Mereka berdua terus berlari menuju ke ke arah dari Jalan Setapak yang terbuat dari paving itu berada, karena sejak dari dalam hutan tadi sampai sekarang mereka masih mengikuti Jalan Setapak yang terbuat dari paving tersebut menuju ke sebuah tempat. Namun mereka berdua belum mengetahui tempat berakhirnya Jalan Setapak tersebut, karena sampai sekarang pun mereka juga belum dilihatkan oleh sesuatu hal yang luar biasa.
Arthur dan Michael yang berada di atas udara, mereka tidak bersusah payah lagi menyempitkan matanya untuk melihat serpihan pelangi yang berada dihadapannya. Karena sekarang, dengan mata telanjang tanpa menyipit pun mereka bisa melihat serpihan pelangi itu dengan sangat jelas.
Serpihan pelangi itu menuju ke sebuah tempat, di mana tempat tersebut terletak di bawah kaki gunung besar yang berada di hadapan mereka sekarang.