Chereads / Helper Club / Chapter 6 - Akbar dan Nita (2)

Chapter 6 - Akbar dan Nita (2)

Saat mengetahui nilai danem si Nita yang ternyata dibawah harapannya, Akbar yang sempat shock itu langsung saja meminta maaf dengan bahasa yang greget.

"Holi sit, ma..maaf, aku turut berduka cita, aku tidak megira kau ternyata sebodoh itu," kata Akbar yang merasa bersalah tapi malah mengucapkan kata-kata yang mematikan.

"(Kurang ngajar! Ta..tapi sabar Nita, sabar...di...dia kakak kelasmu)Ti...tidak apa-apa kak....a...aku sendiri....UHUK!!.....ini salahku sendiri terlalu mudah menyimpulkan sampai lupa hal penting seperti itu, ta...tapi tolong lain kali gunakan kata-kata yang halus ya," kata Nita yang serasa ingin meledak sekaligus batuk darah disaat bersamaan karena mendengar kata terakhir si Akbar yang menusuk hati tadi.

"(Tapi memang aneh, tidak peduli seberapa bodohnya anak itu, tapi jika memiliki potensi dan prestasi yang lebih baik daripada murid berdanem 35 keatas pun, SMA Negeri pasti akan menerimanya juga untuk meningkatkan status sekolah mereka, karena sekarangkan persaingan kualitas pendidikan sekolah Modern sedang trend....eh, tunggu sebentar) Anu Nita, apa setelah semua SMA yang kau datangi itu, tiba-tiba bu Helda yang datang menghampirimu? Bukan karena kau datang ke sekolah ini dan minta jalur prestasi?" tanya Akbar yang menyadari sesuatu yang ganjil itu.

"Eh itu, sebenarnya setelah tidak diterima di SMA Negeri manana pun yang dekat dengan daerahku, aku memutuskan untuk kerja sampingan saja kak, dan walaupun aku sempat kepikiran masuk SMA Swasta sih, tapi tidak jadi gara-gara gosip tetangga yang bilang nanti ujung-ujungnya pasti ada tambahan biaya untuk inilah-itulah, tapi ya seperti yang kakak katakan tadi, memang bu Helda yang datang mengahampiriku di saat-saat akhir, kenapa kakak bisa menebak hal itu?"

Setelah mendengar penjelasan dari Nita barusan, tahulah si Akbar soal apa yang sebenarnya telah terjadi pada si Nita yang sampai tidak bisa diterima di SMA Negeri mana pun meski dengan sertifikat pengahargaan itu.

"(Ah sialan, sepertinya aku tahu apa yang baru saja wanita itu lakukan, tapi kenapa harus dia? Apa yang sudah dilakukan gadis ini sampai bu Helda bisa tertarik padanya ya? Apa lebih baik aku tanya saja?)" tanya Akbar yang masih tidak mengerti soal beberapa hal.

"Oh ya kak Akbar, boleh aku tanya sesuatu?"

"Ha? Tanya soal apa?"

"Soal Helper Club ini, sebenarnya ini club apa ya? I.. ini bukan persatuan tukang bersih-bersih sekolah kan?"

???

"Kau yakin bertanya soal itu?"

"Ha? Aku kan memang tidak tahu, jadi apa salah kalau bertanya soal hal yang tidak kita ketahui?"

"Nita, aku mencium bau-bau nilai danem ujian B.Inggris yang dibawah 60, apa aku benar?"

"Hoooohoho, maaf ya kalau aku ini memang bodohnya tidak ketolongan, wahai Roy Kiyoshi si "Microsoft Excel berjalan" next generation," kata Nita yang kesabarannya hampir habis karena hinaan si Akbar.

"(Hei, pembaca angka dan pengguna Microsoft Excel itu sudah dunia yang berbeda tahu, minta maaf dengan mas Roy sebelum dapat karma buruk sana) Sesuai namanya, Helper Club yang artinya "Club Penolong", bukan Persatuan tukang bersih-bersih atau sejenisnya."

"Ini adalah club yang dibuat untuk menolong siapa saja yang mendapatkan sebuah masalah yang merasa ingin meminta bantuan, simplenya club yang menolong menyelesaikan masalah orang begitu,," kata Akbar menjelaskan.

"Kakak pendiri club ini kan? Jadi kenapa cuma kakak saja anggotanya? Apa kakak tidan mau mencoba merekrut atau sejenisnya?"

?

"Ah i..tu....sebenarnya....a...ada masalah yang agak rumit yang membuatku harus sendirian di club yang aku buat ini," kata Akbar menjelaskan dengan memalingkan mukanya dari arah Nita karena merasa canggung membicarakan masalahnya.

"Ini bukan penampungan anak-anak nakal kan? Karena setahuku club yang anggotanya kurang dari 3 orang tidak dibolehkan lho."

"Hei, asal tahu saja, club ini berbeda dengan yang lain karena aku dapat perlakuan khusus untuk bisa terus aktif walau kekurangan anggota dari bu Helda sendiri lho, dan memangnya kenapa juga kau bisa menyimpulkan kalau ini tempat penampungan anak-anak nakal ha?" tanya Akbar dengan tampang seram.

"Entahlah, tapi dilihat dari sikap dan cara kakak bicara pada orang yang lebih tua seperti bu Saraswati tadi, aku mencium....hmmmm.....bau-bau kenakalan remaja, iyakan?" kata Nita sambil tersenyum sinis.

"Kalau kau bisa membuat kesimpulan seperti itu, berarti kau juga telah melakukan suatu yang berbau-bau kenakalan remaja karena bisa sampai dipaksa masuk kesinikan?" kata Akbar kemudian membalas ucapan si Nita.

?

"(Ah benar juga ya, seharusnya aku harus memperhatikan ucapanku sendiri deh)" kata Nita yang sadar kalau dirinya menggunakan kata yang salah.

"Oh ya omong-omong aku juga mau tanya lagi Nita."

"Tanya soal apa? Apa aku melakukan hal buruk karena kakak mencium bau-bau karma buruk akan datang padaku?" tanya Nita dengan sinis.

"Ya, memangnya apa yang telah kau lakukan sampai kau berurusan dengan bu Saraswati dan dipaksa masuk ke club ini ha?"

...

...

Mendengar Akbar yang ternyata menanyakan pertanyaan yang tadi dia tebak, si Nita langsung berwajah pucat pasih karena dia terlalu canggung untuk menceritakan sebab dia bisa berurusan dengan BK.

"(Kampretos, ke..kenapa di saat begini tebakanku malah tepat sih?) A..ahahahaha..itu.....aku agak tidak enak membicarakannya," kata Nita malu-malu kucing sambil memalingkan mukanya.

"(Waduh, dari ekspresinya sepertinya dia tidak mau membahas masalah itu deh, le..lebih baik aku diam saja sampai dia yang bicara sendiri deh) Well, apapun itu, pasti bisa dikatakan pelangaran berat ya?" kata Akbar menebak-nebak kesalahan yang dibuat si Nita melalui tingkah lakunya itu.

"Y....ya bisa dikatan aku "berkelahi" begitu, hehe."

"(Ok, dia malah keceplosan, gas saja deh) Berkelahi? Berkelahi dengan siapa?"

Saat Akbar mulai banyak tanya mengenai masalah yang telah dibuat, Nita yang hanya pasrah dengan apa yang terjadi nanti karena pertanyaan Akbar yang bertubi-tubi tanpa henti itupun mulai menjelaskan dari A-Z.