Chereads / My Deadly Beautiful Queen / Chapter 49 - Membubuhkan Gelar Pada Diri Sendiri

Chapter 49 - Membubuhkan Gelar Pada Diri Sendiri

"Kau membunuh semuanya?" tanya Siane. "Siapa yang memberimu keberanian sebesar itu, Yang Mulia Raja Edward?"

"Kau" Jawab Raja Edward tegas. "Saat aku sekarat, aku teringat denganmu. Kau adalah seorang wanita dan mampu memilih takdirmu sendiri untuk menjadi berbeda. Pedang giok yang kau berikan itu mengingatkanku bahwa, kekuasan itu penting. Tapi kekuasaan harus diimbangi dengan keberanian untuk mengambil sebuah keputusan.

Aku tidak mau mati sia-sia di dalam penjara bawah tanah dan menelan penghianan dalam sejarah semur hidupku. Aku merasa, aku harus memilih takdirku sendiri. Dan inilah aku sekarang. Aku bukan lagi yang dulu. Bukan seseorang yang takut untuk membunuh, tapi seseorang yang akan mengubah dunia ini dengan kedua tanganku. Aku sudah putuskan, aku tidak akan menyesalinya"

~Sungguh mengerikan, tekanan bisa mengubah seorang laki-laki tak beraya menjadi se-ekor singa.~

"Sejak kejadian hari itu, aku seperti terkena kutukan dari iblis. Aku merasa seolah-olah tidak puas jika tidak membunuh musuh-musuhku. Bahkan aku menikmati setiap aksi keji yang aku lakukan. Sungguh mengerikan. Laurensia ini, seolah adalah malaikat yang membuatku terkena kutukan ini"

"Laurensia, apa kau juga benar-benar membunuhnya? Wanita itu adalah malaikat yang menolongmu bukan? Apa kau juga benar-benar membunuhnya?"

Edward hanya tersenyum licik dan tidak mengatakan apapun.

"Jika kau ingin tahu semuanya, maka menikahlah denganku. Aku akan memberitahukan semua hal yang ingin kau ketahui, Siane Yang"

Siane berdiri.

"Atas dasar apa aku harus menikah dengan seseorang yang bahkan takut padaku?"

Raja Edward berfikir sejenak. Ia belum memikirkan jawaban untuk pertanyaan sesulit ini. Lebih tepatnya, pria itu tak tahu harus mengatakan apa. Ia mengejar Siane, hanya karena merasa wanita itulah yang sama seperti dirinya.

"Kita sama. Sama-sama suka membunuh. Hanya kau yang akan bisa memahami diriku. Dengan kekuatan kita, tidak akan ada lagi yang akan menindas kita. Kau dan aku, kita bahkan bisa membuat dunia berada di bawah kaki kita."

"Lupakan saja. Aku tidak tertarik. Ada banyak gadis bangsawan yang baik dan akan menuruti semua keinginanmu. Mereka ambisius dan haus kekuasaan. Tapi aku yakinkan, itu bukan aku"

Siane membalikkan bandan dan bersiap pergi.

"Mengapa? Kau mencitai pria lain?"

"Bukan" jawab Siane tegas. "Aku sama sepertimu, aku terkena kutukan. Kau terkena kutukan sehingga tidak bisa berhenti membunuh sedangkan aku. Siapapun yang mencintaiku akan mati. Tidak akan ada orang berkuasa yang tidak jatuh cinta padaku. Apa yang kau harapkan dari semua ini Edward? Mati karena seseorang akan membunuhmu karena aku? Mati demi cinta adalah hal yang paling konyol yang pernah aku dengar."

Edward tertawa sambil menepuk tangannya.

"Begitu? Pantas saja, aku mengerti sekarang. Dua Raja itu sebenarnya hanya terkena kutukanmu? Mereka saling membunuh hanya demi mendapatkan tubuhmu begitu? Cepat atau lambat yang tersisa juga akan mati karena kutukan? Bukan karena kau memang menarik hati? Kau berharap aku sebodoh mereka dan percaya?"

Siane yang melihat Edward tertawa mematung diam.

"Siane, apa kau sebegitu takutnya dengan kutukan? Aku telah mendengar banyak orang yang terkena kutukan. Apa kau juga salah satu dari mereka? Lalu bagaimana kau bisa membuktikan, bahwa kau benar-benar dikutuk? Atau jangan-jangan itu halusinasimu saja? Jika memang kutukan bisa menyelesaikan semuanya, aku yakin dunia ini akan dipenuhi oleh kedamaian. Bagimana tidak, mereka yang baik akan dengan mudah menyingkirkan yang jahat. Hanya cukup dengan mengutuk saja bukan?"

"Edward, kau tak mengerti." Jawab Siane meninggalkan halaman belakang. Ming yang melihat Siane keluar segera mengikutinya dari belakang. Ia membisikan sebuah kabar.

"Yang Mulia, Kartika ingin bertemu anda." Bisik Ming pelan. "Namun, jika Anda merasa wanita ini menganggu, aku bisa mengusirnya" imbuh Ming lagi yang melihat wajah permaisuri sedang tidak senang.

"Katakan, mengapa ia ingin menemuiku?"

"Hamba tidak tahu, tapi menurut hamba wanita ini pasti telah merencanakan kebusukan, ia berbandan sangat rapi hanya untuk menemui anda. Ini aneh bukan? Hamba takut, ia merencanakan sesuatu"

"Ming, di mana wanita itu?"

"Ia berlutut di depan kamar anda Yang Mulia"

"Ayo ke sana"

"Tunggu" sela Ming. "Apa orang-orang asing ini akan mengikuti kita?"

Siane melirik ke dua prajurit yang berpakaian sama seperti Edward. Siane menduga, dua orang itu adalah suruhan Edward.

"Biarkan saja, mereka tidak akan berani menyentuhku"

Tiba di depan kamar, Ming dan Siane melihat Kartika dengan pakaian kebesaran permaisurinya duduk bersimpuh. Siane yang melihat itu berfikir dan mulai berhati-hati.

~Apa yang ia rencanakan? Memakai pakaian kebesaran hanya untuk menemuiku?~

Siane mengitari wanita yang berlutut itu dan menyuruhnya berdiri.

"Apa yang kau inginkan?"

"Yang Mulia, inikah cara Anda memperlakukan saya? Hamba mengerti hamba hanyalah soeorang permaisuri kecil dari Artha Pura Kencana, namun hamba benar-benar tulus berlutut di sini menunggu Baginda Permaisuri"

"Apa yang kau inginkan? Langsung katakana saja. Aku lelah!"

Kartika perlahan mendekati Siane, ia kembali belutut sampai ke tanah dan mencium kaki Siane.

"Yang Mulia, hamba mohon bebaskanlah Raja Kami. Hamba, akan melakukan apapun demi kebebsan Yang Mulia Raja"

"Apa kau tahu? Raja kalian telah melakukan pembantaian besar-besaran? Ia bahkan telah menyebabkan kematian Putri Mahkota dari kerajaan Tawang? Meskipun aku baru saja dilantik, adalah suatu hal yang lancang membunuh suamiku dalam pelantikan dan menghabisi semua orang secara membabi buta. Jika kau jadi aku, katakan apa yang akan kau lakukan?"

"Hamba, hamba, jika hamba adalah Raja Rendra, maka hamab akan membun Yang Mulia Permaisuri agar tidak ada lagi pertumpahan darah ini!"

Seketika Kartika menyelesaikan kata-katanya, ia menggores kaki Siane dengan sebuah pecahan keramik. Sontak, wanita itu segera menjauh setelah melancarkan aksinya.

"Kau..apa yang kau lakukan?" tanya Siane yang kakinya mulai kesemutan. Ming segera berlari menahan tubuh Siane yang hendak jatuh.

"Pengawal, tangkap wanita ini!"

Kartika tertawa.

"Tidak akan ada yang bisa menolong anda Yang Mulia. Bahkan jika anda menangkap saya, maka siapapun tidak akan bisa menolong anda."

Pengawal yang datang segara menegepung Kartika, namun diluar dugaan, orang-orang Kartika menghajar prajurit itu dan menghabisi mereka satu persatu.

"Apa yang kau lakukan pada baginda Permaisuri Siane"

"Permaisuri? Apa kau bodoh. Ia adalah pembawa petaka! Aku hanya membatu semua orang dikerajaan ini membunuh pembawa petaka. Lihat, kakinya mulai membiru. Racun itu adalah aracun yang paling mematikan. Tidak ada yang lolos dari racun itu. Hanya dalam hitungan jam, racun akan terbawa darah dan membunuh wanita busuk ini. Dan mulai sekarang, akulah Permaisuri yang akan memerintah di Tawang dan seluruuh daerah jajahan kami. Aku bergelar Sri Rajasa Dewi Kartika Surya Mulandari"

Tawa Kartika menggema diantara pedang-pedang para prajurit yang bertarung. Sungguh tawa yang membuat siapaun sepakat, wanita ini sangat berbahaya.

"Kau apa tadi?" tanya seseorang dan seketika, Kartika tumbang dengan darah di mulutnya. Matanya terbuka namun nafasnya mulai habis.