Chereads / Lembayung Senja / Chapter 1 - surat

Lembayung Senja

Banyu_Mili
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 3.8k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - surat

salam buat penghuni bumi salam indah seindah mutiara sebening telaga kautsar dan sesejuk zam zam yang jika direguk dapat menghilangkan dahaga

Assalamualaikum ya ukhti...

ukhti saat ku menulis surat kecil ini, hujan datang dengan gemetar, di atap bubungan seperti berkejaran beradu cepat dengan halilintar, menggigil daun-daun berkerut sayap-sayap burung berteduh dibawah angin yang berpusar takut-takut

-berdoalah-

katamu sebab Tuhan memberikan berkah lewat hujan datang, aku mengeja kata-katamu kudapati matamu penuh pasti, cepatlah, selagi hujan masih ada.

puisi-puisi yang bertebaran di mataku, sajak-sajak yang lindap dalam mimpi-mimpimu

kau pernah katakan bahwa rindummu terpasung waktu dulu. ketika kau masih berjarak demikian jauh dariku dan aku pernah berimu jawab jua bahwa aku akan mencuri waktumu meski sekejap untuk kita pada sisa hari. tapi, kini kau makin berjarak dariku, kau sendiri atau waktu kah yang makin memasung rindumu? dalam jeda hari ini, kukenang bait demi bait puisimu, ukhti... dengarkan dan rasakan  setiap hujan menghampirimu karena hujan adalah puisiku..

wassalam..."

NB. Tolong jawab suratku secepatnya..

Begitulah isi surat yang aku rangkai hampir semalaman, keesokan harinya aku mengirimkan surat itu lewat pos dan mengirimkannya ke jogja, berharap besar dalam hatinku agar surat itu segera sampai dan segera mendapat balasan. Dari hari kehari, surat pun belum ada jawabannya aku mulai mempertanyakan dalam hati "apakah kau sudah lupa padaku hingga suratku tak kunjung kau balas" . sekian lama aku menunggu jawaban surat tapi tak kunjung datang, hingga akhirnya aku memutuskan untuk melupakan masalah jawaban.

Disatu malam aku termenung sendirian dibawah binarnya sang rembulan ditengah-tengah angin bertiup kencang dan rintikan hujan yang semakin lama semakin membuat tubuhku basah, malam itu aku berbicara pada hujan dan mempertanyakan tentang perasaanku kepada hujan, "jika kau adalah puisi, maka puisi itu adalah hujan yang menikam bumi dengan tajam...". dalam hatiku sudah berniat untuk melupakan semua yang aku harapkan, dan kembali menjadi orang biasa, yang disibukkan dengan aktivitas kehidupan dan aktivitas sekolah. Dalam kesehariannya aku adalah seorang yang sangat pendiam dan sangat taat beribadah aku dilahirkan dari keluarga bisa dibilang cukup di kampungku, ibuku yang bekerja sebagai guru MI di desa dan di desaku belum ada sekolah negeri yang ada adalah MI, MTs, dan MA. Bapakku bekerja sebagai penerima jasa jahit pakaian.

Setiap kali aku pulang sekolah aku langsung membantu pamanku untuk menggembala bebek yang jumblahnya dibilang banyak, aku sangat senang dengan suasana desa yang masih sangat alami dan selalu membuatku betah berlama-lama disini, hingga pada suatu tempat dibawah pohon jambu dipinggiran sungai, aku teringat pada sahabatku yang beberapa tahun yang lalu sebelum dia meninggalkanku karena orang tua yang pindah ke tanah istimewa jogja, masih terbayang dimataku saat aku membuatkan mahkota dari daun kopi dan membuatkannya cincin dari rerumputan, kami bagai seorang raja dan ratu yang berada di istana besar, dengan saling memegang tangan, kami berdua membuat sebuah janji "ya Tuhan jangan pisahkan kami dalam keadaan lupa, pusahkan kami hanya raga kami yang terpisah tapi hati kami selalu dekat, dibawah pohon jambu ini yang akan mempertemukan kami lagi disuatu saat nanti. amiiin" suasana itu diabadikan dengan meminta pak poling (poto keliling) untuk mengambil foto kami berdua.. dan kami meminta untuk dicetak menjadi dua, keesokan harinya sahabatku berpamitan sebelum berangkat dan ia berkata padaku "akhi kabari aku." aku hanya diam dan tak bisa berkata apa-apa, orangtuanya yang juga sangat dekat denganku dia menitipka barang berupa sepeda ontel untuk membantuku pergi sekolah dan belia berpesan "akhi jadilah orang yang kamu inginkan. " kata-kata itu yang selalu membuatku teringat pada keluarga besar sahabatku, sebelum dia pergi aku memanggilnya "ukhti... tunggu sebentar, ini untukmu, semoga kamu selalu ingat padaku."  aku memberikan satu foto kenangan yang kami abadikan ketika kami saling berucap janji dan satu surat yang berisi kata-kata janji kami berdua.