Chereads / Sleep and See / Chapter 18 - Peti Kaca

Chapter 18 - Peti Kaca

"Secara teknis, kalian akan merasakan bagaimana rasanya tidur di dalam sebuah tabung kaca tertutup. Kami akan menyeimbangkan tekadan udara, agar kalian bisa bernafas. Obat bius akan diberikan sesuai takaran yang kalian butuhkan. Jika kau merasa tidak nyama, kalian bisa pencet tombel di sebelah kiri. Maka kaca akan terbuka otomatis.

Untuk membuka dari luar tentunya akan lebih mudah karena dengan satu kali tekanan, kaca akan terbuka

Ujaran Prof Dr jared terdengar simple. Tapi saat kau masuk, ini bagikan berada di sebuah peti mati.

"Apakah ada pertanyaan sebelum kami meninggalkan ruangan ini?"

Aku menggangkat tangan, Lux hanya diam mengikuti prosedur.

"Berapa lama kami akan di sini?" tanyaku.

"Sampai besuk pagi." Kata asisten professor itu.

"Apakah ada yang akan berjaga di sini?"

"Tidak, semua termonitor dengan baik. Alat perekam jantung, paru-paru dll, tapi jika ada keadaan dahrurat, kau bisa menekan tombol ini. Maka petugas akan datang segera.

Setelah yakin tidak ada pertanyaan, mereka menutup pintu kaca kami. Aku melihat Lux langsung tertidur. Sementara aku, sedikit demi sedkit masih bisa mendengar bunyi orang lain sedang bercakap-cakap.

Pandanganku kabur, namun masih cukup mendengar bising suara yang jelas. Aku mendengar seperti ada pintu tertutup. Aku juga mendengar suara berteriak-teriak. Apa mereka berteriak-teriak. Kenapa suaranya makin keras ya. Menapa kepalaku yang tadi berat terasa makin ringan. Apa aku mati?

Aku mulai membuka mataku, samar-samar terlihat ruangan kosong. Apa Aku tertidur? Apa aku terjaga? Atau apa? Aku mulai bingung. Aku menggerakkan tangan dan kaki ku perlahan. Tentu saja menabrak sisi-sisi dari tabung kaca ini.

Suara yang keras tadi makin lama makin terdengar kencang, aku melirik ke sebelahku. Astaga itu Lux, ia berteriak-teriak dalam keadaan mata tertutup. Tubuhnya berkeringat deras. Padahal suhu ditabungku cukup sejuk. Ia pasti mengingau.

Aku bingung dan mencoba mencari tombol dahrurat membuka peti kaca ini. Setelah terbuka aku segera keluar. Kepalaku sedikit pusing, dan sedikit lemas. Mungkin ini efek obat bius. Lux masih bertriak-teriak tidaak jelas. Aku melihat monitor jantungnya, bergerak sangat kencang.

Di mana para petugas medis? Aku menekan kacapada tabung Lux agar tak terbuka. Aku coba tekan sekali lagi masih tidak bisa terbuk. Aku ingat ada tombol dahrurat kebakaran di ruangan ini. Aku mendatanginya dengan tegopoh-gopoh. Setelah menekan tombol itu, alarm berbunyi.

Aku mendatangi tabung Lux dan menekan kacanya sekali lagi. Masih tak terbuka. Aku mencoba menekanya lagi kali ini lebih keras. Tapi masih tak terbuka. Aku mulai mendengar langkah kaki orang berlari. Ada satu bukan dua atau tiga.

"Nona, apa yang terjadi?"

Aku menoleh ke arah orang-orang itu. Mereka berlari ke arahku. Satu orang berhenti di depan monitor jantung. Keluarkan dia, ia bermimpi buruk. Lalu kedua orang itu menekan pintu kaca dan pintu itu terbuka, Stanly terjatuh. Kami berusaha menahan tubuhnya. Tubuhnya basah penuh keringan.

"Lux, bagun!" teriakku sambil menggoncangka tubuhnya. Tak ada reaksi. "Lux bangun!" teriakkku. Barulah ia tersadar.