Chereads / Helper Club / Chapter 70 - Masalah lagi (3)

Chapter 70 - Masalah lagi (3)

"Baik, dengarkan aku kak, sebenarnya aku memang kesal dengan semua perlakuan yang di lakukan oleh teman-teman sekelasku hanya karena masalah kondisi sosial ini, maksudku, helooo, siapa juga yang mau ditindas dengan alasan tolol sinetron-sinetron religi seperti itukan? Lagian kita juga sudah merdekakan? Memangnya boleh penindasan seperti ini boleh dilakukan?" kata Nita yang mulai mengomel-ngomel dengan perasaan emosi.

"(Ahahaha, sebenarnya kita masih dijajah dengan teknologi yang sudah menjauhkan kita dari Tuhan dan masyarakat sosial sih, tapi sepertinya ini bukan waktu yang pas untuk ceramah kuliah deh, jadi aku diam sajalah)" kata Bela yang hanya tersenyum saja melihat adik kelasnya yang kesal itu.

"Yaelah, kenapa kau malah ceramah Jum'atan begitu sih? Bilang saja intinya soal kenapa kamu tidak bisa membalas mereka walaupun sebenarnya kau ingin menghajar mereka Nit," kata Mona yang agak kesal karena Nita bertele-tele.

"(Hiiss, kenapa sulit banget sih buat dengar orang curhat? Rata-rata orang di dunia ini jadi jahat karena tidak ada yang mau mendengarkan basa-basi keluhan hidup mereka tahu. Haaaaa, sudahlah, tidak ada gunanya berdebat dengan orang yang tidak mau mengerti, jadi lebih baik aku nurut saja) Rose Willenburgh, kalian tahu siapa anak yang namanya sok-sok ke Inggrisan ini?" tanya Nita kemudian yang akhirnya menuruti ucapan si Mona untuk into the point.

"Enggak kenal dan enggak peduli, memangnya siapa juga si Rose it…"

"Sebentar Nit, kau barusan bilang Willenburgh? Bukannya itu nama perusahaan pabrik gula terbesar di kota ini yang dimiliki oleh Gogon Willen....Eh, jangan bilang kalau anak yang selama ini menindasmu itu anak dari si pemilik pabrik gula itu ya?" kata Bela yang mulai beropini karena dia sempat tidak merasa asing dengan kata "Willenburgh" itu.

Saat kakak kelasnya yang 1 itu tahu apa yang dia maksud, langsung saja Nita menghampiri dan memeluk erat-erat si Bela dengan perasaan senang karena dia merasa kalau semua ucapannya tadi bukanlah kata-kata yang tidak berguna.

"Ahhhh, senangnya ketika ada orang cerdas yang paham dengan apa yang ingin aku katan, tidak seperti SE-SEORANG yang gak suka basa-basi dan pacarnya hilang entah kemana," kata Nita sambil mengelus-ngelus kepalanya ke dada si Bela seperti kucing.

"Ahahahahaha, paham, aku paham banget kok, memang menyebalkan banget rasanya saat ada SE-SEORANG berdada B cup yang bertingkah seenaknya sendiri tanpa memikirkan apa dampak kelakuannya itu," kata si Bela sambil mengelus-ngelus kepala adik kelasnya itu.

!

Setelah 5 detik terdiam merespons ucapan si Bela dan Nita barusan, Mona yang baru sadar kalau seseorang yang dimaksud oleh mereka berdua itu adalah dirinya sendiri itu segera saja mulai tersenyum sinis karena merasa tersinggung sambil berkata …

"Hooooooi cewek-cewek bedebah, kenapa tiba-tiba kalian ngomongin aib orang tanpa dosa begitu ha? Memangnya kalian pikir kalian siapa sampai bisa seenak jidat begitu nyakitin perasaan orang lai…"

"Kau butuh kaca sialan?" kata Bela dan Nita dengan nada super kesal yang menakjubkannya bisa serasi tentang apa yang ingin mereka katakan kepada si Mona.

Melihat tatapan tajam penuh kebencian dari 2 perempuan itu, Mona yang merasa tersakiti itu pun langsung saja menciut, karena dia tidak mengira kalau dia akan diberi serangan mental dari 2 orang terdekatnya secara bersamaan seperti itu.

"Ta..tapi…tapi akukan niatnya mau membantu, aku enggak ada maksud untuk massa bodoh dengan cerita sedih orang lain, ja..jadi kenapa aku yang malah disakiti begini? Huhuhu," kata Mona yang jongkok sambil menggaruk-garuk lantai untuk melampiaskan kegalauannya.

"Ahahaha, abaikan saja perempuan halu itu, jadi apa sekarang kau bisa memberitahu kami alasan kenapa kau tidak mau membalas aksi pembullyan si Rose ini padamu Nit?" tanya Bela yang persetan dengan temannya yang sedih itu.

"Mengenai hal itu, kakak sendiri sudah tahukan kalau dia itu anak dari pemiliki pabrik gula terbesar di kota ini."

"Iya, terus?"

"Pada awal bertemu pertama kali, sebelum aku memberitahu kalau asalku dari wilayah Timur dan mulai membuat dia merasa jijik dengan bau-bau "kemiskinanku", dia sempat memamerkan dirinya kalau dia itu adalah anak dari pemilik pabrik Willenburgh."

"Lalu?"

"Lalu dia juga sempat bilang kalau usahanya itu merupakan pemberi dana paling besar di sekolah ini sehingga sekolah ini memiliki fasilitas yang mewah-mewah, karena itulah dia selalu merasa kalau semua orang disekolah ini harus menghormatinya."

"Jadi?"

"Jadiiiiii, itulah alasan kenapa aku tidak bisa menghajarnya kak."

?

Saat mendengar ucapan Nita barusan, Mona yang juga mendengarkan semua perkataanya dari bawah lantai sambil jongkok itu sempat merasa bingung, karena dia sama sekali tidak tahu bagian mananya yang membuat si Nita tidak bisa menghajar si Rose itu.

"Eh anu, maaf ya Nit, tapi sepertinya kau kelupaan untuk ngomong sesuatu deh, karena dari semua ucapanmu tadi, aku sama sekali tidak tahu alasan kenapa kau tidak bisa menghajar … "

"Oooooooh, jadi karena dia yang merupakan pemberi dana terbesar di sekolah ini, kau takut kalau pihak sekolah nantinya malah akan memberimu hukuman kalau kau membalas perbuatan bullynya itu walaupun kau sudah memberitahu alasan kenapa kau balas menghajar balik si Rose itu, karena kau mengira orang-orang disekolah ini pasti akan membela dan memberikan pembenaran pada si Rose agar dia tidak meminta orang tuanya untuk berhenti memberikan masukan dana ke sekolah inikan?" kata Bela panjang lebar menjabarkan apa maksud dari semua ucapan Nita tadi.

!

Mendengar penjelasan paket lengkap dari si Bela barusan, Nita hanya bertepuk tangan sebagai bentuk pujiannya kepada kakak kelasnya yang paham dengan apa yang ingin dia sampaikan itu, berbeda dengan si Mona yang malah merasa geram karena dirinya merasa terendahkan dengan kemampuan analisis teman akrabnya itu.

"ASTAGAAAA, BANGSAT KAU BEL! BISA TIDAK KAU TIDAK MENJADI PINTAR UNTUK 1 MENIT SAJA HAA?! KEPINTARANMU BIKIN AKU KESAL BANGET TAHU!!" kata Mona sambil berusaha mencekik leher si Bela dari bawah.

"Ahahaha, ternyata itu alasannya kenapa kau tidak melopor atau membalas si Rose ya? Ya tidak salah juga sih kalau kamu akhirnya milih diam saja, karena kalau orang tua Rose ini beneran adalah pendana utama fasilitas sekolah, bisa gawat kalau bantuan dana itu malah diputus hanya karena anak mereka dipukul oleh teman sekelasnya," kata Bela yang paham dengan situasi si Nita sambil berusaha mencegah Mona untuk mencekiknya dengan cara mendorong jauh kepala anak itu dengan kakinya yang mulus.

"Nah, sekarang kalian berdua sudah tahu alasannya dan tahu kenapa kalian juga tidak bisa membantukukan? Jadi aku mohon, tolong jangan bicarakan hal ini lagi ya, karena aku khawatir kalau kalian ikut campur, kalian malah yang akan kena getahnya," kata Nita sambil membungkuk seperti orang Jepang yang sedang memohon dengan sangat.

Setelah tahu dengan alasan kenapa si Nita tidak bisa membalas ke pembullynya itu, Bela sempat melamun sebentar, dia mulai berpikir apa yang harus dia lakukan selanjutnya, karena apabila dia tidak bisa menyelesaikan masalah si Nita barusan, dia tidak akan mendapatkan jawaban yang dia inginkan dari si Akbar.

"(Waaah, maaf saja ya Nit, mau tidak mau aku harus tetap berusaha untuk menyelesaikan masalahmu agar kak Akbar mau memberikan jawaban pertanyaanku lho, tapi tetap saja sih, kalau ternyata yang dikhawatirkan si Nita tentang si Rose yang memegang kendali para guru di sekolah ini itu benar, bagaimana caranya aku harus mengatasi masalah ini tanpa membuatku dikeluarkan dari sekolah ini? Oh, apa tinggal aku bunuh saja dia di tempat yang sepi lalu menguburnya di … )"

"Eh sebentar, Kenapa kesannya dari kata-katamu tadi itu kita bakal dikeluarkan dari sekolah kalau kami membantumu ha?" tanya Mona yang menyadari suatu hal itu.

"Yaelah Mon, diakan sudah bilang kalau si Rose itu adalah pemberi dana terbesar di sekolah ini, jadi daripada membela murid miskin seperti Nita yang tidak memberikan keuntungan apa-apa secara finansial, pasti pihak sekolah akan lebih berjuang membuat si Rose tidak bersalah agar mereka tetap dapat bantuan dana dari orang tuanya tahu, apa kau masih tidak paham juga dengan penjelasan yang semudah itu Mon?" tanya Bela kepada Mona yang dia kria masih belum paham sama sekali dengan ucapan si Nita tadi.

"Kalau memang begitu, kenapa adikku si Lisa dan temannya sama sekali tidak terkena masalah walaupun mereka membantu si Nita ha?" tanya Mona lagi.

"Astaga, kau serius mengira si Lisa beneran menolong si Nita? Ya tentu saja tidaklah Mon, pasti adikmu dan temannya yang mengirimkan video itu cuma peduli dalam diam saja seperti memberikan semangat, mendoakan, atau sejenisnya tahu, mereka tidak mungkin beneran membantu secara terang-terangan seperti mencegah si Rose itu untuk menjahili si Nita."

"Eeeeeeeeeeeh, a..anu, so..soal itu, sebenarnya mereka juga membantuku dengan terang-terangan kok kak Bela, dan mereka juga tidak diganggu sama sekali oleh si Rose itu," kata Nita yang meralat ucapa si Bela.

?

"Haa? Se..seriusan Nit?" kata Bela tercengah.

"Tuhkan! Kalau ternyata memang si Rose ini anak yang modelnya suka mengancam orang yang menghalangi perbuatannyan seperti yang kita duga, lalu kenapa sampai saat dia tidak melakukan suatu hal yang buruk ke si Lisa dan temannya itu ha?" tanya Mona lagi.

"(Wow, dia tidak bicara soal hal yang bodoh, aku terkesan)" kata Nita sambil bertepuk tangan kecil.

"Aku tidak tahu kenapa kau tepuk tangan begitu, tapi apa kau bisa berhenti? Karena entah kenapa aku malah merasa tersinggung lho," kata Mona yang malah merasa geram melihat tindakan Nita barusan.

TEEET

TEEET

TEEET

!!!

Kagetlah 3 anak itu ketika mereka mendengar suara bel sekolah barusan, karena saking seriusnya mereka menanggapi masalah si Nita ini, mereka sampai tidak sadar kalau waktu istirahat telah habis.

"Anjir!! Istirahatnya sudah selesai dong! A..akukan belum sempat makan apa-apa kampret!! Ka..kalau begini akukan jadi tidak bisa focus belajar karena lapar," kata Mona yang depresi karena lupa untuk tidak membeli makanan dulu itu.

"Ahahahaha, memangnya nilai pelajaranmumu ada yang berubah walaupun kau kenyang atau hamil sekalipun Mon? Jangan ngelawak, yang ada malah kau pasti ketiduran karena kekenyangankan? Ahahahaha," ejek Bela sambil tertawa.

"(Aku mencium bau pertempuran darah akan terjadi nih, dan karena aku tidak mau ikut campur, lebih baik aku mundur saja deh) Baiklah kak Mona kak Bela, karena urusan kita disini sudah selesai, aku izin dulu untuk kembali ke kelasku dulu ya, dan sekali lagi, walaupun aku tidak tahu apakah si Rose itu tipikal anak yang akan membalas perlakuan buruk orang lain melalui kekuasaannya seperti dugaanku atau tidak, tapi untuk kebaikan kalian sendiri, aku mohon kalian jangan ikut campur terlalu jauh ya," kata Nita yang sekali lagi memberikan peringatan kepada 2 seniornya itu.

"Tenang saja Nit, kami tidak akan melakukan apa-apa seperti menyiram si Rose dengan minyak tanah atau melakukan sesuatu yang akan membuatnya trauma untuk datang ke sekolah kok."

"(Ucapan detail kakak barusan malah terkesan kalau kakak sebenarnya ingin melakukan hal itu lho) Ba..baiklah, a..akan aku anggap kalian sudah paham dengan ucapanku tadi, kalau begitu aku pergi duluan ya kak, dan karena kak Mona 1 kelas dengan kak Akbar, tolong kembalikan kunci ruangan ini ke dia ya," kata Nita sambil berjalan keluar ruangan.

"(Walah, dia tidak tahu kalau kak Akbar sebenarnya punya 2 kunci cadang…. Eh sebentar, diakan anggota club ini, apa dia sendiri tidak punya kunci ruangan ini?)" kata Bela yang menyadari sesuatu itu.

"Ok ok, tapi kalau ternyata setelah ini kau dijahili lagi dan kau sudah tidak tahan lagi sampai benar-benar ingin membalas balik si Rose itu, jangan sungkan untuk memanggilku ya Nit!" kata Mona yang masih saja ingin membantu Nita untuk membalas balik perlakuan buruk si Rose itu.

Nita hanya mengajungkan jempol saja kepada kakak kelasnya itu tanpa menoleh sambil terus melangkah keluar ruangan Helper Club. Dan akhirnya, ketika adik kelas mereka itu sudah pergi dari hadapan mereka, Mona pun mulai berkeluh kesah mengenai pembicaraan mereka barusan karena dia mulai berpikir bahwa mustahil untuk menyelesaikan masalah si Nita tadi tanpa jalan kekerasan, tapi sayang sekali, karena saat dia ingin meminta pendapat si Bela mengenai masalah junior kesayangan mereka itu, dia tidak pernah menyangka kalau Bela malah akan …

"Haaaaaa, sepertinya akan susah banget bagi kita buat menyelesaikan masalah si Nita itu, jadi maaf saja ya Bel, karena sepertinya aku akan kembali ke jalan setan lagi untuk sementara waktu deh, aku akan mulai paksa si Akbar bicara lagi dengan cara kekeras …. "

TEP

"Eh? Apa yang kau … "

BUK

!!!

Kagetlah si Mona ketika tiba-tiba saja dirinya di dorong oleh Bela hingga terjatuh di kasur ruangan Helper Club itu, dan parahnya lagi, belum selesai dirinya bertanya kepada si Bela mengenai sebab dia melakukan hal itu, temannya yang maniak tertawa itu segera saja meniduri si Mona sambil memeluknya erat-erat agar dia tidak bisa melarikan diri.

"ASTAGAA BEL!!! KENAPA KAU SELALU SAJA MAIN TINDIH DAN PELUK BEGINI SETIAP KALI ADA AKU DAN KASUR DISUATU RUANGAN SIH?!! KAU ITU SEBENARNYA MAU MELAKUKAN SUATU RITUAL ATAU APA?!" kata Mona yang kesal sambil teringat dengan kejadian di RS dulu.

"Hei Mon, aku...…mau memastikan sesuatu dulu."

"Ha? Memastikan soal sesuatu? Kuberitahu ya, satu-satunya yang saat ini harus kau pastikan itu soal kebiasaan … "

Kali ini, si Mona langsung saja terdiam seribu bahasa, karena dia sangat salah mengira kalau apa yang sedang dilakukan oleh Bela itu sama dengan apa yang dia lakukan saat di RS dulu, karena jika saat di RS itu si Bela masih tersenyum dan bicara lembut, maka kali ini malah kebalikannya, dimana dia malah melihat si Bela yang menindihnya itu sedang menatap tajam dirinya tanpa senyum sedikitpun diwajahnya sambil berbicara dengan nada suara yang amat suram.

"(As..astaga, pe..perasaan mencekam ini lebih parah daripada saat di RS dulu lho, ke..kenapa dia tiba-tiba mengeluarkan aura yang menyesak seperti ini sih?) A..anu Be…Bela, ke..kenapa kamu jadi kelihatan menakutkan begitu ya?" kata Mona yang sebenarnya merasa merinding karena dia merasakan sebuah tekanan berat dari tatapan si Bela.

"Hei Mon, aku dengar kau sudah putus secara sepihak dengan Jupri yang sekarang entah ada dimana posisinya sekarang, lalu aku ingat juga dengan kau yang dulu bilang suka dengan kakakku saat aku mengunjungimu di RS, dan karena hari ini tiba-tiba kau bicara soal masalah kakakku punya pacar atau tidak, aku jadi menyimpulkan sesuatu yang membuatku kesal lho, jadi apa aku boleh memastikan kesimpulanku itu benar atau tidak?" tanya Bela yang sama sekali tidak menunjukan ekspresi bahagia, senang, apalagi bercanda.

"Anuu…ta….tanya soal apa ya?" tanya Mona yang sama sekali tidak bisa menebak "hal jelas" apa yang akan ditanyakan oleh Bela karena paksaan plot cerita.

Kemudian, sambil menunjukan ekspresi murka yang tenang, dengan pelan, Belapun bertanya ….

"Mona, Apa kau … ingin jadian dengan kakakku?"

"Ah, aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah, ke..kelihatan jelas ya? Ahahahaha," kata Mona yang malu-malu sambil tersenyum kecil itu.

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Kata-kata berbahaya seperti "Gorok lehernya", "Congkel matanya", "Mutilasi dadanya", "Keluarkan semua jeroannya", "Bakar mayatnya", dan sejenisnya langsung saja terlintas di pikiran si Bela, dan karena saking banyaknya, si Belapun sampai bingung harus merespons kata mana yang tepat untuk menanggapi situasinya pada saat ini. Tapi, bukannya merasa takut atau merinding melihat ekspresi Bela yang menjadi-jadi, si Mona malah mengatakan kata-kata yang menunjukan bahwa kebodohan miliknya itu sungguh natural.

"Ahahaha, benar juga ya, kaukan Ratunya para ratu di sekolah ini, jadi justru malah anehkan kalau kau tidak tahu isi perasaanku sekarang," kata Mona sambil tersenyum kecil.

"(Isi perasaanku sekarang....kau bilang?)"

"Haaaaaaaaaaaaaa, baiklah, karena sudah terlanjut ketahuan begini, sekalian saja aku akan terus terang kepadamu berhubungan juga kau adalah adiknya...…..Ya, aku ingin jadi pacarnya kakakmu," kata Mona dengan angkuhnya.

!

"Ya, bagaimana aku bilangnya ya, aku tahu itu kurang ngajar kalau kita langsung putus dengan pacar kita jika belum bicara secara 2 mata, tapi ya mau bagaimana lagikan? Si Jurpi itu sudah jelas-jelas seorang criminal dan bahkan sampai sekarang dia masih belum muncul juga, jadi untuk apa aku terus menunggunya kalau ujung-ujungnya aku cuma mau bilang putus setelah aku menghajarnya duluan karena sudah menculik adikku kan? Lalu disisi lain, kakakmu ternyata benar-benar tipe idamanku banget, dan tidak hanya itu, dia juga sudah menolongku saat aku dikepung oleh para geng sialan dari Timur itu sampai-sampai matanya jadi bajak laut begitu, dan dia juga sudah membantu memperbaiki hubunganku dengan adikku yang ternyata selama ini membenciku, jika aku tidak jatuh cinta pada kakakmu itu, berarti aku termasuk orang-orang yang bodoh bangetkan?" kata Mona panjang lebar yang dengan bodohnya memperbanyak alasan kenapa dia akan mati mengenaskan.

"(Bacok, Gorok, Kuliti, Bakar, Mutilasi, Santet …. )"

"Karena itulah Bel, sebelum aku tahu dia itu beneran punya pacar atau tidak, aku akan akan terus membuat kakakmu itu bicara soal kebenarannya walaupun harus pakai kekerasan, karena itu beneran tidak lucukan kalau kita sampai pacaran dengan seorang bajingan 2x berturut-turut? Ahahahahaha."

Mona bicara dengan santai tanpa dosa mengenai perasaannya kepada Akbar, saking santai dan bodohnya dia sampai tidak sadar kalau saat ini si Bela menunjukan wajah yang belum pernah dia lihat sebelumnya, sedangkan itu, si Bela sendiri yang daritadi mendengar omong kosong dari temannya itu benar-benar sangat marah, saking marahnya dia hampir saja kelepasan untuk melakukan hal yang menakutkan.

"(Bu..bunuh…..a…ayo bunuh anak ha…haram ini saat ini juga!! Congkel matanya lalu injak kepalanya sampai han...ja…jangan….jangan…..jangan kesal dulu Bel, tahaaaan!! Ka…kau masih ada di dalam sekolah bajingan!! Kau pasti bakal langsung jadi tersangka kalau kau membunuhnya disini lhooo!!)" kata Bela yang hampir gila karena 1% akal sehatnya yang tersisa berusaha sekuat tenaga untuk mencegah sisi gelapnya keluar.

"Eeeeh, ada apa denganmu Bel? Wajahmu mengindikasikan kalau kau sedang tersiksa lho, apa kau kebelet ngeseng atau sejenisnya?" tanya Mona yang kaget ketika melihat ekspresi wajah Bela yang bisa dikatakan....."tidak stabil"

"(Pulaaang!! Sabarlah sampai pulang nanti Beeeel!! Setelah pulang, kau bebas melakukan apa saja soal pelacur ini!! Jadi bersabarlah sialaaaaan!!)"

"Anu, Bela, kau tahu kalau sekarang waktu istirahat sudah selesaikan? Jadi apa kau bisa bangun dari tubuhku sekarang? Aku mau masuk kelas nih," kata Mona yang masih saja tidak sadar dengan maksud ekspresi Bela yang menjadi lebih menakutkan itu.

"Ah benar juga, sekarang waktunya pelajaran dimulai ya, ahahahaha, maaf-maaf, aku terlalu bersemangat sampai lupa dengan waktu," kata Bela sambil memasang wajah "normal" palsunya itu.

"Bersemangat? Memangnya soal … "

PLAAAAK

!!!

"ADUHHH!! JA…JANCOK!! A…APA-APAA YANG BARUSAN ITU BEL?!" tanya Mona yang kaget ketika si Bela tiba-tiba menamparnya dengan keras.

"Ahahahaha, maaf-maaf, wajahmu buat aku kesal, jadi rasanya aku ingin banget menginjak-injak kepalamu lalu kupotong dan kujadikan bola voli pribadiku lho, tapi sayang banget sekarang aku cuma bisa menamparmu saja karena kita masih ada disekolah, ahahahaha," kata Bela yang mengucapkan keginan terdalamnya itu dengan sangat normal sambil berjalan pergi meninggalkan temannya itu.

"Bangsat!! Bisa-bisanya kau ngomong ngawur kaya begitu dengan santainya?! Kau pikir aku akan terima alasan tolol tidak masuk akalmu itu ha?! Awas saja saat kita latih tanding!! Akan kubalas kau 2x lipat lho!!! Jadi siapin asuransi, KTP, Ijazah SD, SIM…..Eh bentar, dokumen apa saja yang dibutuhkan buat rawat inap di RS ya?" kata Mona yang malah mengira si Bela bercanda dan mulai memikirkan hal yang tidak berguna.

"Kalau begitu aku mau duluan ke kelasku dulu ya Mon, nikmati waktumu selama kau masih bisa "melihat" teman dan keluargamu ya, ahahahaha," kata Bela sambil keluar dari ruangan Helper Club.

"Eh, woi tunggu Bel!! Aku juga mau kembali ke kelas oi!! Ayo kita kembali bareng!! Jalan ke kelas kitakan seara….Hei Bel!! Kau dengar aku?!! Wooooi!" kata Mona yang buru-buru bangun dari tidurnya itu dan mengejar si Bela dari belakang.

*NOTE

(Mohon maaf jika ini diluar cerita, tapi saya agak penasaran dengan beberapa hal, di status novel-novel saya ini selalu menunjukan peningkatan jumlah pembaca tiap harinya walaupun saya tidak pernah update bab baru lagi, karena itu untuk memastikan bahwa ini bukan ulah ai/komputer/sistem aplikasi, saya mohon untuk para pembaca "asli" untuk memberikan sebuah komentar bebas pada bab cerita ini, karena jika ternyata saya tidak mendapatkan komentar dari pembaca "asli" tapi jumlah pembaca saya malah masih tetap meningkat, itu artinya memang ada suatu sistem pada aplikasi ini yang bertugas untuk meningkatkan jumlah pembaca suatu novel tanpa perlu menggunakan pembaca "asli")