Kolonialisme Barat di Indonesia
Pada awal abad XVI, bangsa Portugis dan Spanyol mulai membuka pintu baru untuk menjelajah dunia Timur. Kedatangannya ke Indonesia sendiri, tak jauh dari ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang.
Hal inilah yang membuat bangsa barat lainnya mengikuti jejak Bangsa Portugis dan Spanyol, salah satunya adalah Bangsa Belanda.
Melalui buku Iti-nerario naer Oost ofter Portugaels Indien(Pedoman Perjalanan ke Timur atau Hindia Portugis).
Bangsa Belanda mulai mengarungi samudra dan sampai untuk pertama kalinya di Indonesia pada tahun 1596
**********
"Siwi?"
Suara seorang wanita membuyarkan lamunanku. Aku menengok dan mendapati ibuku berdiri di ambang pintu kamarnya, menatapku dengan cemas yang berdiri di sisi jendela.
"Jangan dekat-dekat jendela!"
Ibuku melambaikan tangannya ke arahku. Menyuruhku untuk menjauhi jendela seakan jendela tersebut kapan-kapan bisa saja memangsaku. Dengan merengut aku menjauhi jendela dan menghampiri ibuku.
Ibuku menarikku ke dalam kamar dan menutup pintunya dengan rapat, bahkan menguncinya.
"Kamu di sini saja, ya! Tetap di sini!"
Ibuku menasehati dengan tangan kanan di pinggang dan tangan kiri menjulurkan jari telunjuknya. Seakan memberitahuku bahwa ada bahaya besar yang mengintai.
"Tapi aku ingin melihat orang-orang itu, Bu"
Aku beringsut dari kasur dan berdiri. Namun ibuku malah kembali menyuruhku duduk di kasur.
"Jangan pernah berani-berani bertemu dengan orang-orang Belanda itu!"
Ibuku seketika langsung marah, namun sedetik kemudian suara senapan menggelegar di udara. Dengan cepat, ibuku meraihku dan memelukku dengan erat. Kami berdua diam.
Dengan tangan gemetar ibuku menyuruhku untuk keluar dari jendela kamar yang terbuat dari kayu. Beliau membukanya dan membantuku untuk keluar.
Kaki-kakiku yang tidak beralaskan menyentuh tanah. Sedangkan semak-semak di belakang rumah menyambutku langsung.
"Ada apa, Bu?" tanyaku sembari masih memgangi tangan ibuku.
"Pergilah! Cepat!" ibuku sedikit berteiak dan berusaha melepaskan tangaku.
Dengan sekali hempasan, tanganku terlepas dari tangannya dan secepat kilat ibuku menutup kembali jendela tersebut. Saat itulah terdengar suara dobrakan di pintu depan, diiringi jeritan seorang laki-laki memanggil ibuku dalam bahasa Belandanya.
Aku terkejut, dan mendengar suara dobrakan di pintu kamarku. Seseorang masuk dan terdengar teriakan ibuku dalam bahasa Belanda. Sesaat mereka tampak beradu mulut sebelum sebuah suara senapan kembali terdengar.
Aku sedikit mundur dari rumahku sendiri. Dan seseorang terdengar memanggil namaku. Karena ketakutan, aku berlari masuk ke dalam semak-semak yang memisahkan area persawahan dengan halaman rumahku.
"Siwi, waar u? Breng ik goed nieuws voor u"
Aku tahu artinya, hanya beberapa memang. Namun aku bisa menyimpulkan bahwa dia membawa kabar baik untukku, entah kabar apa. Namun aku tak akan langsung percaya.
Suara itu menggema, dan aku mendengar langkah kaki berlari menuju belakang rumah. Tiga orang Belanda datang dengan senapan laras panjang di tangan mereka. Sedangkan seorang lagi membuka jendela kamarku. Wajahnya putih dan rambutnya pirang, matanya dengan awas memeriksa halaman belakang rumahku.
Dengan langkah hati-hati aku mundur ke belakang. Namun laki-laki berambut pirang itu tampak melirik ke arah semak-semak tempatku bersembunyi.
"Controleer de bush het! ik wil hij vond"
Mereka benar mencariku. Apa yang mereka mau?
Laki-laki itu kembali masuk ke dalam rumah tanpa menutup jendela. Dan kini pikiranku kembali tertuju pada ibuku. Di mana dia? Kenapa dia tidak keluar? Apa dia.....?
Tidak. Aku menepis jauh-jauh pikiran tersebut. Kini yang aku pikirkan kembali adalah pergi dari orang-orang Belanda tersebut.
Aku melihat salah satu dari ketiga orang itu berjalan ke arahku. Sedangkan yang lainnya berpencar ke arah lain.
Dengan hati-hati aku mundur, lalu di saat ada kesempatan, aku segera berbalik. Namun perhitungaku salah, perhitungan apa? Aku saja tak memiliki rencana untuk kabur.
Saat berbalik itulah aku langsung menabrak pohon palem yang ternyata berada tepat di belakangku.
"Akkk"
Aku memekik lumayan kencang. Dengan duduk di tanah sembari memegangi kepalaku yang berdenyut, aku mendengar seseroang berlari ke arahku.
"Ik heb het gevonden"
*aku menemukannya*
Laki-laki tersebut langsung menyibak semak yang menutupi tubuhku. Dengan sekali ayunan, tangannya sudah mencengkeram erat tanganku.