Bagaimana si Mona tidak merasa emosi dan kesal, karena isi dari video 6 detik yang diberikan oleh si Akbar barusan itu adalah Nita yang sedang dibully oleh anak-anak di kelasnya, yang dimana pada Vidio itu ada seorang anak sedang menyirami kepala si Mona dengan air botol. Dan melihat temannya seperti orang yang ingin segera mencopot kepala seseorang dengan kaki kosong (?), Bela pun segera saja memegangi tangan temannya itu.
"Ahahaha, kau pikir apa yang sedang kau lakukan sekarang ini Mon?" tanya Bela yang lucunya dia kembali memunculkan senyuman manis khasnya.
"Setelah melihat junior kesayanganku diperlakukan seperti itu, kau tanya apa yang ingin aku lakukan sekarang? Sudah jelaslah aku akan memberi anak haram itu suatu pelajaran yang sama sekali gak berhubungan dengan pelajaran sekolah, kau pikir apa lagi ha?" jawab Mona dengan nada tegas.
"Aku tahu kau ingin banget melakukannya, tapi bukannya berbahaya kalau kita langsung ikut campur masalah tanpa tahu apa-apa soal masalah itu Mon?"
"Haaa? Apa maksudmu?"
"Si Bela benar Mon, sebaiknya kau tidak langsung berbuat aneh-aneh sebelum tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi di kelas si Nita," kata Akbar yang saat ini sedang mengetik sesuatu di HP nya.
?
"Apa yang terjadi di kelas si Nita katamu? Kau butakah? Yang sedang terjadi saat ini itu adalah adanya kegiatan bullying ke seorang muri … "
"Dan apa kau pikir ini cuma masalah bullying biasa Mon?"
" …id, eh, apa? Kau bilang apa barusan bar?"
"Well, sebenarnya ini bukan pertama kalinya adikmu si Lisa itu memberitahu kalau si Nita mengalami masalah pembullyan, dia sebenarnya sudah pernah membicarakan masalah ini denganku saat kejadian masalah si Jupri di massa lalu."
"Ya terus? Apa hubungannya dengan aku yang tidak boleh menghajar si pembully Nita itu sekarang ha?"
Mendengar temannya masih tidak paham dengan apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh Akbar, Bela yang memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda dengan si Mona itu pun dengan rendah hati memberikan beberapa petunjuk.
"Ahahahahaha, kau masih tidak paham Mon? si Nita ini sebenarnya sudah dibully sejak lama lho, malahan mungkin sudah terjadi saat pertama kali dia masuk sekolah, tapi anehnya, kalau memang dia sudah di bully sejak lama, lalu kenapa sampai saat ini dia tidak terlihat sama sekali seperti orang yang jadi korban penindasan bullying ya?" kata Bela yang ternyata sudah memahami pikiran si Akbar.
...
...
?
"Eh, be..benar juga ya, ka..kalau memang benar begitu, kenapa dia bertingkah seolah tidak ada yang terjadi ya?" kata Mona yang akhirhnya menyadari hal aneh dari apa yang telah dilakukan oleh Nita.
"Aku tidak tahu ada alasan apa yang sampai membuatnya tidak mau bicara soal dirinya yang sedang dibully itu, jadi setidaknya sampai kita tahu apa memang dia butuh bantuan atau tidak, kita tidak boleh asal membantunya Mon (Apalagi kalau ini ternyata ada hubungannya dengan si kamus bernyawa itu)" kata Akbar yang tiba-tiba saja terbayangkan dengan wajah kepala sekolahnya yang absurb itu.
"Lhaaa, kalau begitu apa yang harus kita lakukan ha? Membiarkan si Nita tetap di bully seperti itu sampai si Nita sendiri minta tolong ke kita?" tanya Mona dengan nada geram.
"Sebenarnya aku memang ingin melakukan itu sih, tapi jujur saja aku agak kesal kalau ada orang lain yang menjahilinya selain aku, jadi daripada menunggu si Nita yang bicara, kenapa kalian berdua tidak mencoba untuk membuatnya bicara saja?" kata Akbar sambil menekan tombol "kirim" di HP nya.
"Eh, membuat Nita bicara katamu? Apa kau ingin kita menculiknya lalu mengintrogasinya seperti di film-film aksi begit… "
"Aku sudah memanggil si Nita kesini, kalian coba buat dia bicara mengenai masalah pembullyaannya, kalau kalian bisa bantu menyelesaikannya, akan aku jawab semua pertanyaan yang ingin kalian tanyakan," kata Akbar yang kemudian berjalan menuju arah pintu keluar.
"Kalian? Maksudmu aku dan Bela? Lho, Memangnya kau sendiri bagaimana?"
"Tentu saja aku akan menyelesaikan masalah yang lebih menyebalkan ketimbang mengurusi adik kelas yang imut tapi kurang ngajar itu, kalau begitu aku duluan ya, selamat bekerja," kata Akbar sambil membuka pintu ruangannya dengan kunci cadangan.
"(Ahahahaha, dasar kakak, ternyata dia punya kunci duplikat, tapi ya justru malah tambah aneh kalau dia tidak begitukan?)" kata Bela yang hanya tersenyum saja melihat kakaknya yang ternyata memiliki kunci cadangan itu.
Dan akhirnya, si Akbar pun pergi keluar ruangan, yang dimana dia pun mulai dikerumini oleh para murid yang gatal untuk menanyakan berbagai macam pertanyaan kepadanya, dan setelah Akbar berhasil mempengaruhi otak murid-murid lebay itu dan memancing mereka pergi ke kelasnya, si Nita pun kemudian muncul setelah 1 menit kepergiannya, yang dimana saat ini dia sedang ditunggui oleh si Mona dan Bela di dalam ruang kerjanya.
"(Yaaa, paling tidak sekarang aku punya kesempatan untuk tidur dikasur kak Ak… ) Lho, Kak Bela dan kak Mona? Ke..kenapa kalian ada disini?" tanya Nita yang kaget saat tahu ternyata ada 2 orang tamu di ruangannya.
"Ahahahaha, maaf ya kalau kami menggangu, sebenarnya kami tadi urusan sebentar dengan si Akbar, tapi sekarang dia … "
"Hei Nit, kamu habis dibully ya?"
…
…
…
?!
Mendengar ucapan tanpa basa-basi dari si Mona tadi, langsung saja sambil tersenyum, Bela yang sangat geram itu segera memukul rahang bawah temannya itu, setelah itu, dia pun segera menarik erat-erat rambut si Mona kebelakang dan kemudian membantingkan kepalanya ke arah depan hingga jatuh menabrak lantai, dan setelah si Mona terkepar di tanah dan mengeliat-mengeliat seperti cacing kerasukan ikan cupang, si Bela dengan bahagiannya menendang-nendang perut temannya sampai-sampai pantatnya mulai mengeluarkan darah suci.
"(ASTAGAAAAAAA!! COBA SAJA SI NITA ENGGAK ADA DISINI!!! INGIN BANGET AKU NGELAKUIN ITU LHOOO!!) Ahahaha Mona, sepertinya kamu sama sekali enggak menyimak apa yang aku dan kakakku katakan tadi ya?" kata Bela yang berusaha semaksimal mungkin untuk tidak melakukan apa yang dia rencanakan tadi.
"Aku gak suka mikir ribet-ribet, jadi into the point saja, hei Nit, kenapa kamu bisa di bully begitu ha?" tanya Mona yang acuh dengan ucapan Bela barusan.
"Se…sebentar, ba..bagaimana kakak bisa tahu hal itu? Ja…jangan bilang kalau si Lisa yang memberitahu kakak?" kata Nita yang sempat panik karena rahasiannya sudah terbongkar oleh 2 orang itu.
"Ya sebenarnya kamu tidak salah juga sih, karena tadi si Lisa yang saat ini sedang sakit dan istirahat dirumah itu dapat video soal kamu yang disiram oleh teman-teman sekelasmu, jadi dia langsung mengirimkan video itu ke si Akbar dan dia juga menunjukannya pada kami deh,"kata Mona panjang lebar.
Mendengar penjelasan dari Mona barusan, Nita dan Bela secara bersamaan segera menepuk dahi masing-masing, karena dengan maksud yang berbeda, apa yang diucapkan oleh Mona tadi benar-benar membuat emosi mereka meluap-luap.
"(Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaah, bacotnya benar-benar gak bisa di rem, terserah, terserahlaaaaaah!! Ahahahahaha!! Aku sudah tidak sanggup lagi ya Rab!! Ahahahahaha!)" kata Bela yang akal sehatnya mulai terganggu itu.
"(Astagaaaaaa, ternyata Fany merekam kejadian tadi ya? Haiiisssh, kenapa mereka sulit amat sih untuk disuruh diam? Aku kan sudah bilang kalau tidak perlu melibatkan orang luar, sekarang masalah ini jadi tambah rumitkan)" kata Nita yang alasan kesalnnya masih bisa diterima akal sehat.
"Baiklah Nit, sekarang waktunya kau bicara panjang lebar, karena kalau memang kau sudah dibully sejak lama, seharusnya si Lisa sudah memberitahuku soal masalah ini tahu, tapi masalahnya karena sampai sekarang dia tidak bilang apa-apa, itu artinya kau pasti yang meminta dia untuk tidak bcara soal masalah pembullyanmu itukan? Jadi kenapa kau hanya diam saja selama ini ha? Kenapa kau tidak ingin orang lain tahu soal kau ini yang saat ini sedang dibully ha??" tanya Mona lagi yang langsung ke point permasalahan.
…
…
Melihat suasana benar-benar terasa tegang, Nita tahu kalau saat ini Mona dan Bela sedang serius menanggapi masalahnya, yang dimana itu artinya mereka pasti akan tetap keras kepala jika jawaban yang mereka ingin tidak sesuai harapan mereka, karena itulah setelah menghela nafas panjang, Nita pun menjalankan rencana rahasianya, yaitu …
"Ah maaf, tiba-tiba saja aku mau pipis dulu, jadi aku izin keluar … "
TEEP
…
…
Melihat Nita yang ingin melarikan diri, Bela yang sudah massa bodoh dengan bersikap "pura-pura tidak tahu" karena kelakuan si Mona tadi itu segera saja mencegah Nita melarikan diri dengan memegang erat tangan adik kelasnya itu erat-erat.
"Ahahaha, kau pikir kau mau kemana adik kelas kesayangaanku yang paling imut?" tanya Bela sambil tersenyum manis.
"A…a..akukan sudah bilang aku mau ke toilet, ja..jadi bisakah kakak melepaskan … "
"Sebagai cewek yang sudah puber, kita pasti selalu membawa toilet berjalan di balik celana dalam kitakan? Jadi enggak perlu repot-repot ke toilet Nit, keluarkan saja semuanya disini, toh tidak akan ada yang sadarkan?"
"Ahahaha, terima kasih buat sarannya, tapi maaf ya kak Bela, aku masih normal dan masih ingin kawin dengan PNS, jadi tolong bisakah kakak melepaskan tangannku sekarang sebelum aku benar-benar melakukan apa yang kakak katakan?"
"Ah, maaf ya kalau kau jadi tersinggung Nit, tapi sebenarnya tadi aku masih ingin berusaha berpura-pura tidak tahu soal masalahmu itu dan membahasnya pelan-pelan agar kau bisa terbuka dengan kami lho, tapi sayangnya, karena seseorang yang OOO-TAKNYA sedang digadaikan itu malah bicara ngelantur, jadi bisakah kita selesaikan ini cepat tanpa babibu lagi Nit? Karena kau sendiri pasti juga pahamkan kalau dari sikap kami berdua, kami pasti tidak akan membiarkanmu pergi sebelum kau menceritakan semuanya lho," kata Bela yang akhirnya ikut-ikutan juga into the point masalah.
…
…
Mendengar ucapan Bela barusan, akhirnya Nita yang sudah tidak bisa berkutik lagi itupun hanya pasrah saja dengan nasibnya setelah ini, karena itulah, Nita yang tahu kalau dia sudah tidak bisa beralasan lagi untuk kabur itupun mulai bicara soal masalah pembullyannya itu.
"Haaaa, sepertinya aku memang tidak bisa kabur lagi kalau sudah dikepung begini ya?"
"Ahahaha, syukurlah kamu cepat mengerti TI-DAK seperti seseorang, jadi apa kau bisa langsung menceritakanya kepada kami kenapa kau di bully oleh teman-teman sekelasmu?"
"Baiklah, aku akan menjelaskannya kepada kakak, tapi aku mohon, setelah aku menjelaskan alasannya, tolong jangan berbuat yang tidak perlu seperti melaporkan ini ke guru BK atau sejenisnya, mengerti kak?"
?
"Ha? Lalu apa juga gunakanya kamu menceritakan masalahmu kalau kamu tidak ingin masalahmu diselesaikan ha? Justru aku dan Bela ingin mendengar alasanmu itu agar kami bisa … "
JDAAASS
!!!
Saat tahu kalau Mona akan mengatakan hal yang akan membuat pekerjaanya makin panjang, dengan cepat Bela yang sudah siap-siap akan kebodohan Mona yang terulang lagi itu pun menginjak kakinya keras-keras, dan tentu saja tidak lupa sambil tersenyum juga.
"…ANJIIRR!!! KENAPA KAU TIBA-TIBA MENGINJAK KAKIKKU BEGINI BEL?! INI BENERAN SAKIT TAHU!! ADUH DUUUH!!" kata Mona sambil meloncat-loncat dan memegangi kakinya yang kesakitan.
"Tenang saja Nit, aku akan menjamin kalau aku dan si perawan jomblo itu tidak akan melakukan hal bodoh lainnya seperti yang kau minta, jadi silahkan ceritakan alasanmu dengan santai ya."
Akhirnya, setelah si Bela menjamin bahwa dirinya dan Mona tidak akan mengadu masalahnya ke guru BK, Nita pun dengan terpaksa mulai menceritakan sebab dirinya menjadi korban bullying.
"Huufff, baiklah, ja..jadi begini, ka..kakak tahukan kalau aku berasal dari daerah Timur?" kata Nita kemudian mulai bercerita.
"Iya, karena saat pertama kali kita bertemu, aku pernah menelpon dan ngobrol denganmu malam-malam soal dirimukan? Kalau tidak salah ingat dulu kau bilang kalau kau tinggal di daerah pojok kan?" kata Bela yang sempat mengingat massa lalunya dulu.
"Yup, lebih tepatnya di desa Kembang Merana, dan kakak juga tahukan kalau sebenarnya sekolah ini adalah salah satu sekolah terkenal di kota ini?"
"Tentu sajalah, kau pikir kenapa juga sekolah ini memiliki gedung paling besar di kota ini? Itu karena hampir anak-anak dari orang kaya, terkenal, dan berpengaruh di kota ini bersekolah disini lho, bisa juga dikatakan kalau sekolah ini adalah markas anak-anak berpengaruh sih," jawab Bela menjelaskan kenapa sekolah di tempatnya itu merupakan sekolah yang terkenal di kotanya.
"Ya, hampir rata-rata orang yang bersekolah disini adalah orang kalangan atas, berbeda aku yang sebatas dapat beasiswa prestasi."
"Jadi? Apa yang sebenarnya ingin kau sampaikan?" tanya Mona yang sama sekali tidak paham dengan apa yang ingin dikatakan oleh adik kelasnya itu.
"Jadi….. dari banyaknya adegan classic di film yang membicarakan si kaya dan si miskin, kira-kira kejadian macam apa yang sedang menimpaku saat ini?"
…
…
!
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah, penindasan karena perbedaan Kasta ya?" Kata Bela yang tahu apa yang ingin disampaikan oleh Nita barusan.
Perbedaan kasta, sebuah istilah menjijikan di dunia "materialis" ini yang digunakan untuk membanding-bandingkan nasib orang berdasarkan tingkat sosial mereka di masyarakat, yang dimana orang-orang kelas atas akan selalu mendapatkan perlakuan mulia layaknya Tuhan oleh para aparat-aparat "penjilat", sedangkan orang-orang kelas bawah akan mendapatkan perlakuan setengah-setengah karena tidak adanya "pelicin" yang bisa di dapatkan dari mengurus mereka.
"Eh sebentar, aku masih belum ngeh, apa maksudnya perbedaan kasta ini ha?" tanya Mona yang masih belum saja paham dengan situasi yang sedang dialami oleh Nita itu.
"Well, agar bisa dipahami oleh homo sapien dengan otak 1 miligram sepertimu itu, simplenya si Nita ini ditindas karena dia berasal dari daerah yang benar-benar berbeda dari tempat ini, kau tahukan kalau daerah Barat yang merupakan pusat kota ini kondisi penduduknya berbeda sekali dengan para penduduk di Timur yang kondisi penduduk dan infrastrukturnya juga dibawah kata "baik-baik saja" Mon. Jadi yaaaaa, kau bisa menganggap kalau anak-anak sok "Borjuis" yang membully si Mona itu alergi dengan orang wilayah Timur alias "gembel" gitu, ahahahahaha," kata Bela yang memberikan penjelasan yang menurutnya bisa dipahami oleh maklukh sejenis Mona.
!
"APAAA?! SERIUS NIT??!! KAU DIBULLY HANYA KARENA MASALAH TEMPAT TINGGALMU?" tanya Mona kemudian.
"Iya, persis seperti yang kak Bela katakan barusan, aku si anak dari Timur yang hidupnya pas-pasan ini ditindas hanya karena dianggap tidak sekelas dengan teman-teman sekelasku yang makannya selalu menggunakan sendok emas itu," kata Nita yang membenarkan ucapan Bela tadi.
…
…
Disaat dirinya telah mendengarkan alasan yang tidak masuk akal tentang kenapa adik kelas kesayangannya itu dibully, Mona mulai merasa emosi dan kesal, karena menurutnya alasan teman-teman si Nita membullnya itu sangat tidak rasional.
"Woi woi woi, ja…jangan bercandalah, massa hanya karena kau tinggal di wilayah Timur semua anak jadi membencimu? Aku memang pernah dengar masalah yang seperti ini di berita-berita sih, tapi aku enggak beneran nyangka kalau hal seperti ini ternyata beneran ada lho."
"(Jadi buat apa kamu melihat berita kalau kamu tidak percaya dengan kejadian yang terjadi didalam ha?)" tanya Bela.
"Tapi serius, menurutku ini tidak masuk akal tahu, kau yakin kalau kau tidak sengaja menyakiti mereka dan lupa minta maaf jadi akhirnya mereka mulai membullymu sebagai bentuk balas dendam?"
"Ayolah kak Mona, hanya aku satu-satunya anak di kelas itu yang berasal dari wilayah Timur, jadi mana mungkin aku yang minoritas ini cari gara-gara dengan kaum mayoritas, apalagi kalau mayoritasnya itu hidupnya bermotto "uang adalah segalanya", beeh, bisa apa aku kalau terlibat masalah begituan?"
?
"Oh, jadi kamu tidak mau terlibat masalah yang berhubungan dengan uang ya Nit?" kata Bela yang sempat meyadari sesuatu.
"Ya tentu sajalah kak Bela, kan sudah aku bilang kalau akau sekolah disini karena dapat beasiswa prestasi, jadi andai saja aku tidak dapat beasiswa itu, sudah daridulu aku pasti tidak akan meginjakkan kakiku disekolah ini kak, karena pasti sudah gila aku dan ibuku yang missquen ini kalau kami nekat mendaftar ke sekolah swasta yang jaraknya sangat jauh dari rumah dan bahkan SPP tiap bulannya bisa dibuat untuk membeli mie kerdus untuk 3 tahun kedepan kak."
"Oooooooooh, jadi alasan kenapa kamu tidak mau melaporkan masalah ini ke pihak sekolah adalah juga karena berhubungan dengan uang ya?" tanya Bela sambil tersenyum kecil.
"Ya iyalah, karena bisa gawatkan kalau sekolah ini malah kena rugi gara-gara aku memberi pelajaran ke anak …. "
…
…
!
Saat tahu dirinya keceplosan bicara, langsung saja Nita dengan cepat menutup mulutnya agar tidak bisa melanjutkan kata-katanya tadi, tapi sayang sekali, Bela yang otak dan pendengarannya setajam hukum masyarakat kebawah itu sudah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Nita tadi, karena itulah dia pun mulai memaksan adik kelasnnya itu agar bicara lebih banyak lagi agar tahu apa yang harus dia lakukan selanjutnya.
"(Bangsat! A..aku keceplosan!! Ce..cewek ini benar-benar tahu bagaimana membuat orang bicara secara tidak sadar jiirr!)" kata Bela yang terkesan dengan cara bicara Bela yang manipulatif itu.
"Ahahahahahaha, tidak ada gunanya lagi untuk menyembunyikan alasannya Nit, lagipula kau juga tahukan kalau kau masih akan tetap tidak bisa pergi dari sini sebelum kau menjawab semua pertanyaanku? Jadi apa sekarang kau bisa memberitahu kami Nit, masalah uang apa yang kau cemaskan ini sampai-sampai kau jadi korban bullying seperti ini?" tanya Bela dengan sikap tenang dan anggunnya.
"(Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah, sialan, padahal sebisa mungkin aku tidak ingin ngomong panjang lebar soal masalah ini karena mungkin mereka bisa juga ikut terlibat, tapi karena kak Bela sudah berjanji tidak akan bicara soal masalah ini dengan pihak sekolah, a…apa ini tidak masalah?)"
"Oh, kau cemas kalau masalahmu nanti malah berakhir menyusahkan kami ya? Ahahahahaha, tidak perlu khawatir Nit, kalau memang hal buruk terjadi pada kami karena ikut campur masalahmu, kami sendiri yang akan menanggung akibatnya kok, jadi kau tidak perlu cemas memikirkan kami ya,"kata Bela sambil tersenyum manis mengatakan apa yang dipikiran oleh si Nita.
"Aku tidak tahu masalah apa yang akan kami hadapi sih, tapi kalau masalahnya berhubungan dengan berkelahi, kau seharusnya mencemaskan orang yang mau menghajar kami tahu," kata Mona dengan bangganya.
…
…
…
"(Oh aku lupa kalau mereka itu termasuk golongan orang-orang sakti, jadi sepertinya memang tidak masalah kalau aku memberitahu mereka soal masalah ini deh)" kata Nita yang hanya terkesan saja ketika dia mengingat kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh 2 kakak kelas didepannya itu.
Akhirnya, setelah yakin kalau 2 kakak kelasnya itu mampu mengatasi masalah yang akan terjadi nantinya, Nita yang daritadi terlalu paranoid karena berniat untuk tidak melibatkan si Bela dan Mona itu pun mulai bersikap massa bodoh dengan tujuan awalanya tadi dengan mulai berbicara panjang lebar mengenai masalah pembullyannya itu.