Tiba-tiba saja dering ponsel berbunyi. Ponsel siapa lagi kalau bukan ponsel abang Vano.
"Hah Alea?" Zio terdiam dengan tubuh yang bergetar, ketika ada gambar Alea di ponsel sang kakak. Alea ternyata menelepon abang Vano. Karena waktu di Rumah Sakit mereka sempat bertukar nomer telepon.
"Sini-sini ponselnya, itu lihat ada telepon siapa tahu penting," kata Abang Vano sambil mencoba meraih ponsel miliknya.
"Tidak-tidak Abang harus me-laudspeaker telepon ini, kalau tidak aku akan menghancurkan seluruh isi ruangan ini," kata Giorzio dengan kemarahannya, rasa cemburunya hampir saja membuat otaknya meledak, jantungnya seolah diremas, rasa sakit sudah menjulur ke seluruh nadinya, dia cemburu melihat foto di ponsel sang kakak, apa lagi sekarang melihat Alea yang jelas-jelas sedang melakukan panggilan telepon pada kakaknya.