Aku menghela nafas panjang. Inilah awal mula kisah itu dimulai. Aku melanjutkan mengetikkan ceritaku pada keyboard laptop pink ku.
"Baiklah, aku ucapkan terima kasih kepada seluruh kerabatku dan rekan bisnisku, yang sudah ku anggap sebagai sahabat kerjaku selama puluhan tahun ini. Dari kakek, ayah kita dan kini kita yang mengelolanya. Oleh karena itu, saya mengadakan sebuah sayembara kecil-kecilan untuk memeriahkan acara kita pada pagi hari ini." Ucap kakek Birawa sembari memegang gelas wine nya berdiri diantara kerumuman para tamu undangan.
"Mari kita lihat kemampuan para calon pewaris kita dalam kompetisi yang saya buat ini dan sebagai hadiahnya saat berumur 17 tahun nanti, akan saya berikan apapun yang anak itu inginkan. Tapi ini hanya khusus untuk para anak laki-laki ya. Selain itu, pemenangnya akan aku jodohkan dengan cucu kesayanganku, Citra Birawa. Mereka akan aku nikahkan. Ia akan mendapatkan sahamku sebesar 20% dan jabatan Direktur Utama di salah satu perusahaanku nanti. Bagaimana?" Ucap kakek Birawa dengan senyum mengembang.
Terlihat semua orang mulai antusias. Aku masih belum paham benar apa maksud ucapan kakek Birawa. Beberapa orang tua dari para anak lelaki yang mereka bawa mulai menunjuk-nunjukku dan berbisik pada anak-anak mereka entah apa yang mereka katakan. Aku masih berdiri disamping kakek Birawa dengan senyum manisku ke semua orang.
"Nah, yang ingin ikut berpartisipasi, silahkan ke area tanding disebelah sini. Mari ikuti saya." Ucap kakek Birawa mulai menggiring para tamunya yang akan ikut berlomba.
Ternyata hampir semua tamu ikut sayembara pagi itu. Ada 7 anak laki-laki yang ikut pertandingan. Aku mengamati wajah-wajah itu seksama, namun hanya Harry yang mencuri perhatianku. Harry terlihat cuek dan seperti masa bodoh dia menang atau tidak. Ia hanya ikut sebagai pemeriah acara dan tentu saja karena desakan orang tuanya.
Asisten kakek Birawa, paman Wisnu mulai mempersiapkan lombanya. Terlihat para anak laki-laki itu antusias. Aku pun juga penasaran pertandingan apa itu.
"Baiklah. Pertandingan pertama adalah catur. Karena pesertanya 7 orang, maka peserta yang tak memiliki pasangan akan melawan nona kami. Nona Citra. Nah, nona Citra silahkan Anda duduk di kursi Anda." Pinta asisten Wisnu ramah padaku.
Aku pun tak keberatan dan langsung duduk pada sebuah kursi dengan papan catur di depanku. Terlihat beberapa anak mulai maju ke depan. Semua mulai mengambil kursi masing-masing dengan lawan main acak.
Aku bertanding melawan Jeffry. Ia anak konglomerat yang memiliki Resort di Maldives. Ia cukup tampan dan terlihat ramah. Jeffry tersenyum padaku dan menyapaku, aku pun balas menyapanya dengan anggukan kepalaku.
PRITT..
Suara peluit tanda lomba dimulai. Aku dan Jeff melakukan suit batu, kertas, gunting dan aku pun menang jadi aku jalan duluan. Aku menggerakkan pionku sebagai awal mula, begitupun dirinya. Aku memilih bidak catur berwarna putih dan Jeff berwarna hitam. Terlihat Jeff sering memainkan catur. Ia terlihat santai dan dengan cepat menyambut langkah-langkah bidakku.
Sudah 10 menit berjalan dan aku yang malah terlihat terdesak. Aku kehilangan cukup banyak bidak karena dimakan olehnya. Entah bagaimana dia melakukannya aku terlihat tak berkutik olehnya. Aku mulai berkerut kening melihat langkah apa yang harus ku lakukan untuk mengalahkannya. Jeff tersenyum padaku.
"Relax. This is just a game." Begitu ucapnya.
Aku pun mengangguk dengan senyuman tipisku. Saat aku akan melangkah, PRITTT.. Tiba-tiba asisten Wisnu meniup peluitnya. Ternyata pertandingan dibatasi 15 menit saja. Tentu saja dengan melihat hal ini, aku sudah kalah.
Asisten Wisnu pun mendekati kami berdua untuk melihat hasilnya. Tapi tiba-tiba Jeff menyenggol gelas air minum disamping kami dan menumpahkan seluruh airnya diatas papan catur hingga bidak-bidak itu berubah posisinya tak beraturan.
"Ah.. sorry.. sorry.. idiot." Ucap Jeff sembari mengelap papan catur itu dengan tisu di sampingnya.
Semua orang melihat yang Jeff lakukan. Orang tua Jeff hanya terkekeh melihat sikap anaknya. Sepertinya mereka santai saja dengan yang Jeff lakukan. Asisten Wisnu menatap Jeff seksama. Mereka berbicara bahasa Inggris yang kurang lebih begini artinya.
"Jadi, siapa diantara kalian berdua yang menang?" Tanya asisten Wisnu.
"I am." Jawab Jeff cepat dengan senyum manisnya.
"Hmm.. baiklah. Nona Citra, apa itu benar?" Tanya Wisnu memastikan pernyataan Jeff.
"Iya bener kok. Dia hebat paman Wisnu." Jawabku jujur.
"Oke."
Asisten Wisnu pun segera pergi. Terlihat Jeff masih kerepotan membersihkan kekacauan kecil yang ia buat. Sikapnya lucu menurutku. Aku dan dia hanya terpaut 2 tahun. Aku pun membantu merapikan bidak-bidak itu dan memasukkannya dalam kotak papan catur itu lagi.
Aku malah mengobrol asik dengannya sembari merapikan meja kami. Namun pertandingan belum berakhir. Kini ada 4 pemenang. Pertandingan selanjutnya ternyata mengendarai ATV disepanjang pantai. Malah lebih mirip seperti balapan. Tentu saja para anak lelaki itu senang.
Mereka sudah siap dengan helm dan ATV mereka. Jeff ada di samping Harry yang terlihat tampan dengan ATV warna hitamnya sedang Jeff dengan warna merah. 2 anak lainnya juga sudah terlihat bersiap. Asisten Wisnu berdiri disamping dengan peluitnya.
Aku menonton balapan itu disebuah round table yang sudah dipersiapkan di meja jamuan. Ada layar LCD yang berdiri kokoh pada 2 sisi panggung kecil ditengahnya. Semua tamu melihat pertandingan itu dari layar LCD.
Ternyata kakek menerbangkan helicam untuk mengikuti para pembalap. Terlihat seru sekali. 4 helicam akan memantau mereka dari 4 sisi. Di garis finish sudah ada juri yang akan menilai siapa pemanangnya.
Dan lagi-lagi, PRITT..
NGENGG.. BROOM..
Ke 4 ATV itu melaju perlahan. Keempat anak lelaki ini malah terlihat seperti tak berkompetisi. Mereka menikmati perjalanan mereka dengan ATV nya. Semua orang tertawa karena Harry terlihat santai dan malah melaju ATV nya dengan berbelok belok seperti melakukan manuver.
Ayah Harry hanya menggelengkan kepalanya. Jeff terlihat fokus dan terus lurus ke depan. Harry terlihat tertinggal jauh di belakang, sepertinya ia tak peduli dengan pertandingan ini. Ada sedikit rasa kecewa dihatiku jika Harry kalah.
Di garis finish terlihat juri sudah mulai mengibarkan benderanya dan menggerakkannya. Harry melihat tanda itu. Entah apa yang menggerakkannya tiba-tiba ia menekan gas ATV nya melaju lurus dengan kencang dan PRITT..
Semua orang bertepuk tangan. Jeff urutan pertama dan Harry urutan ke dua. Aku senang karena Harry lolos. Harry juga terlihat gembira karena menang. Jeff menatap Harry seksama. Ia hanya diam saja tak bicara apapun. Ternyata kakek hanya mengambil 2 pemenang pada perlombaan balapan ATV. Kini hanya tinggal Harry dan Jeff yang berdiri disamping asisten Wisnu.
Terlihat Harry masih cuek saja tak tersenyum sedikitpun sedang Jeff selalu tersenyum manis pada semua orang.
"Yak, pertandingan terakhir saya rasa ini cukup seru. Melihat nantinya mereka ini akan menjadi pejantan tangguh, mari kita lihat kemampuan adu panco mereka berdua. Bagaimana?" Ucap asisten Wisnu dengan senyum lebarnya.
Tentu saja semua orang terlihat begitu antusias. Jeff dan Harry diminta melepaskan jas. Mereka berdua duduk berhadapan dan saling menggengam tangan. Asisten Wisnu terlihat mengajarkan secara kilat bagaimana permainan adu panco itu. Jeff dan Harry pun mengerti. Mereka berdua saling mencengkram kuat tangan mereka. Semua orang begitu penasaran dengan hasilnya.
Entah kenapa aku sangat berharap bahwa Harry lah yang akan menang. Aku berdiri disamping asisten Wisnu untuk melihat hal ini langsung. Jeff tersenyum padaku dan aku pun membalas senyumannya. Aku melihat Jeff sangat ramah padaku dan aku menyukainya. Menyukai dalam artian berteman ya bukan suka trus kita pacaran. Dihatiku hanya Harry seorang saat itu. Halah..
Kembali, PRITT..
"Emmph," terlihat Harry dan Jeff saling mencengkram kuat mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menjatuhkan lawannya. Aku sangat deg-degan. Aku menatap tangan mereka berdua lekat dan sangat penasaran siapa yang akan memenangkannya.
Jeff dan Harry sama-sama menggertakkan giginya. Bahkan Harry sampai mengerang karena Jeff tak mau mengalah. Mereka berdua terlihat seri dan BUKK! "Yeyy!" Harry berteriak senang. Ia langsung melepaskan cengkraman tangannya dan menghampiri ayah ibunya. Ibu Harry langsung memeluknya dan ayahnya mengusap kepalanya. Harry terlihat senang begitupun aku.
Sedang Jeff terlihat murung dan kesal. Ia berdiri dan beranjak dari kursinya mendatangi ayahnya. Ayahnya pun memeluknya. Jeff sepertinya menangis terlihat ibunya berjongkok dan menepuk-nepuk punggungnya. Aku jadi kasihan padanya.
Tak lama asisten Wisnu pun memanggil Harry agar berdiri disamping kakek Birawa dengan aku sudah berdiri disampingnya. Aku melihat Harry mendatangiku sembari memakai jasnya. Kakek menggandeng tangan Harry dengan tangan kanannya dan kakek menggandengku di tangan kirinya.
"Baiklah. Selamat kepada Harry. Ia yang nantinya akan menjadi calon menantu untuk cucu kesayanganku, Citra Birawa. Selamat ya." Ucap Kakek birawa dengan senyum merekahnya.
Harry mengangguk saja. Aku cukup yakin saat itu Harry hanya mengikuti apa saja perkataan para orang dewasa begitupun aku. Tiba-tiba Harry berbicara.
"Grandpa. I want a motor sport when I grow up. Ducati, yes? I want to be like Rossi." Ucapnya cepat.
Kakek Birawa tertegun. Ayah dan Ibu Harry mengacungkan jempolnya pada Harry atas permintaannya. Kakek Birawa tertawa keras, entah apa yang lucu, aku bingung dengan sikapnya dan hanya bisa tersenyum saja.
"Well oke oke. No problem." Jawab Kakek dengan senyum mengembang.
Akhirnya pagi itu, aku dan Harry pun resmi dijodohkan dengan puluhan tamu undangan sebagai saksi kami berdua.