Yasmin duduk bersimpuh di atas sajadah. Sungguh ia tak tahu harus berbuat apa. Semalaman ia tak tidur memikirkan Relina, putri kesayangannya. Telpon dari anaknya itu kemaren terputus. Tak ads kabar lagi sesudahnya.
Pagi harinya ketika sedang sarapan bersama Realita dan suaminya, ponsel milik Hidayat berdering.
Hidayat membuka loudspeaker ponselnya.
"Assalamualaikum pak Yanuar", Yasmin mengangkat wajahnya menatap Hidayat yang sedang menelpon di depannya. Semoga ada kabar tentang Relina! Yasmin berharap dalam hati.
"Walaikum Salam!"
"Apa kabar?"
"Kurang baik!" Suara Yanuar terdengar serak. Hidayat teman baiknya jadi wajar bila dia ingin berbagi kabar duka.
"Istriku sedang sakit. Stroke!" Yanuar tak mampu menahan rasa sedihnya, suaranya tersendat.
"Dimana kamu sekarang? Kami akan menjenguk istrimu?"
"Jakarta!" Yasmin menghentikan makannya. Berita tentang Revaline membuatnya sedih. Bagaimana mungkin di usia muda seperti itu Relina terserang stroke? Dia membudayakan hidup sehat dan olahraga. Pasti ada sesuatu yang salah !.
"Kita berangkat ke Jakarta hari ini!" Yasmin lega. Dia akhirnya bisa menengok Relina. Tuhan menjawab doa-doanya.
Realita menatap suaminya. Dia bingung. Bagaimana membawa anak-anak mereka itu? Mereka tak bisa di tinggal. Sekarang Realita dan Hidayat, memiliki 4 anak. 2 balita, dan 2 bayi , tentu saja tak mudah bepergian dengan anak-anak itu. Pandu dan Arjuna sudah pandai berjalan dan tak bisa diam. "Kita bawa susternya juga.!" Hidayat menjawab kegundahan hati istrinya. Mereka terhubung satu sama lain, meski Realita tak bicara, Hidayat mengerti maksud tatapan istrinya.
Membawa pergi anak-anak itu cukup merepotkan. Arjuna lebih lincah dari kakaknya, dia berkeliaran di lantai berebut mainan dengan Pandu. Arjuna lebih gesit. Pandu mengalah. Secara natural, Pandu selalu mengalah dengan adiknya itu.
...
Rombongan berjumlah 10 orang itu berangkat menuju Jakarta.
Hidayat memperhatikan wajah Yasmin yang nampak tegang dan pendiam.
Ibu mertuanya itu pasti sedang tertekan batinnya. Kasihan sekali!
Hidayat sudah lama mengetahui Revaline adalah Relina, dia sudah lama mengumpulkan bukti. Bukankah Yanuar dan istrinya sering menginap di guest house miliknya?
Dari rekaman cctv rumahnya Hidayat melihat apa yang dilakukan Reline ke bayinya hingga menangis, dia juga mendengar percakapan ibu mertuanya dengan Revaline.
Revaline meninggalkan sidik jarinya di mana-mana. Dan sisa rambut Revaline yang berserakan di kamar. Sudah bisa dijadikan sampel untuk menguji DNA nya. Dia memang Revaline.
Lebih dari itu, Hidayat jauh sebelumnya menyelidiki mayat wanita yang meninggal karena cancer payudara di rumah sakit, wanita itu menyandang nama Relina. Nama aslinya Revaline Paila. Relina menggunakan identitasnya!
Lalu mengapa Hidayat berdiam diri saja?
Hidayat sudah lama memaafkan mantan istrinya itu. Akan tetapi dia menjadi marah melihat Relina menyakiti bayinya karena cemburu dengan Realita.
Hidayat mengenal sifat mantan istrinya itu, dia tak suka disaingi.
Dia bisa melihat aura wajah Relina berubah tak senang, setiap kali Hidayat bersikap mesra ke Realita. Hidayat sengaja memamerkan rasa cinta dan kemesraannya dengan Realita di depan Relina, untuk melihat reaksinya. Adik iparnya itu terbakar api cemburu. Hal ini menambah keyakinan Hidayat, Revaline adalah Relina.
Relina bisa membohongi semua orang, tetapi Hidayat tidak bisa di tipu dengan mudah.
Malam itu setelah mereka beristirahat di apartemen, Hidayat menidurkan kedua bayi perempuan Aisyah dan Fatimah, mereka sangat cantik dan menggemaskan itu, mereka mewarisi kecantikan ibunya. Setelah bayi-bayi itu tidur, Hidayat meletakkan mereka di box kamar bayi bersama kakak-kakaknya. Untunglah apartemen ini menyediakan box bayi, jadi dia tidak kerepotan menidurkan kedua bayinya itu. Kedua balita putra kembarnya tidur dengan nyenyak, sementara para suster berjaga bergantian.
Hidayat menghampiri Realita yang telah tertidur duluan. Dia ingin menceritakan perihal sebenarnya kedatangan mereka ke Jakarta. Semua ini demi ibu mertuanya, Yasmin.
Perempuan setengah baya itu, kehilangan bobot tubuhnya. Dia sangat kurus dan tampak menderita. Yasmin sangat menyayangi anaknya Relina.
Hidayat yakin, Realita telah mengikhlaskan semua yang terjadi. Realita sudah lama memaafkan adiknya itu. Kesalahan Relina tidak berbanding dengan kebahagiaan mereka saat ini. Hidup Hidayat sempurna dan bahagia. Mempunyai istri yang cantik dan baik, anak-anak yang sehat, usahanya berjalan dengan lancar.
Sementara Relina menghukum dirinya dengan penyakit ketakutan yang sangat. Rasa takut mengikat tubuhnya tak mampu bergerak dan bersuara. Relina tenggelam dunia penyesalan yang dalam. Tak ada obat yang manjur selain pertobatan. Tuhan masih memberinya kesempatan.
Realita terbangun oleh tatapan hangat suaminya. "Ada apa?" Realita mengaitkan kedua tangannya ke leher Hidayat dan membawanya ke atas tubuhnya. Hidayat merasa bergairah. Masih ada hari esok untuk bercerita. Hasratnya membuncah ketika ciuman Realita membasahi bibirnya. "Apa kamu masih lelah?" tanya Realita, Hidayat tersenyum. Ia membalas ciumannya dengan hangat. "Aku punya banyak tenaga!" Realita membalik badan Hidayat ke bawahnya. Dia tidak tahu apa yang mengganggu pikiran suaminya. Dia tidak akan membiarkan masalah suaminya mengganggu hasratnya. Hidayat memejamkan mata, menikmati orama wangi tubuh istrinya, menggeliat dengan lincah. Hidayat merasakan Realita menciumi perutnya hingga ke bawah. Dia merasa meledak. Tetapi dia dengan sabar membiarkan Realita memuaskan dirinya. Hawa panas menjalar ke seluruh tubuhnya, Realita membuatnya tak kuasa menahan diri lagi, segera dia mengambil alih posisi. Membenamkan tubuhnya dengan ritme yang panas, Realita mendesah, Hidayat membuatnya merintih. Mereka berdua menyatu sepanjang malam yang pekat. Tak berhenti hingga pagi menjelang. Lalu tertidur saling berpelukan.
Dan terbangun kembali oleh gedoran pintu. Pandu dan Arjuna tidak sabar berada di sisi ayah ibunya.
...
"Ibu...mari kita temui Relina sekarang", kata Realita ketika dilihatnya Yasmin, ibunya melamun di meja makan. Yasmin terhenyak. Ia menatap anak dan menantunya. "Kalian sudah tahu?" Hidayat dan Realita mengangguk. Yasmin menangis. "Maafkan Relina!" Yasmin menangis. "Kami sudah lama memaafkannya, bu!" Kata Realita. Yasmin lega. Luka hatinya seketika sembuh.
.....
Revaline di rawat di rumah. Yanuar membuat ruang perawatan khusus untuknya di rumah di bawah pengawasan dokter. 4 orang perawatnya secara bergantian siang dan malam. Rumahnya sudah mirip dengan rumah sakit.
Begitu Revaline melihat ibunya Yasmin datang, semangat hidupnya bangkit kembali.
Hidayat berbicara serius dengan Yanuar membahas tentang Revaline istri Yanuar. Yanuar terkejut tak mengira. Revaline adalah adik Realita yang hilang, dia di culik ketika masih balita. Hidayat mengarang cerita untuk menyelamatkan harga diri Relina.
Yasmin menyediakan diri untuk merawat Revaline.
Revaline di bawa pulang ke Kalimantan oleh Yasmin ibunya, dia akan menjalani pengobatan 'kampung'¹ yang di percaya oleh ibunya, Yasmin. Yasmin di kenal sebagai 'dukun' atau orang 'pintar'² yang yang mengobati berbagai penyakit di kampungnya di wilayah timur Kalimantan. Dia juga ahli membuat jamu-jamuan khas Kalimantan.
Yanuar menyertai kepergian istrinya. Sementara sepasang bayi kembar mereka di rawat nenek mereka kembali ke Johor.
London, Inggris.
Sandra, Roberta dan Julia, berencana mengunjungi Revaline setelah mendengar kabar dari Yanuar. Yanuar bercerita kalau Revaline di bawa ibu kandungnya pulang ke Kalimantan. Julia terkejut. "Revaline punya ibu?" "Iya! Revaline akhirnya ditemukan oleh keluarganya yang terus berusaha mencarinya selama ini. Keluarga Revaline ternyata adalah mertuanya sahabat karibku", jelas Yanuar. Tiga sahabat itu tidak sampai hati.
"Kita harus menolong Reva. Ku fikir dia sudah sungguh bertobat dengan sakitnya", kata Roberta. Sandra mengangguk. "Aku belum pernah ke Borneo, Why not! Let's go!" kata Sandra. Dia sebenarnya yang paling ga enak hati. Dia tidak bisa membayangkan penderitaan Revaline saat ini. Dia memang harus di hukum. Tetapi mereka juga orang baik yang bisa men'just' orang lain.
" Ku pikir Jo juga pasti sudah berubah, hanya saja, aku belum pernah mendengar kabarnya sekarang", Kata Julia.
"Apa kamu sudah memaafkannya? sekarang ini pasti ia juga menjalani proses pertobatan!" Sandra berkata bijak.
Julia mengangguk. "Semua ini demi Vivine, aku tak ingin putri ku mendengar dan melihat ayahnya tak bermoral!" Julia membayangkan wajah Vivine yang cantik. Vivine di bawa pulang ibunya kembali ke Singapura
Ketiga sahabat itu berangkat ke Indonesia. Mereka menghubungi 5 anggota club sosialita lainnya termasuk Shiza berkumpul di Balikpapan, lalu Samarinda menjenguk Revaline.
Grup Wanita kaya ini memang kompak. Dan mempunyai hati yang baik pula. Revaline telah dimaafkan.
Shiza menarik nafas lega, Julia bercerita ternyata anak kembar Reva adalah anak suaminya, Yanuar bukan anaknya Jo. Itu berarti juga kedua bayi itu bukan anak Andy juga.
Kedatangan para sahabatnya ini membuat Reva bersemangat ingin sembuh.
(the end eps 1)
_______
¹ Pengobatan secara tradisional, turun-temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional
².istilah yang secara umum dipahami dalam pengertian orang yang memiliki kelebihan dalam hal kemampuan supranatural .