Beberapa menit kemudian.
Bagaikan ramalan Jayabaya mengenai kedatangan Jepang sebagai awal kemerdekaan Indonesia, lagi-lagi dugaan si Akbar pun menjadi kenyataan, karena disaat Akbar selesai membuat ramuan baru dengan kekuatannya, datanglah berbondong-bondong tentara kerajaan yang mengepun penginapan, tentu saja hal ini membuat para warga hanya menjauh sejauh mungkin agar tidak terlibat dengan masalah yang akan terjadi dan melihat dari kejauhan.
"Pa..pasukan kerajaan datang! Mereka mengepung seluruh penginapan," kata tuan Grail yang telah melihat seluruh tentara melingkari penginapannya.
"Ti…tidak ada jalan lagi untuk kabur, tuan Akbar, a…apa yang harus kita lakukan?" tanya seorang warga yang masih terjebak didalam penginapan bersama si Akbar dan lainnya.
"Ada tamu sedang menunggu diluar, sudah seharusnya kita menyambutnya sebagai tuan dong, tuan Grail, bolehkan aku menjadi pemilik penginapan ini untuk 20 menit?" kata Akbar yang hanya tersenyum seperti biasa.
"Silahkan saja tuan Akbar, ta..tapi kalau boleh tahu, memangnya apa yang akan anda lakukan?"
"Sudah aku bilangkan? Aku Cuma akan menyambut tamu terhormat yang tidak terhormat itu," kata Akbar sambil berjalan keluar pintu.
Sedangkan itu, dokter yang dihajar habis-habisan oleh Akbar muncul kearah depan barisan bersama dengan pemimpin pasukan kerajaan, dia mengira kalau orang yang menghajarnya tadi malam itu berada di dalam rumah yang sedang mereka kepung itu.
"Dokter Aldeon, apa benar orang yang mencuri obat dan menghajar anda beserta 2 pengawal anda itu ada didalam penginapan ini?" tanya sang komandan pasukan pada dokter itu.
"Benar sekali tuan Palkos, tadi malam dirinya diam-diam menyerang kami dan mengambil obat penawar yang kami jaga, dan sekarang pasti sudah jelas kalau dirinya menjual kembali obat itu kepada para warga untuk kepentingan pribadinya, karena itulah banyak orang-orang datang ketempat ini," jawab Dokter yang bernama Aldeon itu yang berbohong senatural dia bernafas.
"Jika memang begitu, ada kemungkinan kalau orang ini adalah komplotan dari pemberontak," kata Palkos menebak-nebak kemungkinan yang bisa saja terjadi.
"Kalau begitu apa yang anda tunggu lagi tuan? Cepat selesaikan masalah ini dan hukum seberat-beratnya pencuri sialan itu!"
"(Entah kenapa aku merasa ada yang tidak beres dengan sikap dokter Aldeon, tapi sekarang aku focus dulu untuk mengurus masalah ini) WAHAI PEMILIK PENGINAPAN, ATAS NAMA TENTARA KERAJAAN DRALON FIREBLOOD! AKU PERINTAHKAN KAU UNTUK KELUAR DAN MENGHADAP KEPADAKU!"
"Lalu kalau tidak?! Apa yang akan kau lakukan oh wahai budak kerajaan?"
??!!
"(Haa?, siapa yang berani berteriak seperti itu didepan tentara kerajaan?)" tanya tuan Palkos yang kaget karena mendapatkan pertanyaan seperti itu.
"(SUARA INI?! ITU SUARA BAJINGAN ITU!!) SUDAH JELAS KAMI AKAN MEMAKSAMU KELUAR DENGAN KEKERASAN SIALAN!! JADI CEPAT KELUAR ATAU KAU AKAN TERKENA MASALAH BESAR!!" kata dokter Aldeon yang kesal bukan main ketika tahu siapa pemilik suara itu barusan.
Mendengar ucapan dokter Aldeon yang tidak ramah barusan itu, pintu penginapan pun terbuka, dan disaat para prajurit mulai bersiaga untuk kemungkinan terburuk, munculah si Akbar dengan ciri khasnya.
"Ah, tuan Mother Fucker, apa kabar?! Bagaimana dengan obat pemutih wajah yang aku berikan padamu? Apakah wajahmu sudah menjadi putih seperti keinginanmu?"
"Ha? Obat pemutih wajah?" tanya pak Palkos yang terheran-heran.
"Sepertinya obatnya manjur ya? Sekarang wajahmu jadi putih banget deh….. seputih perban, aahahahahahaha," kata Akbar yang tertawa lepas itu ketika melihat wajah dokter Aldeon yang diperban dengan sangat tebal.
...
...
?
Saat mendengar sindirian si Akbar barusan, para warga yang menyaksikan dari kejauhan dan beberapa pasukan ada yang merasa mau tertawa dibuatnya karena leluconanya itu terasa lucu sekali, termasuk tuan Palkos yang hanya menutup mulutnya sambil tertawa kecil. Sedangkan itu dokter Aldeon yang merasa makin terhina dengan ledekannya itupun hanya bisa membentak-bentak.
"SIALAN KAU, APA KAU TIDAK TAHU DENGAN SIAPA KAU SEDANG BERURUSUAN HAA?!"
"Hmmmmm, pemimpin seorang pasukan dan orang berwajah jelek sekali sehingga perlu banyak perban untuk menyembunyikan kejelakannya yang tanpa sadar wajahnya malah jadi lebih aneh daripada wajah aslinya?"
"(Pffft, sial, lengkap sekali penjelasannya)" kata tuan Palkos yang berusaha sekuat tenaga untuk tidak tertawa keras.
"SUDAH CUKUP!! AKU TAK TAHU SIAPA KAU DASAR SIALAN!! TAPI DIKARENAKAN KAU TELAH MENGHINA PIHAK KERAJAAN, DENGAN INI KAU DITAHAN!!" kata dokter Aldeon tanpa basa-basi.
"Pihak kerajaan? Ahahahahaha, maaf menyela ya orang jelek, tapi aku rasa kau kurang menjelaskannya deh?" kata Akbar yang memiliki rencana cerdik di kepalanya itu.
"Apa?! Apa maksudmu kurang menjelaskan itu ha?!" tanya dokter itu.
"Yang benar itu bukan pihak kerajaan, tapi "PIHAK KERAJAAN YANG TIDAK MAU MENOLONG RAKYATNYA" kan?"
…
…
!!!
Suasanya yang tadi sempat ceria karena lelucon Akbar tadi, tiba-tiba menjadi hening dan mencekam secara bersamaan, karena para warga dan tentara tidak mengira kalau Akbar akan tiba-tiba membahas masalah politik yang sangat krusial seperti itu, bahkan pak Palkos yang sempat tersenyum itu langsung memasang wajah serius.
"Kau, apa kau tahu apa yang baru saja kau katakan?" kata dokter Aldeon pada Akbar.
"Tentu saja aku tahulah, aku kan tidak bodoh seperti kau yang hanya menurut seperti anjing tanpa pikir panjang, dan justru aku yang harus menanyakan hal itu pada kau tahu, apa kau tahu apa yang tadi kau katakan ha?"
"Hei sialan! Apa yang sebenarnya ingin kau katakana haaa?!" kata dokter Aldeon yang tidak mengerti maksud ucapan si Akbar.
Setelah melihat para warga dan tentara mengawasi dirinya dengan tatapan serius, Akbar dengan senyuman khasnya itupun mulai melakukan rencana yang sudah dia persiapkan untuk mencari perhatian masyarakat.
"AKU AKAN BERTANYA PADA KALIAN ORANG KERAJAAN, APAKAH AKU PANTAS MENDAPATKAN HUKUMAN SETELAH AKU MENOLONG MASYARAKAT DI DESA INI DARI PENYAKIT MAUT YANG SEHARUSNYA HAL ITU ADALAH PEKERJAAN KALIAN?!" kata Akbar dengan suara yang amat lantang.
!!!
Semua warga yang ada ditempat itu langsung berhadapan satu sama lain ketika mendengar teriakan Akbar barusan, karena ucapannya benar-benar menarik perhatian mereka dan sesuai dengan keadaan, bahkan saking kerasnya ucapannya, para warga yang tidak membutuhkan obat itupun juga ikut berkumpul dengan para warga lainnya, sehingga para tentara yang mengelilingi penginapan itupun malah terlihat seperti sedang dikepung oleh para masyarakat desa itu.
"(Hmmmm, sepertinya dia mulai memprovokasi para masyarakat didesa ini)" kata tuan Palkos yang mulai was-was karena melihat jumlah para warga yang datang untuk melihat pidato si Akbar mulai bertambah.
"Kau!! Kau tidak punya hak untuk bicara! Jadi diamlah dan…"
"PENDUDUK DESA BELINGTOWN SEKALIAN YANG TERHORMAT!! KARENA INI ADALAH DESA KALIAN, MAKA KALIANLAH YANG MEMUTUSKAN, APAKAH AKU YANG TELAH MENCURI OBAT UNTUK MEMBUATNYA SECARA MASSAL LALU MEMBAGIKANNYA SECARA GRATIS PADA KALIAN AGAR KELUARGA KALIAN ATAU ORANG YANG KALIN CINTAI BISA SELAMAT DARI PENYAKIT INI PANTAS MENDAPATKAN HUKUMAAAAAAAANN?! ATAUKAH PIHAK KERAJAAN YANG MALAH MENJUAL SATU-SATUNYA OBAT YANG BISA MENYEMBUHKAN PENYAKIT ITU DENGAN HARGA YANG TIDAK WAJAR UNTUK KEPENTINGAN PRIBADI?!"
!!!
Kali ini para penduduk desa mulai saling bisik satu sama lain dan mulai memandang para tentara kerajaan dengan tatapan yang tidak bersahabat, hal ini menunjukan kalau mereka telah terprovokasi dengan apa yang diucapkan oleh Akbar.
"Benar juga, pihak kerajaanlah yang salah dalam hal ini."
"Seharusnya mereka membantu kita dengan memberikan obat itu, tapi kenapa malah menjualnya dangan harga yang tidak masuk akal?"
"Orang itu tidak bersalah, justru dialah pahlawan yang sesungguhnya."
Mendengar desa-desus para warga yang terprovokasi itu, para prajurit menjadi lebih was-was dari sebelumnya karena mereka berpikir bahwa sebentar lagi akan terjadi sebuah bentrokan, sedangkan itu tuan Palkos sang pemimpin pasukan, mulai melangkah maju kedepan dengan kudanya untuk mendekat kearah Akbar.
"Hei orang asing, siapa namamu?"
"Akbar Abadeir."
"Apakah kau ini pasukan pemberontak?"
"Hmmmmm, masih belum."
"Kalau begitu, apa kau tahu kalau perbuatanmu ini secara terang-terangan telah menghina kerajaan kan?"
"Kalian merasa terhina karena itu benar kan?" kata Akbar dengan senyuman sinisnya.
"Apa kau masih bisa tersenyum setelah kami tangkap dan mendapatkan hukuman berat karenanya?" kata tuan Palkos dengan nada mengancam
"Tentu saja aku bisa tersenyum, karena aku kan memang tidak melakukan hal yang salah, tidak seperti kalian yang menutup-nutupi kesalah kalian dengan kekuasaan," jawab Akbar enteng dengan tatapan serius.
!
"(Orang ini benar-benar berbahaya untuk kerajaan, dia harus segera disingkirkan) Baiklah kalau itu maumu, karena atas tuduhan mencuri obat dan menghina pasukan kerajaan, maka dengan ini kau…"
"AH IYA YAAAAAA, KIRA-KIRA APA HUKUMAN UNTUK ORANG YANG MEMPERKOSA WANITA YANG SUDAH BERSUAMI YA?! AKU PENASARAN DEEEEEEEEEHHH!! APA ADA YANG BISA BERITAHU AKU GAK SOAL HUKUMAN DIDESA INI?!"
!!!
!!!
!!!
Mendengar ucapan Akbar yang satu ini, jangankan para masyarakat, para prajurit kerajaan pun juga menjadi sangat kaget dibuatnya, karena Akbar tanpa takut sama sekali menganti topik pembicaraan menjadi suatu topik tidak biasa yang tabu untuk dibicarakan terang-terangan dihadapan banyak orang, sedangkan disisi lain, dokter Aldeon yang paham dengan maksud ucapan Akbar itupun malah mulai berkeringat dingin.
"(Si..sialan, bi..bisa gawat kalau orang-orang tahu soal itu) TUAN PALKOS!! SUDAHI BASA-BASI INI, CEPAT HUKUM MATI PEMBERONTAK SIALAN INI DITEMPAT!!" kata dokter Aldeon yang ketakutan setengah mati itu.
"Tunggu dulu dokter, kenapa kau…"
"TUNGGU, APA MAKSUDMU MENANYAKAN HAL ITU TUAN AKBAR?!!"
?!
Semuanya langsung saja menoleh kearah sumber suara itu, ternyata itu adalah suara dari pak Grail yang keluar dari dalam penginapan karena kaget mendengar pernyataan dari si Akbar tadi.
"Oh tuan Grail, apa suaraku sangat keras sampai kau bisa mendengarnya didalam sana?" kata Akbar mengoda tuan Grail, yang dimana sebenarnya semua itu memang sengaja dia lakukan.
"Jangan bercanda soal masalah yang satu ini tuan Akbar, ke..kenapa anda tadi tiba-tiba membicarakan masalah pemerkosaan?!"
"Hmmm, sepertinya akan lebih jelas kalau korbanya bicara sendiri deh." kata Akbar sambil tersenyum sinis.
"Ko..korban, tu…tuan Akbar, si..siapa yang anda maksud...."
Belum selesai dirinya melanjutkan kata-katanya, nyonya Marian yang tahu betul apa maksud perbuatan si Akbar tadi itu langsung saja keluar dari penginapan dan mulai berjalan menuju arah si Akbar. Dan saat dirinya melihat istrinya berjalan kearah Akbar seolah-olah dia merasa terpangil dengan ucapannya barusan itu, tuan Grail pun jadi salah tingkah dibuatnya.
"(SI…SIALAAAANN!! DI..DIA ADA DISINI JUGAAAA??!!)" kata dokter Aldeon yang tidak menduga kalau ternyata nyonya Marian ada dipenginapan itu.
"Sa…sayang…a..apa maksudnya ini?"
"Maaf sayang, tapi sekarang aku harus bicara agar semua kebodohan kerajaan ini berakhir," kata nyonya Marian tanpa menoleh kearah suaminya karena dia terlalu sibuk memandang dokte Aldeon dengan pandangan menjijikan.
"A..apa…a..apa maksudmu?…ka…kau tidak mungkin.."
"Ahahaha tenang saja tuan Grail, dia belum sejauh itu kok, karena aku sudah menyelamatkannya saat itu," kata Akbar dengan entengnya.
"(Me..menyelamatkan?!!)"
"Nyonya marian, silahkan bicara," kata Akbar kemudian.
"CUKUPP!! HENTIKAN SEMUA IN…"
"DOKTER HINA ITU INGIN MEMERKOSAKU SAAT MALAM TADI!!!"
…
…
...
!!!!!!!!!!!!!