John telah kembali lagi ke pedalaman Maluku, tepatnya di wilayah pelosok Ambon. Hampir dua minggu ia habiskan bersama dengan keluarga, teman-teman dan Aprilia. Jika mengingat satu sosok itu, entah bagaimana harus menyebutnya di hati John. Pemuda itu, seolah dalam keraguan, memikirkan dilanjut atau tidak hubungan mereka. Sementara acara pertunangan resmi sudah terlaksana dengan lancar, walau tanpa kehadiran John sekalipun, tak mengapa.
Kedua keluarga sudah menyepakati tanggal pernikahan mereka, satu hari setelah akad nikah Berlian dan Frans. Kemudian untuk resepsi, John memilih tanggal yang sama dengan kakaknya.
"Kenapa sih, John? Loe sendiri yang bilang pengen nikah sama dia, sekarang ujug-ujug pengen batal, ini juga baru seminggu yang lewat acara tunangan loe!"
Berlian mengernyitkan dahi, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan adiknya itu lewat sambungan telpon.
Menurutnya, April itu gadis yang pantas untuk John. Setelah putus dari Lili, belum ada sosok yang membuat Berlian tersentuh hatinya menyetujui pemuda itu berpacaran dengan gadis-gadis yang dikenalkan padanya. Dan April, mampu melakukannya. Sekali berjumpa saja, sudah membuat Berlian mengacungkan jempol atas pilihan Johnson.
"Loe nggak tau belang dia kayak gimana, Kak!"
John melenguh, tangannya terkepal, seolah sedang menahan perasaan yang menyakitkan hati, ingin ia keluarkan dan meninju apa saja yang tampak, mukanya merah padam.
"Gimana? baik aja kok gue lihat, ya, sebanding sama Lili-lah."
Tak terbayang oleh Berlian, belang seperti apa yang dipunya oleh April, gadis manis dan lembut itu.
"Jangan bandingin sama Lili, dia nggak terganti!" John mengeraskan suara.
Berlian terkekeh, "Trus, loe mau nunggu janda dia? Come on, boy! pilihan loe kali ini udah tepat menurut gue, Mama juga welcome kok, gue udah nilai calon bini loe ini, sekali ketemu cukup lah buat gue, calon loe ini oke punya. Ya, walau gendut!"
"Berisik loe! entar gue kirim ke WA, gue balik kerja dulu."
John lalu mematikan teleponnya.
Berlian masih tergelitik oleh sikap adiknya itu. John, pemuda berandal, yang playboy, suka berantem waktu di STM, pacarnya banyak. Sekarang, giliran hendak melangkah untuk serius menjalin hubungan, dia malah ragu-ragu tidak jelas. Terkesan memang tergesa-gesa, namun, Berlian mengapresiasi sekali perubahan John. Kini, ia tampak lebih menghargai wanita. Buktinya, baru kenal sebentar, sudah langsung saja ingin menikahi.
Lalu, mengenai Lili. Dia sosok gadis tegar, yang berhasil memikat dan bertahan dengan Johnson selama sembilan tahun. Berakhir kandas, hanya karena alasan klise, sudah tidak cocok lagi. Padahal, selama menjalin hubungan, bukan tidak sering putus-nyambung, John tak anyal beberapa kali ketahuan berselingkuh, namun, memang dasar Lili hatinya seluas samudera, ia kerap memaafkan.
Banyak rintangan dan cobaan yang menerpa hubungan mereka, ketidakrestuan keluarga Lili karena John berandal dan tidak punya sopan santun --kala itu, ketika darah mudanya masih bergelora--. Namun, memang dasar cinta sudah terpatri terlalu dalam di hati Lili untuknya, cinta terindah pemuda itu tak peduli dengan larangan orangtuanya. Ia tetap mempertahankan hubungan dan membuktikan pada keluarga, bahwa Johnson adalah pemuda yang tepat untuk menjadi suaminya, ia yakini kekasihnya itu kelak akan jadi orang sukses.
Terbukti memang, Johnson bahkan sudah melanglang buana, meninggalkan jejak di tiap pelosok provinsi Indonesia bagian timur, yang tidak semua orang bisa melakukannya, kalau tak punya duit --khusus penghuni bagian barat Indonesia--. Pemuda itu sudah sukses, justru ketika Lili akhirnya menyerah dan menikah dengan laki-laki pilihan keluarganya.
Berlian sangat dekat dengan Lili, ia bahkan sudah mengganggap mantan pacar adiknya itu seperti saudara sendiri. Lili wanita paling baik dan tulus yang pernah ia temui di atas dunia ini.
***
Mata gadis cantik, pemilik wajah bulat dan imut itu terbelalak. Ia menutup mulutnya rapat-rapat agar tak terdengar Kirana, mamanya, saat melihat video yang dikirimkan oleh sang adik. Tak percaya, ini mungkin salah! April, bukan wanita sejalang ini, bukan!
<- Loe jangan fitnah orang se keji ini, John! <-
Berli mengirim pesan WA ke John, setelah melihat video yang menampilkan perbuatan asusila tak senonoh, dilakukan oleh seorang wanita, adegan memain-mainkan area kewanitaannya sendiri. Tidak tampak wajah pemain, karena itulah Berli kurang yakin jika yang ada dalam video itu adalah April.
-> Gue megang semua sosmed dia, termasuk email dia! ->
<- Hubungannya apa? loe dapet ini video dari mana? <-
Berli masih belum bisa meyakini, gadis yang sebentar lagi akan resmi menjadi adik iparnya itu terlihat seperti wanita baik-baik, dia tak mungkin onani sendiri lalu memvideokan adegan yang menjijikkan begitu.
-> Situs porno! jelas ada nama dia, Aprilia si montok, trus gue lihat di email dia juga! fix, itu bener si sundal! Taik! gue nggak mau sama dia! ->
Berli terperangah membaca balasan WA dari adiknya. Otak dan jemarinya tak bisa disinkronkan lagi, dia memutuskan untuk tidak membalas. Mungkin lebih baik dipikirkan dulu matang-matang. Ini menyangkut nama baik keluarga di tengah masyarakat, juga di mata keluarga April. Seharusnya, sebelum bertunangan secara resmi, John telah lebih dulu mengenal wanita itu. Tapi malah Johnson yang terkesan hendak segera melamar dan cepat-cepat memperistri April.
-> Kak, ini aku April. Kak aku mau cerita, kakak ada waktu? ->
Berli terkejut mendapati ada nomor baru yang masuk mengirimi ia pesan whatsapp, dan itu malah dari wanita yang tengah ia pikirkan.
<- Oh ya! ada apa? <-
Setengah enggan Berli menanggapi, terbayang video menjijikkan itu!
-> Kak, Bang John dia mau mutusin pertunangan, aku nggak ngerti salahku di mana, padahal semua yang dia minta udah aku turuti. ->
Wajar aja, loe hobi sange sendiri, gila! kutuk Berli dalam hati.
-> Kak, gue ragu dia masih perawan! -> John tampak tak puas hati, ia masih mengirimkan pesan ke kakaknya.
<- Dia lagi WA gue juga nich! <- Berli membalas pesan adiknya terlebih dahulu.
<- Aku tahu adikku, dia nggak akan kek gitu kalo kamunya nggak bermasalah! <-
Jelas sekali Berlian terbawa arus emosional adiknya.
-> Iya, aku salah kak. Bang John tadi video call, trus dia lihat aku masih pake celana dikantor, padahal dia udah suruh aku bikin rok, tapi, roknya belum kelar, makanya masih pake celana. Dan masalah sesepele ini, dijadiin gede sama Bang John! Kak, jujur, aku nggak mau dibatalin pertunangan ini. Keluarga aku udah menyetujui pernikahan aku sama Bang John. Setelah sebelumnya, aku usaha banget buat yakinin Ayah. Ayah nggak setuju awalnya, aku masih kecil, belum pantes buat nikah. Tapi, Bang John serius banget sama aku, makanya aku perjuangin, Kak. Tolongin aku, Kak, please! ->
Berlian mengernyitkan dahi. Kampret nich cewek, nge-WA gue panjang lebar pas ada maunya aja.
<- Ntar deh ya, tanya John dulu! Udah ya, dah malem banget nich, ngantuk. <-
-> Iya Kak Berli, makasih sebelumnya. Aku berharap banget Kak, aku udah terlanjur sayang juga sama Mama dan Kakak. ->
Chat terakhir di screenshot dan dikirim ke John.
-> Ah, nggak tau gue, dia nelponin mulu dari tadi, gue blokir aja nomornya, lagi nggak mood gue! ->
Urusan mereka malah membuat kepala Berli ikutan pusing. Sekarang saja sudah begini, bagaimana nanti?
***
Setelah puluhan hari terlewatkan, tibalah saat di mana kedua pasang mempelai dipersandingkan di pelaminan.
John, akhirnya memutuskan untuk tetap melanjutkan hubungan. Ia beralasan, April mungkin dulu bejad, tapi dirinya pun juga tak kalah bejad. Setidaknya dengan menikah, mereka akan sama-sama menebus semua dosa yang telah lalu. Saling ingat-mengingatkan dalam bahtera rumah tangga, menguatkan dan tentunya saling memperbanyak ibadah bersama.
"Nggak ada manusia yang sempurna, Kak. Gue sadar, gue nuntut pengen punya calon yang sempurna, sementara gue, sama aja sebenernya kayak dia!"
Beberapa waktu setelah ia memutuskan hendak membatalkan pertunangan, kemudian entah ada angin apa, dia lalu kembali menghubungi Berlian.
"Ya, ini hidup loe, dia pilihan loe, gue sama Mama dan keluarga yang lain nggak berhak terlalu ikut campur ngatur masalah masa depan loe, apa lagi soal siapa yang pantes buat jadi istri loe, loe yang make soalnya."
Jawab Berli waktu itu, dan setelahnya, masih sering April curhat ke Berli, John kasar sama dia, nomornya sering di blokir sama John, pemuda itu membentaknya berulang kali.
-> Kalau lagi sama-sama emosi, diemin dulu, entar juga John sendiri yang bakal nelpon kamu, kamunya nggak usah ngebet, sabar aja udah! ->
Saat membalas pesan WA April, Berli sempat terbawa emosi, bosan mungkin, berulang kali diberi nasehat, demi kebaikan hubungannya dengan John, tapi, dia masih juga ngeyel dan terus saja melakukan hal yang itu-itu juga. Mendesak John untuk menyelesaikan masalah.
Sekarang, di pelaminan, ada dua pasang, Frans dan Berlian, serta John dan Aprilia. Perbedaan jelas terpancar dari raut wajah pasangan penganten tersebut. Untuk John dan April, sama sekali tak memperlihatkan pancaran kebahagiaan. Entah karena terlalu lelah, John pulang justru tiga hari sebelum akad nikah, banyak undangan yang belum tersebar. John, hanya pasrah, jika teman-teman yang diundang via whatsapp tak mengindahkan undangannya itu.
Berbeda dengan Frans dan Berli, yang tampak sekali aura kebahagiaan dari mereka. Berli tak henti-henti mengumbar senyum pada tamu undangan, semuanya, tanpa pandang bulu, undangan dia, John ataupun Kirana.
Terlepas dari itu semua, dalam hati John, sebenarnya ada hal lain yang membuatnya tak sebahagia sang kakak.
John hanya mampu memejamkan mata, setiap kali ia melirik wanita di sampingnya, yang juga terlihat tak kalah kaku. Semoga kelak kau benar bisa jadi istri sesuai dengan harapanku.
***