Ratu Lea Nakara mengernyit heran menatap putrinya yang nampak tidak seperti biasanya. Syahna beberapa kali tersenyum sedetik kemudian berubah murung.
"Syahna," panggil Ratu Lea. Seketika Syahna terperenjat, saking kagetnya dia bahkan sampai melempar sendok. Hampir saja alat makan yang terbuat dari stainless itu mengenai kepala Raja Yudha Nakara.
"maaf ayah, a-aku-"
"kau sedang memikirkan apa, putriku?" tanya Ratu Lea lembut. Sementara Raja Yudha hanya menggeleng atas kelakuan putrinya.
Syahna memang putri yang lain dari putri biasa. Sejak kecil dia cukup lamban dan ceroboh. Karena itu juga, Syahna memilih untuk sekolah di tempat rakyat biasa.
"tidak ada bunda, a-aku hanya memikirkan Kerajaan Mahardika. Ya, Kerajaan Mahardika." Syahna sangat bersyukur mendapatkan topik itu tepat waktu. Kalian tahu, rasanya seperti hampir jatuh dari jurang dan kau menangkap tali yang tergantung dari atas.
"kenapa begitu? Apa kau mengkhawatirkan kekuasaan Ratu Mahardika?" Ratu Lea bertanya penasaran. Dia bahkan sampai lupa mengelap ujung bibirnya yang sedikit kotor akibat noda makanan yang disantapnya.
"hmm, aku mendengar berita peraturan pengangkatan diubah oleh Putri Kamila. Apakah aku juga bisa mengubah peraturan?" tanya Syahna. Seharusnya dia tidak melamun saat pelajaran tata negara. Beginilah jadinya.
"hahaha, tentu saja tidak bisa, Syahna." Raja Yudha tertawa. Dia menyesap air putih dari gelas yang berdiri di ujung meja.
"oh, begitu." Syahna mengangguk masih dengan ekspresi polos. Sungguh, dia tidak paham mengenai tentang kerajaan. Lagipula dia tidak akan menjadi raja kelak.
"sebenarnya terjadi kudeta di sana, kerajaan Mahardika sudah dikuasai oleh Putri Kamila. Seluruh bagian Kerajaan telah membelot dari Ratu Mahardika. Sehingga tidak ada yang bisa menyelamatkan kekuasaannya." jelas Raja Yudha pada putri kesayangannya. Sementara di seberang meja, Faro, kakak laki-laki Syahna terkikik mendengar pertanyaan konyol Syahna.
Tentu saja, Faro adalah putra mahkota. Sebagai calon Raja Nakara, dia pasti sudah hapal bolak balik peraturan kerajaan dan kitab hukum kerajaan.
"apakah ada kemungkinan lain Kerajaan Mahardika agar bebas dari kudeta?" tanya Syahna lagi. Biasanya dia tidak suka membahas tentang politik tapi mungkin Syahna bisa menggunakan topik ini untuk mengobrol dengan Kinan besok. Kinan sangat suka membahas Kerajaan Mahardika.
"ada, jika Putra Mahkota Pengeran Januar muncul sekarang. Otomatis tahta akan jatuh kepadanya dan Pangeran Januar akan langsung diangkat menjadi Raja Mahardika" sela Faro yang disetujui Raja Yudha.
"oh begitu," Syahna hanya manggut-manggut seperti boneka di dashbord mobil. Mulutnya membulat sangat lucu.
"sayangnya sudah 15 tahun menghilang, tak ada tanda dia masih hidup. Kau masih berada di kandungan saat itu terjadi. Pangeran Januar adalah teman ayah saat berada di akademi pangeran dulu. Andai saja dia masih ada sekarang mungkin putranya akan menjadi temanmu." kenang Raja Yudha. Syahna dapat melihat guratan kesedihan dalam wajah sang ayah.
"Pangeran Januar mempunyai putra?" Syahna tiba-tiba menyadari sesuatu yang tidak diketahuinya selama ini.
"ya, mereka menghilang bersama. Tak ada yang tau apa sebenarnya yang telah terjadi pada mereka selama 15 tahun ini." jawab Faro menambahkan. Syahna memangku wajahnya penuh rasa heran. Kenapa misterius sekali peristiwa menghilangnya pewaris Kerajaan Mahardika. Pantas saja Kinan sangat bersemangat membahasnya. Apakah Kinan sebenarnya mengetahui sesuatu yang tersembunyi dari peristiwa 15 tahun itu?
Syahna jadi penasaran. Kinan bahkan sangat tertutup akan identitasnya. Jangan-jangan dia saksi dari kejadian itu? Siapapun tolong ingatkan Syahna untuk bertanya pada Kinan besok.
***
Kamar petak yang baru saja ditinggali selama 5 bulan itu nampak berantakan. Potongan kertas koran dan kertas-kertas acak bertebaran di setiap sudut lantai dan kasur. Sementara itu di pusat kamar seorang tengah sibuk menempelkan potongan-potongan berita dan tulisan di sebuah papan besar.
Kinan sudah melalukan ini selama hampir tiga tahun setelah dia mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya. Seorang bayi malang yang tumbuh di panti asuhan tanpa diketahui siapa ayah dan ibunya.
Sosok bayi itu hanya dikenal sebagai Keenan berkat kalung silver bermata merah yang bisa dibuka. Tertera nama Keenan dan sebuah lambang asing yang tertutup selama bertahun-tahun lamanya.
Awalnya Keenan pikir mungkin dia hanya berhalusinasi. Namun, takdir membawanya pada kebenaran yang selama ini terkubur rapat-rapat.
Keenan merencanakan untuk mengubah identitas sejak SMP. Namun, dia tidak mungkin tiba-tiba berubah menjadi perempuan. Sehingga setelah keluar dari panti asuhan akibat batasan umur, dia akhirnya mengubah identitasnya.
Keenan berubah menjadi Kinan. Dia bersekolah di SMA umum dan tinggal di flat sederhana yang terpencil dari pusat kota.
Jemari Kinan dengan cekatan menyelesaikan semua teka-teki yang ada. Sampai pada akhirnya, dia terduduk lemas. Air mata mengucur deras membelah pipi Kinan.
Akhirnya dia harus menyudahi semua penyamaran ini. Dia akan keluar dari tempat persembunyian dan merebut haknya yang telah hilang.
Kinan berdiri menatap cermin untuk kesekian kalinya, memandang wajah campuran dari perpaduan sang ayah dan ibundanya. Untuk terakhir kalinya dia mengucapkan selamat tinggal pada sosok perempuan yang menghuni tubuhnya selama ini.
"terima kasih, Kinan." ucapnya. Tangan Kinan meraih gunting. Kemudian dengan tanpa ragu membabat rambut panjangnya.
Helai demi helai rambut berwarna gelap itu terbang dan berjatuhan ke lantai. Tangan Kinan tak berhenti, dia terus merapikan rambut pendeknya.
Bersamaan dengan itu air mata terus mengalir deras. Bayangan Kinan yang mengenakan rok, bra, busa pembesar dada, dan mengurus rambut panjangnya bersliweran. Bayangan sosok Kinan yang pendiam dan selalu menyendiri itu perlahan memudar. Kemudian menghilang seketika.
Suara gunting memotong berhenti, rambut di lantai sudah berserakan di mana-mana. Sosok di depan cermin mengangkat wajahnya. Saat itulah seorang yang telah lama hilang kembali hadir.
"selamat datang, Keenan" sapanya pada bayangan pemuda berambut pendek. Wajahnya masih sama tapi ekspresi berubah tajam dan penuh wibawa.
Keenan membersihkan sisa rambut di bajunya. Dia tersenyum menatap pantulan dirinya dalam cermin.
Untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun, dia menjadi Keenan. Pemuda berusia 16 tahun yang tampan.
Setelah bermetamorfosis, Keenan kembali kepada dunia barunya. Dia membereskan kekacauan dalam kamar. Sebelum melakukan persiapan untuk pertarungannya besok.
Selembar kertas terjatuh di kakinya saat Keenan membereskan buku pelajaran. Itu adalah tugas pasangan bahasa Inggris yang dikerjakannya bersama Syahna. Sesaat Keenan teringat gadis itu.
Saat menjadi Kinan dulu, hanya Syahna membuatnya berkali hilang kesadaran. Sebagai laki-laki yang menyamar menjadi perempuan, Keenan tak bisa mencegah hormon dalam dirinya. Terlebih saat berada dekat gadis cantik seperti Syahna.
Keenan selalu mengingatkan dirinya bahwa saat itu yang ada dalam tubuhnya adalah Kinan, gadis remaja teman sebangku Syahna. Berkali-kali juga Keenan menyatakan bahwa dirinya adalah sahabat Syahna bukan lebih.
Namun, semakin bertambahnya waktu bukan hanya Keenan yang kehilangan kesadarannya. Namun, Syahna secara mengejutkan jatuh cinta pada sosok Kinan.
Keenan tidak tahu harus senang atau sedih, tapi dia terus menutup rapat fakta bahwa Syahna bukanlah penyuka sesama jenis seperti yang diketahuinya.
Cinta terlarang Syahna pada Kinan membuat Keenan buta. Keenan tidak bisa mengelak bahwa dia senang saat Syahna mengaku jatuh cinta pada Kinan. Keenan mencintai Syahna. Meski Keenan tahu Syahna mencintai Kinan.
***