Chereads / Lady in Red (21+) / Chapter 4 - Your Body Is A Wonderland (21+)

Chapter 4 - Your Body Is A Wonderland (21+)

You Body Is A Wonderland

- John Mayer -

==================

Berjalan mendekat ke Vin, ia raih handuk di kursi lain, lalu bergerak mengeringkan rambut Vin dengan berdiri di depan pria tampan itu. "Kau ini, rambut basah begini harusnya kau keringkan dulu tadi di kamar mandi. Bukankah di sana ada hairdryer? Tsk, kau ini, bagaimana kalau sakit?" Ia seperti ibu sedang menegur lembut anaknya.

Di antara helai raven yang menutupi dahi, Vin menatap Ruby. "Kau cantik sekali. Sangat menawan."

Ruby tersenyum. "Kau juga. Maksudku... kau tampan. Tak mungkin aku bermaksud mengatakan kau cantik, ya kan? Hahah..." Tawa renyah Ruby terhenti saat pandangan mereka bertemu. Mulut membuka tanpa bisa berucap lebih lanjut.

Ruby menatap Vince. Pria itu memang tampan. Sangat amat tampan. Mungkin pria paling tampan yang pernah ia lihat secara nyata, bukan dari televisi atau majalah. Jantungnya berdegup aneh, napas terasa sesak tanpa ia paham apa sebabnya. Hanya karena pandangan mereka bertemu?

Tangan kanan Vince terulur ke tengkuk Ruby. Dalam menit berikutnya, bibir mereka sudah saling memagut, berlomba memberi hisapan dan pulasan lidah sembari tubuh kian tanpa jarak.

Karena tangan kanan Vince sibuk di tengkuk Ruby, tangan kiri ia gunakan untuk menarik pinggang sang wanita sehingga mereka makin lekat tak ada jarak lagi. Dua kaki Vince dilebarkan sehingga Ruby bisa masuk ke dekapan.

"Mmpahh! Haahh! Hngaahh!" Ruby melepaskan cumbuan panas barusan. Kepalanya pusing, otak berdenyut menggapai kesadaran. 'Apa yang kulakukan barusan?! Kenapa aku--'

Belum usai benak Ruby bergumam, Vin kembali menarik Ruby, mengulang cumbuan panas tadi. Kali ini tangan tidak hanya pasif, karena telah merayap di berbagai lekukan torso Ruby.

"Anghh..." Wanita itu mendesah tanpa disadari ketika mulut Vin turun ke leher dan tangan mencapai pantat kecil padat sang biduan. 'Sudah berapa abad aku tak merasakan sensasi begini? Dimanja dan dibuai. Apalagi oleh lelaki tampan...'

Mulut Vince terus menjelajah. Saat ini sudah mencapai dada sang biduan. "Kau tak memakai bra, humm..." Tangannya sudah menyusup ke dalam kaos Ruby, menemukan benda kecil yang langsung mengeras begitu tersentuh jari Vince.

"A-anghh... tadi... tak ada bra di keranjang... aanghh!" Ruby tersentak tatkala putingnya sudah dikuasai mulut Vince. Pria itu mengulum puting coklat muda Ruby, kiri dan kanan. Tangan si pria meremas bongkahan payudara Ruby yang terasa pas di telapak Vince. Tidak berlebihan dan tidak kekecilan.

Entah sejak kapan, kaos Ruby sudah teronggok di kursi samping. Wanita itu harus berpegangan leher Vince jika tak ingin jatuh karena pria tampan tersebut terus berikan agresi pada dadanya.

"Haangh... anghh... Viinn..."

"Ermmlhh... yahh... ermsschph... aku di sini... terus sebut namaku... hrllmmpshphh..." Mulut rakus itu mendera puting satu dan satunya, seolah tak rela jika udara dingin melingkupi benda tersebut. Mulut Vince terus menghangatkan sang puting.

"Angh!" Ruby memekik pelan saat tiba-tiba saja tubuhnya dihadapkan membelakangi si pria. "Haaangh..." Kembali desahan menguar sewaktu tangan kiri Vince memeluk dadanya sembari meremas-remas payudara sang biduan.

"Ermmghh..." Mulut Vince kini merajai tengkuk Ruby, berikan kecupan-kecupan panas sehingga wanita itu berjengit kegelian, terutama bila lidah Vince mulai nakal menggelitik cuping telinga Ruby.

"Vin, geli--aarghh!" pekik Ruby bagai tersengat lebah ketika tangan kanan Vince sudah membelai klitorisnya. Ternyata tangan itu sudah merayap masuk ke rok mini tanpa disadari. "Hangh! Anghh!"

Dari respon Ruby, Vince bisa langsung tau wanita itu peka dan sudah lama tidak disentuh secara intim. Vince angkat kaki kanan Ruby agar menopang pada paha kanan Vince. Itu memudahkan sang pria mengeksplorasi kewanitaan Ruby setelah cawat bikini sang biduan ia tarik lepas talinya.

Selanjutnya, hanya ada rintihan dan lenguh manja Ruby saat Vin terus gesek serta belai setiap lekuk kewanitaan Ruby.

"Kau bassaahh..." bisik Vince di belakang telinga Ruby.

Ruby menoleh tanpa melihat wajah Vince. Mukanya merah padam, entah karena berahi atau malu. "Itu... itu ulah siapa, coba? Anghh... Vin... stop... aku bisa... hanghh... gila..."

Sayangnya, Vince justru kian menaikkan ritme gesekan di bawah sana, sehingga Ruby kian tak bisa mengontrol lenguhannya. "Maaf, aku justru ingin kau gila, tergila-gila padaku, Ruby."

Ruby pejamkan mata. Jajahan jari Vince di klitoris makin kejam. Wanita itu makin kuat mencengkeram pergelangan tangan sang pria. Bibir bawah digigit kuat sebagai pelampiasan.

Tak sampai 3 menit, Ruby menyerah, menyemburkan cairannya yang berjatuhan ke lantai disaksikan Vince yang memandang takjub.

"Waahh... kau bisa squirting! Luar biasa! Kau wanita luar biasa! Aku makin terpesona padamu, Ru!" takjub Vince seraya menggendong Ruby ke kamar.

Ruby tak bisa apa-apa ketika dibopong ke kamarnya, lalu direbahkan di kasur. Dia terlalu lemas untuk bergerak. Sudah sekian lama ia tidak tersentuh lelaki. Entah kapan terakhir dia bercinta. Ia sudah lupa saking lamanya.

Karena masih dalam eforia antiklimaks, Ruby tak menyadari Vince sudah bergabung dengannya, naik ke ranjang. Yang ia tau, tiba-tiba tubuhnya terasa sangat penuh.

"Argh!" pekik Ruby tatkala batang besar Vince melesak masuk ke liang istimewanya. "Vin--ourghh..."

Menit berikutnya, pria itu sudah berikan pompaan erotis pada vagina Ruby sambil tangan Ruby terus meremas tepian bantal dan memejamkan mata, meski lenguh serta desahnya tak berjeda, sama seperti penis Vince yang giat memompa.

Ruby melayang-layang. Apakah dia sudah di surga? Atau ini di atas awan? Ia terus bertanya-tanya. Rasa penuh dan sesak di selatan tergantikan dengan kenikmatan tiada bisa disangkal. Ia suka. Ia menyukai Vince. Menyukai apapun yang pria itu berikan padanya saat ini.

Dua tangan menggapai meski mata tetap terpejam. Mungkin Ruby malu, baru bertemu sudah segila ini dibawa ke ranjang. Ini bukan dirinya! Selama karir menyanyi di kafe, dia tak pernah begini dengan fansnya. Kenapa Vince berhasil menjebol pertahanan dia?! Meluluhlantakkan idealisme dia sebelumnya?! Meruntuhkan dinding peraturan yang ia buat sendiri?!

Apakah Vince sedemikian memikat di mata Ruby?

Sang pria menyambut gapaian tangan Ruby. Ia biarkan wanita itu memeluk lehernya sembari dia terus menghentaki lubang intim Ruby saat dia merunduk dan asik berkutat di payudara yang seketika menjadi benda favoritnya. Tubuh Ruby bagai dicipta untuk memuaskan dahaga Vince. Sungguh ajaib.

Keduanya berlomba menggaungkan desah dan lenguh, memecah sunyi dini hari. Kedinginan malam ini terhapus oleh bara mereka berdua yang tanpa henti melelehkan peluh, saling bertukar cairan.

Penis besar Vince terus mengaduk, memompa, dan berikan desakan-desakan nikmat yang dirindu Ruby.

27 menit berikutnya, dihiasi oleh lolongan keduanya ketika mencapai puncak asmara nyaris bersamaan.

3 menit berselang, Vin berguling ke samping usai mencabut pusakanya dari liang Ruby.

Keduanya tidur berpelukan.