana rumah pria itu?" Lova mengabaikan ibu tirinya. Ia tak ingin berlama-lama di tengah keluarga McVall. Ia tidak mau merasa benci dengan dirinya sendiri karena lahir sebagai anak haram bukan sebagai anak sah seperti kakaknya, Lovita. Sebelum kebencian dan rasa iri merasuki jiwanya, ia harus segera menghentikannya. Lova tak ingin menjadi orang yang membenci dan memiliki rasa iri. Dia hanya orang dengan pemikiran sederhana, ketika orang tak menginginkannya maka dia tak akan mengemis berada di dekat orang tersebut.
"Sopir akan mengantarkanmu."
"Baiklah. Aku pergi." Lova bangkit dari duduknya lalu membalik tubuhnya. Tanpa salam perpisahan atau memberi hormat, ia pergi melangkah menuju ke pintu ruangan keluarga tersebut.
"Kesalahan yang kau perbuat menghasilkan manusia dengan kualitas rendahan. Apa bisa dia disebut sebagai manusia dengan tingkahnya yang seperti itu?" Ibu tiri Lova menghardik Lova. Ia menatap suaminya dingin. Ia tak akan pernah lupa penghinaan dari suaminya yang memiliki anak dari seorang pelayan bar.
"Manusia rendahan itu sudah menyelamatkan putri kita dari Aeden. Kau harusnya bersyukur dia ada. Jika dia tidak ada maka kita akan kehilangan putri kita." Jayden berpikir jika apa yang dia lakukan dulu adalah sebuah kesalahan yang akan menyelamatkan putri kesayangannya dari psikopat mengerikan bernama Aeden.
"Kau mencari pembenaran atas tindakan menjijikanmu." Istri Jayden menatap Jayden jijik.
"Sampai kapan kalian akan seperti ini? Aku bosan mendengar kalian mengungkit-ngungkit hal tidak penting ini." Lovita akhirnya buka suara. Ia benci ketika orangtuanya bertengkar karena masalalu yang tak bisa dikubur ataupun dilupakan. Alasan Lovita membenci Dealova adalah karena Dealova adalah putri dari wanita yang telah membuat orangtuanya bertengkar hampir tiap harinya. Seakaan pertengkaran adalah hal wajib yang dua orang itu lakukan.
Lovita benar-benar benci setiap episode kehidupannya dimana kedua orangtuanya bertengkar karena kesalahan yang membuat Dealova hadir.
Dealova sudah keluar dari kediaman keluarga McVall. Ia masuk ke dalam mobil tanpa melihat ke belakang sama sekali. Ketika dia meninggalkan rumah itu maka selesailah hubungan kekeluargaan mereka. Dealova tak akan mengingat bagaimana dia hadir. Jalan ke depan hidupnya sekarang ditentukan oleh pria yang bernama Aeden.
tbc