"Itu adalah Evana, hah untuk apa dia ke Rumah Sakit?" Tito terkejut dengan kehadiran Evana. Tito terus mengikuti Evana sampai akhirnya gadis itu masuk ke dalam sebuah kamar rawat inap.
Tito akhirnya bisa menyelinap masuk walaupun memang dengan cara mengendap-ngendap, ternyata ruang rawat inap itu bukan Vip, dan ada beberapa orang di sana. Satu buah ruangan rawat inap dengan 4 buah tempat tidur untuk pasien, yang berbeda. Itu bangsal kelas 2 di Rumah Sakit tersebut.
Dengan mudah Tito bisa masuk ke dalam dan bersembunyi di balik tirai sebuah kasur untuk pasien yang kosong. Entah kenapa pria itu sangat penasaran dengan kedatangan Evana ke sana. Ya siapa tahu dengan kehadiran Evana Tito bisa mengorek informasi tentang Alea, karena selama ini pria itu dan Zio sudah mencari Alea kemana-mana. Tapi semenjak putusnya Zio dan Alea, Alea tidak ditemukan sama sekali, gadis itu pindah Sekolah, dan Zio benar-benar ditinggalkan.
Sebagai seorang teman Tito ikut mencari keberadaan Alea, sebagai seorang sahabat Tito begitu menyesali kepergian Alea, karena ketidak adaannya Alea di samping Zio membuat Zio benar-benar seperti orang gila, jika Zio melihat setiap wanita berambut panjang dan berwarna hitam dari kejauhan, selalu menyebut bahwa wanita itu adalah Alea padahal bukan, itu saking rindunya Zio kepada Alea.
Kini persembunyian dia sudah sangat bagus, tinggal mendengar percakapan apa yang akan dibuka oleh Evana dan pasien itu.
"Mama, bagaimana kondisi Mama sekarang, apa sudah membaik?" tanya Evana kepada Mama Avega, ternyata pasien itu adalah mama Avega ibunya Evana.
"Bagaimana Mama tidak merasakan sakit, jika kamu terlalu santai untuk mengurus keluarga itu," kata Mama Avega kepada Evana.
"Ma, maaf Evana sulit untuk melangkah sekarang, entah apa yang harus aku lakukan, karena bahkan Alea belum pulang, dia masih bersama Kak Aldan di Prancis," ungkap Evana dengan suara yang rendah dan wajah yang penuh Sesal.
"Ini berita yang sangat bagus, ternyata Alea ada di Prancis, Zio Pasti akan sangat senang mendengar kabar ini, aku harus segera memberitahukan informasi yang sangat penting ini kepada Zio, dia pasti akan langsung menyusul Alea ke sana," ungkap Tito di dasar hatinya, pria itu terus menguping apa yang dibicarakan oleh Evana bersama ibunya.
"Kapan gadis brengsekk itu pulang ke Indonesia?" tanya mama Avega dengan penuh kekesalan
"Sudah lama Alea di sana, lagian dia memang kuliah di Prancis tidak semudah itu untuk pulang ke sini, dan bahkan Mami dan Papi Alexis pun sering berkunjung ke sana, kadang mereka mengajak aku untuk pergi menjenguk gadis tengil itu, tapi aku sangat malas untuk menemuinya, aku rasanya ingin membunuhnya. Aku ingin mencabikk perutnya. Aku ingin mencekik lehernya. Evana sangat benci dia, Mama," lirih Evana kepada sang mama, ucapan Evana membuat Tito begitu terkejut.
Pasalnya pria itu baru mengetahui bahwa yang di dalam itu, bukanlah ibu Alexa, ternyata ibu yang lain yang dimiliki oleh Evana. Barusan pun tidak mendengar kekesalan Evana terhadap Alea bahkan niat Evana untuk mencekik dan mencabik perut Alea membuat Tito terdiam dengan rasa heran yang bendera.
"Ada apa ini? Apa sebenarnya yang terjadi, kenapa Evana begitu membenci Alea dan baru aku tahu bahwa ternyata gadis ini bukan putri kandung dari keluarga Alusio." Pria itu mengerutkan dahinya sambil bergumam di dasar hati.
Tito tidak tahu apa yang harus dia lakukan saat ini, tetapi Tito hanya memiliki sebuah ponsel, dia harus merekam pembicaraan kedua wanita yang berniat jahat ini.
Andai Zio tahu perbuatan Evana yang berniat jahat kepada Alea, Zio pasti dia tidak akan membiarkan Evana tinggal diam.
"Kamu hancurkan keluarganya Alexis keluarga Alexa. Mama sudah tidak sabar ingin segera terbebas dari penjara. Kenapa kamu sangat lelet, puluhan tahun Mama berada di penjara, dan kamu diam saja, setidaknya kamu cepat bertindak," lirih mama Avega kepada putri kesayangannya Evana.
"Maafkan Evana Mama, tidak bisa berbuat lebih untuk saat ini, karena memang Evana tidak bisa bertindak, jika di sana ada Kak Alden, dan kak Alden begitu melindungi Alea. Karena itulah Evana hanya bisa bertindak setelah Alea pulang ke Indonesia, Evana mohon Mama bersabar untuk hal itu," lirih Evana dengan sendu.
"Lakukan secepatnya, buat Alea putri mereka menderita, kalau perlu kamu jual wanita itu ke germo, ke sebuah tempat perdagangan wanita, biar dia tersiksa di kamar, disiksa oleh pria pria brengsek dan bejat. Mama sudah tidak sanggup untuk melihat kebahagiaan mereka, rasanya sangat susah melihat mereka bahagia disaat Mama harus terkurung di dalam jeruji besi seperti ini, selama berpuluh-puluh tahun. Apakah kamu tidak pernah merasa iba kepada Mama Evana?" kata Avega dengan tangisannya yang lirih.
"Jelas saja Evana begitu menyayangi Mama, dan merasa sangat iba tetapi apa yang bisa Evana perbuat kalau Alea sendiri tidak ada di sini, tidak bisa berkutik jika di luar Negeri, bayaran orang-orang di luar Negeri lebih mahal dari pada di sini, Evana pun harus menghemat uang karena uang yang diberikan oleh Mami Alexa tidak bisa menutup orang bayaran Evana yang harganya memang sangat mahal," kata Evana dengan suara yang rendah.
"Kamu menyuruh orang untuk apa, untuk apa?" Jika memang kamu bahkan tidak bisa menyentuh sehelai rambutpun putri mereka," kata Mama Avega dengan kekesalannya sambil menatap putri yang sangat dia banggakan.
"Dulu Evana sudah menyewa beberapa preman untuk menodai dia, menculik dia membuatnya tersiksa, dan saat rencana Evana dan teman-teman hampir saja berhasil, rencana itu hendak dijalankan tiba-tiba saja Alea memutuskan untuk pindah Sekolah ke luar Negeri, tidak mungkin menarik kembali uang yang sudah keluar dan itu sangat menyebalkan, Mama. Tapi tenang selama 3 tahun ini Evana selalu menabung dan menyimpan uang untuk pembalasan dendam berikutnya," kata Evana kepada sang mama.
"Tiga tahun bukanlah waktu yang sebentar Evana, tapi kamu malah menyia-nyiakan hal itu. Mama sudah sangat kesal kamu lelet seperti keong, sudahlah sekarang kamu pergi dari ruangan ini biarkan Mama sendirian, kehadiran kamu malah membuat Mama semakin tersiksa dengan rasa sakit yang Mama rasakan," kata Mama Evana dengan kekesalan yang mendalam.
"Jangan begitu Mama, Evana begitu merindukan Mama, Vana ke sini ingin memeluk Mama dan sekedar untuk bersenda gurau dengan Mama, tetapi Mama malah ingin aku pergi seperti ini," lirik Evana dengan mata yang berkaca-kaca.
"Sebelum kamu sukses Jangan pernah temui aku lagi," sekali lagi Avega mengusir putrinya, dan itu membuat hati Evana begitu sakit. Tiba-tiba saja ponsel Tito berdering dan itu membuat pria itu begitu terkejut dan Evana serta mama Avega ikut terkejut. Apakah Tito akan ketahuan sedang menguping?